Menu

Tega Banget! Begini Kisah Hijabers Cantik Asal Uzbekistan yang Dikira Teroris Hingga Dipaksa Lepas Hijab

27 Mei 2021 12:30 WIB

Hong Hana (YouTube/KBS WORLD TV)

HerStory, Depok —

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang paling disukai oleh banyak orang. Selain banyak makana-makanan enak, keindahan kota dan budayanya menjadi daya tarik tersendiri. 

Tak sedikit orang yang memutuskan untuk menetap di Korea. Sama seperti hijabers cantik bernama Hong Hana ini. Ia berasal dari Uzbekistan dan memutuskan untuk menetap di Korea Selatan pada 2007.

Saat Hong Hana menjadi salah satu bintang tamu dalam program acara TV KBS World, ia mengungkapkan peristiwa yang tak menyenangkan saat dirinya tiba di Korea.

Kehadirannya dalam acara TV tersebut membuat semua penonton pada acara tersebut terkagum-kagum melihat cantiknya memakai hijab.

"Halo perkenalkan nama saya Hong Hana, saya berusia 32 tahun dan berasal dari Uzbekistan. Akan tetapi saya berganti nama ketika pindah ke sini (Korea). Nama saya dulu Abdullayeva Dilafruz Bahodirjanovna, diambil dari nama kakek dan ayah saya," jelasnya seperti dikutip dari channel YouTube KBS Indonesian.

Awalnya, Hanna menjelaskan alasannya mengapa dirinya mantap untuk mengubah kewarganegaraannya itu.

"Saat itu aku menonton "Dae Jang Geum" dan "Winter Sonata". Dan ketika saya datang pertama kali ke Korea, saya merasa sangat senang dan merasa nyaman ketika berada di kota ini. Saya sangat bahagia karena impian saya menjadi nyata. Cuaca di Korea sangat dingin," ujarnya.

Sayangnya, kedatangan dirinya mengenakan hijab dipandang sebagai orang asing pada salah satu restoran di Korea. Bahkan, Hanna mengaku mengalami diskriminasi saat baru tinggal di Korea Selatan.

"Saya bertanya apakah menu lauk pauk yang ada di restoran tersebut, ia malah memanggil staf lainnya untuk melayani saya. Ketika ada orang Korea baru dilayani dengan baik dan ramah. Saya merasa didiskriminasi dan sedih," tuturnya.

Tak hanya itu, iya juga mendapatkan perlakuan yang sama ketika berada di sebuah toko sepatu.

"Saya merasa seperti manusia pada umumnya. Saya ingin membeli sepatu, saya bertanya ini harganya berapa? Dan pelayan toko tersebut malah mengatakan apakah saya mampu membeli sepatu tersebut? Karena sepatu itu harganya mahal. Padahal saya akan membeli sepatu itu," ucap Hana.

Baginya, hijab merupakan salah satu alasan saat ia menerima perlakuan diskriminasi. Adapun seorang pria tak dikenal menghampirinya dan menayakan hijab yang dikenakannya.

" Hey, apa yang kamu kenakan di kepalamu itu?" tutur pria itu.

Diskriminasi yang Hana dapatkan tak sampai disitu. Ia menerima perlakuan yang tak seharusnya dilakukan saat berada di salah satu toko di Korea.

"Saya sedang membeli bahan makanan, ada wanita yang tiba-tiba menarik hijab saya (sambil memperagakannya). Saya terkejut dan bertanya ini ada apa? Lalu dia menyuruh agar saya melepaskan hijab saya. Kamu ini di Korea, harus lepaskan hijab itu," tiru Hana memperagakan ulang wanita tersebut.

Di lingkungan kerja pun Hana juga mendapatkan perilaku yang buruk dari rekan-rekan kerjanya.

"Orang-orang selalu melihat saya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ada yang sampai bertanya kepada rekan kerja saya, tentang siapa diri saya? Mengapa saya bekerja di sini dan apakah saya memenuhi standar? Jujur saya merasa sedih dan sangat sakit diperlakukan seperti itu," imbuhnya sambil mengerutkan kening.

Ditambah lagi dirinya dianggap sebagai teroris ketika pergi mengurus dokumen di kantor pemerintahan. Ada salah satu staf wanita yang menilai penampilannya.

"Dia bertanya apakah saya seorang teroris? Ini hal yang terdengar gila, itu terjadi pada saat 2013. Saya tak dapat berkata apa-apa. Dia ingin memeriksa dompet saya. Kejadian itu lagi-lagi membuat saya sedih. Saya sempat sebulan tidak keluar rumah karena ketakutan," ucapnya.

Alhasil karena mendapat prilaku tersebut, Hana sempat melepas hijabnya selama empat bulan lantaran depresi dan kesal. Meski begitu, ia kembali mengenakan hijabnya karena mendapat komentar rambutnya yang keriting khas wanita Timur Tengah.

"Dulu di kota tempat tinggal saya, semua wanita memakai hijab. Dan ketika saya masih berusia 10 tahun, saya diberikan hijab oleh nenek. Dan itu sangat berarti bagi saya dan membuat saya gembira. Hijab merupakan simbol dari agama saya," tegasnya.

Hingga kini, ia tetap tinggal di Korea Selatan bersama kedua anaknya. 

Top Stories

Artikel Pilihan