Ilustrasi Mie Instan (Unsplash/Ke Vin)
Peningkatan mengonsumsi mi instan berkaitan erat dengan risiko sindrom metabolik. Diduga, sindrom ini muncul karena tingginya kandungan sodium dan lemak jenuh tak sehat yang terdapat pada mie instan.
Mi instan dibuat melalui proses pengolahan yang panjang. Pada saat pengawetan, mi akan ditambahkan tertiary-butyl hydroquinone (TBHQ), yaitu sebuah zat pengawet berbahan dasar minyak seperti yang banyak ditemukan dalam produk pestisida.
Nah, tubuh memerlukan waktu yang sangat lama untuk mencerna pengawet tersebut. Durasi dua jam pun perut belum juga mampu mengurai TBHQ sehingga hal ini dapat mengganggu jalannya pencernaan. Kemampuan perut mencerna nutrisi kamana lain juga ikut terganggu.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel:
Konten Sindikasi: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan GenPI. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.