Menu

Cegah Komplikasi, Ini 4 Cara Mengendalikan Hipertensi Agar Organ Tubuh Tetap Sehat, Jangan Disepelekan Ya!

24 Februari 2023 18:30 WIB

Ilustrasi memeriksa tekanan darah. (pinterest/freepik)

HerStory, Jakarta —

Hipertensi merupakan suatu kondisi di mana tekanan darah seseorang terdeteksi lebih dari 140/90 mmHg setelah dua kali pemeriksaan di waktu berbeda. Tentunya, pemeriksaan ini dilakukan menggunakan alat ukur yang sudah tervalidasi, ya, Beauty.

Penyakit ini disebut sebagai The Silent Killer atau 'si pembunuh senyap' karena sebagian besar pasien gagal menyadari gejalanya. Biasanya faktor penyebab diabetes adalah gaya hidup yang buruk.

“Hipertensi sendiri terbagi dalam dua kelompok penyebab, yaitu hipertensi primer (esensial) sebanyak 90-95% kasus merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan hipertensi sekunder (5-10%), yaitu tekanan darah tinggi disebabkan oleh penyebab yang mendasarinya antara lain berhubungan dengan tanda-tanda gangguan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar gondok (tiroid), dan penyakit kelenjar adrenal (sebuah kelenjar di atas ginjal yang bertugas menghasilkan hormon), serta konsumsi obat obatan tertentu,” terang dr. Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH, selaku Sekretaris Jenderal InaSH, dalam pemaparannya saat The 17th Annual Scientific meeting InaSH 2023, di Jakarta, Jumat (24/2/2023).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa hipertensi primer biasanya dipengaruhi oleh faktor risiko seperti, usia lanjut, obesitas, adanya riwayat hipertensi pada keluarga, konsumsi makanan asin atau tinggi garam (natrium), konsumsi makanan kemasan atau makanan cepat saji, kurangnya konsumsi buah dan sayur, pola hidup sedenter, yaitu terlalu banyak duduk dan kurang berolahraga, konsumsi alkohol, serta kebiasaan merokok.

Sayangnya, kata dia, gejala hipertensi kerap tak tampak dan baru dirasakan usai kondisinya parah bahkan sampai terjadi komplikasi. Adapun ,gejala yang dapat muncul antara lain sakit kepala atau pusing, rasa mudah lelah saat aktivitas, nyeri dada, gelisah, penglihatan buram, mimisan, bahkan penurunan kesadaran.

Nah, dr. Djoko menegaskan bahwa hal yang paling penting untuk menjaga organ tetap sehat dan jauh dari ancaman komplikasi hipertensi adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Inilah upaya untuk tetap menjaga tubuh sehat meski sudah terdiagnosa menderita diabetes.

Cara ini gak hanya ditujukan pada penderita diabetes saja, Beauty. Kamu yang gak menderita diabetes juga dianjurkan untuk melaksanakannya agar terhindar dari risiko hipertensi.

“Hipertensi yang terkelola dengan baik dapat mencegah dan menurunkan risiko kesakitan, komplikasi, bahkan risiko kematian dini. Upaya ini dapat dicapai dengan modifikasi gaya hidup dan pemberian terapi obat rutin ketika sudah diperlukan,” terangnya.

Nah, lebih rinci, apa saja cara mengendalikan hipertensi yang dianjurkan oleh dokter? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.

1. Ubah lifestyle jadi lebih sehat

Beauty, gaya hidup mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari pola makan, kebiasaan gerak tubuh, kebiasaan buruk seperti merokok, dan lain halnya. Semuanya harus kamu perbaiki menjadi lebih sehat.

Berbicara soal pola makan, bukan berarti penderita diabetes gak boleh mengonsumsi makan enak, lho. Sebaiknya tetap jaga keseimbangan gizi namun batasi konsumsi natrium maksimal 1 sendok teh atau setara dengan 5 gram per hari.

Selain itu, pilihlah makanan yang rendah lemak. Satu hal yang jadi pantangan yang sebaiknya kamu hindari adalah alkohol, Beauty.

Kamu juga sebaiknya mempertahankan berat badan ideal dengan cara melakukan olahraga rutin. Penyakit masa kini adalah kebanyakan duduk atau sitting disease yang mana sangat berbahaya bagi tubuh.

“Membiasakan untuk beraktivitas fisik teratur, yaitu dengan berolahraga yang bersifat aerobik minimal 30 menit per hari dengan frekuensi 5 kali dalam seminggu,” ungkapnya.

Selain itu, hindarilah rokok karena ini merupakan musuh bagi tubuh. Gak hanya berisiko menyebabkan hipertensi, rokok dapat merusak segala sek dari ujung kepala hingga kaki manusia. 

2. Minum obat

Cara lain untuk mengendalikan hipertensi adalah dengan mengonsumsi obat secara disiplin. Ini merupakan upaya untuk memperpanjang harapan hidup dan mengurangi risiko komplikasi akibat diabetes.

“Pada kasus hipertensi yang sudah mendapatkan obat anti hipertensi rutin dari dokter, diharapkan untuk selalu mengkonsumsi obat secara teratur dan berkala sekaligus memeriksakan kondisi kesehatannya ke fasilitas kesehatan. Sebagian besar pengobatan hipertensi diberikan dalam jangka panjang bahkan mungkin sampai seumur hidup,” terangnya.

3. Pantau tekanan darah

Langkah lain yang wajib kamu lakukan adalah untuk terus memantau tekanan darah. Lakukan pemeriksaan seluruh tubuh minimal setahun sekali, apalagi jika ada faktor risiko yang kamu miliki. 

Lantas, kapan harus melakukan pemantauan?

Bagi penderita hipertensi sebaiknya lakukan pemeriksaan tiap bulan hingga target tekanan darah tercapai. Setelah itu, kamu bisa melakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan jika tekanan darah stabil, Beauty.

Namun, pemeriksaan dianjurkan untuk lebih sering jika hipertensi mencapai stadium 2 atau pasien memiliki penyakit lain seperti diabetes, gagal jantung, dan lainnya.

4. Kelola stres

Beauty, selain pola hidup secara fisik yang harus kamu ubah menjadi lebih sehat, perlu diperhatikan bahwa kesehatan mental juga sama pentingnya. Pastikan untuk terus mengelola stres dengan baik untuk mencegah lonjakan tekanan darah.

Dokter Djoko menegaskan bahwa pencegahan komplikasi hipertensi gak bisa dilakukan tanpa adanya kerjasama antara pasien dengan penyedia layanan kesehatan.

“Untuk mencegah komplikasi, pengendalian hipertensi gak hanya tergantung pada obat dari dokter tetapi diperlukan kerja sama, kedisiplinan, dan upaya yang gigi dari penderita,” tandasnya.