Menu

Penelitian: Virus Corona Sebabkan Beberapa Pasien Alami Halusinasi

19 Mei 2020 15:15 WIB
Penelitian: Virus Corona Sebabkan Beberapa Pasien Alami Halusinasi

Ilustrasi seseorang yang terinfeksi corona tanpa gejala. (pinterest/freepik)

HerStory, Jakarta —

Beauty, ada kabar terbaru mengenai perkembangan virus corona. Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan pasien COVID-19 mengalami gangguan psikologis. Diungkapkan oleh para ilmuwan di Orygen dan La Trobe University, Melbourne, gangguan psikologis yang dimaksud adalah psikosis.

Dr Ellie Brown, penulis utama studi ini mengatakan bahwa virus corona membuat seseorang menjadi tertekan, terlebih saat karantina diri di rumah selama berhari-hari. Kondisi keparahannya tergantung kondisi kesehatan mental setiap orang.

Baca Juga: Merasa Cemas dan Takut karena Pandemi Corona? Humas WHO: Itu Wajar! Atasi dengan Cara Ini

“COVID-19 adalah pengalaman yang sangat menegangkan bagi semua orang, terutama mereka dengan kebutuhan kesehatan mental yang kompleks," katanya.

“Kita tahu bahwa psikosis, dan episode psikosis pertama, umumnya dipicu oleh tekanan psikososial yang substansial. Dalam konteks COVID-19, ini bisa termasuk stres yang berkaitan dengan karantina atau isolasi dan berada dalam situasi keluarga yang menantang di rumah,” tambahnya.

Dalam studi tersebut, tim melihat penelitian tentang virus seperti MERS sebagai SARS, untuk memeriksa apakah ada hubungan tentang bagaimana virus ini dapat berdampak pada orang yang memiliki psikosis. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa pasien virus corona mungkin mengalami gejala psikotik, seperti halusinasi mendengar suara. secara umum, 3 gejala utama berhubungan dengan episode psikotik: halusinasi, delusi, pikiran bingung dan terganggu.

Baca Juga: Virus Corona Membuat Kamu Cemas? Ikuti 5 Anjuran Psikolog Berikut Ini

Enggak hanya berhalusinasi, seperti diketahui sebelumnya sudah ada penelitian yang mengungkapkan bahwa di tengah pandemi ini seseorang cenderung mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Dengan kejadian ini, para peneliti berharap temuan mereka akan memicu penelitian lebih lanjut mengenai kondisi kesehatan mental yang lebih parah seperti psikosis.

“Ini adalah kelompok yang mungkin akan membutuhkan lebih banyak dukungan saat masa isolasi dan physical distancing. Dokter mungkin perlu memikirkan untuk membantu populasi rentan ini," kata Profesor Richard Gray, penulis utama studi ini.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana