Menu

Gak Nyangka… Ternyata Ini Kebiasaan Makan Paling Baik untuk Hati, Tertarik Coba Beauty?

07 Oktober 2022 12:23 WIB
Gak Nyangka… Ternyata Ini Kebiasaan Makan Paling Baik untuk Hati, Tertarik Coba Beauty?

Ilustrasi makanan yang dikonsumsi saat diet mediterania. (Pixabay /DanaTentis)

HerStory, Bogor —

Beauty, organ hati bertanggung jawab atas lebih banyak fungsi daripada yang mungkin kamu sadari. Menurut Cleveland Clinic, ia melakukan ratusan fungsi untuk tubuh, seperti membersihkan racun, membantu mencerna dan memecah makanan, mengatur darah, dan membantu tubuh menghasilkan tingkat pembekuan darah yang sehat.

Seperti yang kamu lihat, organ ini sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan tubuhmu, Beauty, dan karena itu, ia layak mendapatkan perawatan terbaik! Nah, merawat hati ini diantaranya adalah dengan melibatkan pilihan gaya hidup yang berbeda seperti membatasi konsumsi alkohol, tak merokok, dan makan makanan yang seimbang.

The American Liver Foundation menekankan, untuk menjaga hati, tak hanya cukup makan makanan yang sehat, tetapi secara khusus makan banyak serat. Mempertahankan diet padat nutrisi adalah kunci dalam membantumu menjaga kesehatan hati. Penelitian terbaru juga menemukan bahwa sangat penting untuk membatasi jumlah makanan ultra-olahan untuk memiliki hati yang sehat.

British Medical Journal menghubungkan makanan ultra-olahan, yang mencakup hal-hal seperti makanan cepat saji, makanan panggang kemasan, soda, banyak permen, dll, dengan berbagai masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan bahkan penyakit jantung.

Dan kini, para peneliti juga telah menemukan hubungan antara makanan tersebut dengan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD), yang disebabkan oleh penumpukan lemak berlebih di hati. Menurut International Journal of Epidemiology, mengonsumsi makanan ultra-olahan terkait dengan peningkatan risiko NAFLD.

Salah satu alasan mengapa kelompok makanan ini dapat dikaitkan dengan lemak hati adalah karena fakta bahwa NAFLD dapat disebabkan oleh terlalu banyak lemak atau terlalu banyak trigliserida dalam darah dan trigliserida dapat dinaikkan oleh terlalu banyak karbohidrat olahan, lemak jenuh, dan gula tambahan—semuanya ditemukan dalam kadar tinggi di banyak makanan ultra-olahan.

Dalam studi lain yang diterbitkan di Liver International, ditemukan bahwa konsumsi makanan ultra-olahan meningkatkan risiko sindrom metabolik pada peserta yang umumnya sehat. Lebih khusus lagi, bagi mereka yang memiliki NAFLD, makanan ultra-olahan dikaitkan dengan steatohepatitis nonalkohol, suatu kondisi serius yang disebabkan oleh peradangan hati.

Baca Juga: Perbedaan Elastografi Hati dan USG untuk Pemeriksaan Kondisi Kesehatan Hati, Oh Ini Ternyata Ini Bedanya…

Baca Juga: Mengenal Metode Pemeriksaan Elastografi Hati untuk Deteksi Penyakit Hati Kronis, Begini Cara Kerjanya!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.