Menu

Bisa Picu Masalah Jantung, Penelitian di Brazil Tentang Klorokuin 'Obat Corona' Dihentikan

14 April 2020 18:30 WIB
Bisa Picu Masalah Jantung, Penelitian di Brazil Tentang Klorokuin 'Obat Corona' Dihentikan

Ilustrasi vaksin virus corona. (pinterest/freepik)

HerStory, Jakarta —

Beauty, pandemi virus corona yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia saat ini belum ditemukan obatnya. Oleh sebab itu, para ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba untuk menciptakan obat dari jenis virus baru yang menyerang manusia ini. Sebelumnya Chloroquine atau klorokuin digadang-gadangkan bisa mematikan virus corona. Namun, belum ada bukti yang jelas mengenai hal itu.

Ada sebuah penelitian kecil di Brazil yang sedang mengamati kerja klorokuin untuk virus corona. Namun, penelitian itu harus dihentikan lebih awal. Bukan tanpa sebab, itu karena alasan keamanan. Dalam penelitian, pasien yang terpapar virus corona diberikan klorokuin dosis tinggi.

Baca Juga: Kabar Baik! 70 Vaksin Virus Corona Sedang Dikembangkan di Seluruh Dunia!

Penelitian ini dibagi dua bagian. Bagian pertama diberi dosis 450 miligram klorokuin selama lima hari dan sisanya diberi dosis lebih tinggi 600 miligram selama 10 hari.  Setelah diberikan klorokuin, peneliti melihat bahwa ada masalah dalam irama jantung. Seketika jantungnya berdetak secara tak teratur, itu meningkatkan risiko aritmia jantung yang berpotensi fatal bagi kesehatan.

Studi tersebut melibatkan 81 pasien yang dirawat di rumah sakit di kota Manaus. Salah satu dokter penyakit menular dan ahli keamanan obat mengatakan bahwa penelitian ini memberikan bukti bahwa klorokuin dan hidroksi klorokuin, yang keduanya digunakan untuk mengobati malaria, dapat menimbulkan bahaya yang signifikan bagi beberapa pasien, khususnya risiko aritmia jantung yang fatal.

"Bagi saya, penelitian ini menyampaikan satu informasi yang bermanfaat, yaitu klorokuin menyebabkan peningkatan abnormalitas pada EKG yang bergantung pada dosis yang dapat membuat orang rentan terhadap kematian jantung mendadak," kata Dr. David Juurlink, ahli penyakit dalam dan kepala dari divisi farmakologi klinis di University of Toronto.

Baca Juga: Mengenal Avigan dan Chloroquine, Obat COVID-19 yang Dipesan Jokowi untuk Indonesia

Dengan adanya efek tersebut, akhirnya penelitian ini dihentikan demi keamanan jantung pasien. Kesimpulannya adalah para peneliti merasa bahwa dosis tinggi bisa berbahaya bagi jantung sehingga mereka menghentikan pemberian klorokuin berdosisi tinggi untuk mengobati virus corona.

"Dosis tinggi yang digunakan orang China sangat beracun dan membunuh lebih banyak pasien. Itulah sebabnya kelompok penelitian ini dihentikan lebih awal," kata salah satu penulis penelitian Brasil, Dr. Marcus Lacerda.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.