Anak sedang tertawa dan nyemil. (Shutterstock/Edited by HerStory)
Kata Dr Wawan, sederhananya, pertumbuhan anak dapat dinilai dari pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Orang tua bisa melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan alat ukur meteran serta berat badan dengan timbangan yang ada di rumah. Selain pertumbuhan fisik, orang tua juga harus memperhatikan perkembangan motorik, kemampuan bahasa, dan kemampuan kognitif anak dengan mengamati dan mencatatnya
“Kalau tumbuh kembangnya masih terjaga normal, maka yang Anda curigai itu gak perlu agresif Anda mencurigainya. Kerena tumbuh kembangnya masih berjalan dengan baik. Tapi kalau tumbuh kembangnya sudah ada potensi ada gangguan, anaknya kekurusan, kegemukan, terlambat bicara, terlambat motoriknya, maka ini jadi penting. Anda butuh ahlinya utk memastikan. Tidak mudah menentukan anak normal atau tidak sebelum ketemu ahlinya,” tutur Dr Wawan.
Ia pun mengingatkan, di tengah pandemi ini para orang tua harus terus mengakses informasi tak terkecuali secara online sesuai dengan rekomendasi IDAI. Karena apa yang IDAI rilis itu sesuai dengan karakter, prinsip, dan parameter anak Indonesia.
“Jika enggan ke Rumah Sakit atau dokter, orang tua bisa memantau tumbuh kembang anak lewat BUKU KIA. Buku ini free download. Isinya sangat banyak sekali tentang infomasi bagaimana gizi seimbang itu bisa diberikan, bagaimana memantau ukuran tubuh anak, memantau kemampuan anak, jadwal pelayanan imunisasi, mengenal tanda gejala awal anak yg dalam situasi bahaya, itu ada semua. Dan itu sangat-sangat saya anjurkan,” tegas Dr Wawan.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.