Acara konferensi pers ‘Under the Volcano’, di Ciputra Artpreneur, Lotte Avenue Shopping, Jakarta Selatan, Kamis (18/8/2022). (Riana/HerStory)
Yusril mengatakan bahwa bencana alam adalah salah satu fenomena yang tak pernah berubah. Kepanikan, kehancuran, dan setelah itu selalu diikuti dengan mawas diri dan kewaspadaan. Dan kata dia, 'Under the Volcano' adalah sebuah pementasan yang merekam reaksi manusia terhadap bencana alam.
"Apa yang membuat istimewa dari pementasan ini? Sederhana, bahwa yang menjadi rujukan adalah salah satu bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia dan di muka bumi ini, ketika Sumatera, terutama Lampung berhadapan dengan Gunung Krakatau pada 1883," imbuhnya.
Yusril juga bilang, lewat pementasan 'Under the Volcano', ia pun menyisipkan pesan kepada para penonton bahwa ketakutan itu tak harus dijaga dan dipelihara. Ia pun mencoba memperlihatkan bagaimana orang-orang yang berjuang menyelamatkan diri dan menemukan nilai-nilai baru dalam kehidupan mereka ketika bencana melanda.
"Dalam bencana ada cinta, kesetiakawanan, membutuhkan orang lain, kompleksitas bencana dan persoalan kemanusiaan juga ditonjolkan di sana," tuturnya.
Di kesempatan yang sama, Rina Ciputra Sastrawinata, President Director Ciputra Artpreneur menyampaikan bahwa Ciputra Artpreneur sendiri memiliki misi untuk mengangkat kesenian dan kebudayaan Indonesia dengan menyediakan tempat pertunjukan yang memiliki standar Internasional agar para seniman maupun kelompok seni seperti Bumi Purnati dan Komunitas Seni Hitam Putih Sumatera Barat bisa menampilkan hasil karyanya dengan layak kepada publik.
"Kami juga sangat mendukung, agar pertunjukan ‘Under the Volcano’ kembali dihadirkan karena, selain memiliki alur cerita yang menarik, pertunjukan ini menjadi salah satu pertunjukan yang memanjakan mata serta sarat akan pesan-pesan kemanusiaan. Semoga pertunjukan ini dapat menjadi sajian menarik bagi penikmat seni untuk mengisi akhir pekan,” papar Rina.
Oya Beauty, nantinya, pertunjukan yang berdurasi kurang lebih 80 menit ini dimulai dengan cerita awal sebelum bencana terjadi. Digambarkan suasana kehidupan yang harmonis, masyarakat menjalankan kegiatan sehari-hari secara damai. Tiba-tiba gempa datang, diikuti ledakan gunung dan tsunami. Para penghuni lereng panik dan berusaha menyelamatkan diri.
Ketika letusan mereda, timbulnya masalah baru bagi masyarakat dalam hal sandang, pangan, dan papan yang menyebabkan trauma dan kemiskinan. Sedikit demi sedikit masyarakat membangun kembali rumah dan desa dengan bantuan banyak orang. Akhirnya kehidupan kembali normal dan damai.
Karya yang dimainkan oleh Komunitas Seni Hitam Putih dan Jajang C. Noer, dikomposeri oleh Elizar Koto dengan dramaturgi Rhoda Grauer ini juga nantinyaakan dibagi menjadi enam bagian dan dilakonkan dengan narasi berbahasa Melayu dan Minangkabau yang diperkuat dengan elemen silat, tarian, musik, dan efek visual digital yang menakjubkan.
Musik dan tarian didasarkan pada bentuk-bentuk tradisional Melayu yang digubah untuk mencerminkan berlalunya waktu, berdampingan dengan komposisi musik dan tarian kontemporer.
Nah, pertunjukan ‘Under the Volcano’ ini sendiri didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan Ciputra Artpreneur, lho Beauty. Tiketnya masih tersedia, dibanderol dengan harga Rp 250 ribu hingga Rp 1.350.000. Tertarik menonton pertunjukan berkelas dunia ini, Beauty?
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.