Menu

Pandemi Bikin Kesehatan Jiwa Terganggu, Begini Cara yang Tepat untuk Menjaga Kewarasan

24 September 2021 19:05 WIB
Pandemi Bikin Kesehatan Jiwa Terganggu, Begini Cara yang Tepat untuk Menjaga Kewarasan

Mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI sekaligus inisiator pembentukan UU Kesehatan Jiwa, yang juga seorang Psikiater, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ. (Instagram/@true_noriyu)

Ia melanjukan, cara ketiga untuk meningkatkan well-being adalah dengan give atau memberi. Contohnya, memberi waktu atau meluangkan waktu menelepon orang terkasih, semisal orang tua.

“Ya, misalnya kita memberi waktu untuk menelepon orang tua. Kita harus hasir meski dengan kata-kata. Hadir itu kan gak harus fisik juga, tapi juga virtual. Misalnya juga saat ulang tahun kita kirim hadiah, kemudian video call, seperti itu,” ujarnya.

Kemudian, yang keempat menurut Nova adalah keep learning atau tetap belajar. Dan kelima, adalah take notes, artinya kita memperhatikan, mengingat hal-hal sederhana yang memberikan kesenangan kepada diri kita.

“Jadi sekarang itu ada perubahan, ada pergeseran tentang arti ‘kesenengan’ itu. Kalau dulu tuh kita senangnya seperti apa, sekarang itu kita bisa senang dengan hal yang lebih simple dan mungkin jauh lebih murah juga dibandingan waktu sebelum pandemi. Semisal ada yang teriak ‘Paket’ di depan rumah aja, kita udah seneng , kan,” kata Nova seraya tertawa.

“Dan yang penting dalam menjaga well-being jiwa di masa pandemi, karena kan Covid-19 ini unprecedented, maka kita harus fleksibel, membangun resiliensi. Coping with uncertainty, membangun makna hidup lagi, melakukan aktivitas seperti olahraga, mengonsumsi suplemen, 5M. Itu sudah menjadi perubahan yang harus kita jalankan dan sudah menjadi kebiasaan baru. Dan, compassionate. Kita harus compassionate terhadap diri kita sendiri,” bebernya.

Kemudian yang tak kalah pentingnya, lanjut Nova, adalah kita harus mengendalikan stressor yang dapat memicu kecemasan. Nova bilang, di masa pandemi ini stressor-nya sendiri bisa dikatakan multiple, yakni bersamaan dengan masalah finansial, interaksi sosial, faktor takut terinfeksi, dll.

“Nah kalau kita terus bergelut dengan faktor pemicu cemas yang tidak bisa dikendalikan, lama-lama kita lelah. Lalu muncul perasaan merasa gak bisa mengendalikan sesuatu, perasaan kehilangan kendali, sehingga akhirnya menjadi faktor contributor terbesar dari kecemasan. Nah oleh karena itu kita harus mencoba kembali memegang kendali sehingga bisa membantu well- being mental kita. Kita bisa membuat daftar hal-hal yang bisa kita kendalikan dan juga yang gak bisa kita kendalikan,” sambungnya.

Baca Juga: Kuasa Hukum Sebut Inara Rusli Sampai Bolak-balik ke Psikiater, Benarkah Alami Trauma Usai Diselingkuhi Virgoun?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: