Menu

Mengetahui Gejala dan Faktor Risiko AMD, Masalah Penglihatan yang Kerap Dialami Seiring Bertambahnya Usia

15 Oktober 2021 15:00 WIB
Mengetahui Gejala dan Faktor Risiko AMD, Masalah Penglihatan yang Kerap Dialami Seiring Bertambahnya Usia

Mata kering. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Jakarta —

Memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2021, dr. M. Sidik, Sp.M(K), Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Pusat mengimbau pasien degenerasi makula terkait usia (Age-related macular degeneration/AMD) untuk tetap memperhatikan kesehatan mata serta pengobatan rutin untuk mempercepat kesembuhan, meskipun di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Apalagi, AMD merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai, khususnya bagi populasi lanjut usia (aging population) di Indonesia. Jika tak ditangani secara tepat dan teratur, maka AMD akan berujung parah. Bagi penderita AMD tipe basah (wet AMD), dapat terjadi komplikasi hingga kebutaan.

Prevalensi AMD tahap awal di seluruh dunia pada pasien antara 45 dan 85 tahun adalah 8 AMD tahap lanjut adalah 0,4%. Hampir 288 juta orang diperkirakan memiliki AMD pada tahun 20402,3.

Lima negara dengan jumlah penduduk yang mengalami gangguan penglihatan terbanyak yaitu Cina, India, Pakistan, Indonesia dan Amerika Serikat. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian, karena AMD merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan pada populasi lanjut usia di negara berkembang.

“AMD merupakan salah satu penyakit mata yang perlu mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Oleh sebab itu, dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/ WSD) 2021, seluruh masyarakat diingatkan akan pentingnya kesehatan mata, yang berdampak pada pendidikan, pekerjaan, kualitas hidup, hingga kemiskinan. Saya mewakili seluruh Dokter mata di Indonesia dalam PERDAMI, mengajak para pemangku kepentingan (stakeholders): pemerintah, perusahaan, institusi dan individu, untuk secara aktif mendukung akses kesehatan mata yang universal. Perlu dipastikan bahwa semua orang mendapatkan akses layanan mata tanpa pengecualian (“everyone counts”), termasuk populasi lanjut usia (lansia)," ujar dr. Sidik dalam Virtual Media Briefing sekaligus Journalistic Award, Kamis (14/10/2021).

Gangguan penglihatan dan kebutaan akibat AMD sangat menurunkan kualitas hidup lansia, yang sebetulnya perlu tetap aktif dan berkontribusi dalam masyarakat. Gangguan terjadi secara perlahan dan progresif, sehingga memerlukan pemantauan ketat, serta kontrol dokter dan pengobatan berkala. Walaupun situasi pandemi Covid-19 memang menyulitkan, pasien AMD harus rajin ke rumah sakit guna mendapatkan pengobatan sehingga tak terjadi kondisi pengelihatan yang memburuk.

“PERDAMI terus berusaha mendukung deteksi dan pengobatan berbagai penyakit mata, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai forum update pengetahuan dan pelatihan secara berkelanjutan pada Dokter spesialis mata. Kami juga sangat mengapresiasi Bayer Indonesia, yang dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia 2021, berinisiatif bermitra dengan PERDAMI dalam hal riset, serta menyelenggarakan Journalistic Award dengan fokus AMD,” tutur dr. Sidik.

Baca Juga: JEC Berikan Tindakan Operasi Kelopak Mata Gratis, Jangan Minder Lagi Yah Beauty

Baca Juga: Sering Salah Kaprah, Apa Sih Perbedaan Kantung Mata dan Mata Panda? Kamu Punya Masalah yang Mana Nih?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan