Ilustrasi seorang ibu yang berseteru dengan anaknya (Erabaru.com/Edited by Herstory)
Bisa saja bercerita tentang bagaimana orangtua berpacaran hingga akhirnya menikah dan membentuk keluarga. Tapi tekankan hal-hal positif seperti memprioritaskan kuliah, pekerjaan, bertemu di usia yang cukup, dan tetap mandiri.
Namun, jangan berlebihan saat menceritakannya hingga terkesan menguliahi. Masukkan juga sudut pandang yang penting baginya. Misalnya keinginannya untuk melanjutkan kuliah di universitas ternama atau ingin mencapai cita-cita dapat terwujud tanpa terganggu pacaran, yang tentunya dapat menyita waktu, tenaga, biaya, maupun pikiran.
Banyak anak usia sekolah yang mengalami kehamilan dini karena kurangnya pemahaman akan seks. Orangtua mana pun tentu juga akan mengkhawatirkan masa depan anak saat ia mulai mengenal dan menyukai lawan jenis. Biar dia enggak risih membicarakan tentang seks, posisikan diri sebagai teman sehingga bisa membangun diskusi dari hati ke hati.
Tunjukkan dari sudut pandangnya, misalnya keinginannya untuk mengejar cita-citanya akan terbagi dua saat hadirnya seorang bayi. Selain itu, yang paling penting adalah membekalinya dengan pengetahuan agama yang kuat, sehingga dapat membentenginya dari pengaruh yang buruk.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.