Ilustrasi anak menderita asma dan diberi tindakan inhalasi nebulisasi (HerStory/Riana)
dr Cindy mengatakan, begitu mengetahui anak terkena asma, orang tua tak perlu panik. Yang penting, carilah faktor pencetusnya. Dengan begitu, serangan asma nantinya bisa dihindari.
Adapun, faktor pencetus asma ini kata dr Cindy, seperti debu rumah, tungau, asap rokok dan rontokan bulu binatang, polusi kendaraan, asap rumah tangga, obat-obatan tertentu, batuk, pilek, serbuk sari bunga, bahkan karena emosi berlebihan.
“Asma juga bisa muncul karena udara dingin serta mengalami stres dan kelelahan. Bisa juga muncul setelah mengkonsumsi makanan, seperti cokelat, minuman dingin, makanan berpengawet, makanan berpenyedap rasa, dll,” terangnya.
Namun dr Cindy bilang, ketika anak menunjukkan gejala asma berkepanjangan, hendaknya segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dokter biasanya meresepkan obat yang mirip dengan orang dewasa, namun dengan dosis yang lebih rendah dan cara yang berbeda, seperti nebulizer, inhaler, atau obat lainnya.
“Tentunya kita harus hindari pencetus utama asmanya sendiri ya, dan ada obat juga biasanya yang diberikan dokter seperti reliever atau pereda, sampai controller atau obat semprot kortikosteroid untuk asma yang gejalanya sudah menetap,” papar dr Cindy.
Selain upaya pengobatan, kata dr Cindy, ada cara lain yang penting diketahui orang tua untuk mengendalikan asma, yakni dengan upaya pencegahan. Pasalnya, hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan asma secara total.
Dan, untuk pencegahan ini, kata dr Cindy, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun telah mengeluarkan 10 rekomendasi pencegahan penyakit alergi pada anak, yakni:
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel: