Menu

Berantas Bullying Bagi Penyandang Disabilitas yang Rentan Mengalami Perundungan di Tempat Kerja

16 November 2021 17:30 WIB

Ilustrasi perundungan di tempat kerja. (Freepik/seventyfour)

HerStory, Sukabumi —

Penyandang disabilitas masih rentan mengalami perundungan atau bullying di tempat kerja. Salah satunya karena stigma keterbatasan yang mereka miliki. 

Kondisi ini mendorong Unilever Indonesia bersama komunitas anti-bullying Sudah Dong bekerja sama untuk memberantas tindakan perundungan di tempat kerja. Mengangkat tema "Zero Tolerance for Workspace Bullying" diharapkan bisa meningkatkan kewaspadaan dan aksi nyata untuk menindaklanjuti perundungan di tempat kerja bagi masyarakat luas. 

Kampanye ini diadakan sekaligus untuk menyambut Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada tanggal 16 November sebagai ajakan bagi warga dunia untuk membangun toleransi antar budaya dan masyarakat, termasuk dunia bisnis. 

“Hal tersebut sejalan dengan strategi global ‘The Unilever Compass’, khususnya pada pilar berkontribusi pada masyarakat yang adil dan inklusif. Sebagai perusahaan dengan zero tolerance terhadap salah satu bentuk intoleransi di masyarakat, yaitu aksi workplace bullying, kami ingin dapat saling berbagi mengenai langkah-langkah untuk mencegah dan menindaklanjutinya. Harapannya, bersama-sama kita dapat terus berupaya menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat," ujar Kristy Nelwan  Head of Communications PT Unilever Indonesia, Tbk, melalui webinar yang berlangsung pada Senin (15/11/2021)

Sayangnya, perundungan masih sering terjadi terlebih bagi para penyandang disabilitas. Hal ini disampaikan langsung oleh Nicky Clara seorang Disability Womenpreneur.

 “Masih banyak teman-teman penyandang disabilitas yang rentan mengalami workplace bullying, misalnya karena stigma terhadap keterbatasan kemampuan mereka, rasa iba yang berlebihan, dan lainnya. Sayangnya mereka masih enggan bersuara, contohnya karena takut kehilangan pekerjaan yang sudah susah payah mereka dapatkan," ungkap Nicky. 

Nicky menuturkan bahwa setiap perusahaan sepatutnya menerapkan prinsip kesetaraan dan inklusivitas sebagai acuan bagi penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak-hak karyawan di tempat kerja, termasuk untuk teman-teman penyandang disabilitas, sehingga mereka dapat bekerja dengan nyaman, efektif dan produktif. 

Pingkan Rumondor, S.Psi, M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa menjelaskan bahwa workplace bullying adalah serangkaian perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulang untuk mengintimidasi, menjatuhkan atau menyakiti orang lain di tempat kerja. Contohnya seperti kekerasan fisik, verbal, pengucilan/pemboikotan, sabotase pekerjaan, dan lainnya. Workplace bullying bisa dilakukan secara langsung, maupun secara online (via telepon, cyberbullying).

Pinkan menambahkan dampak dari workspace bullying bisa mengalami berbagai macam efek psikologis seperti kecemasan, gejala depresi, hingga gejala post-traumatic stress disorder yang berdampak pada terganggunya keseharian dan produktivitas.

Guna merangkul semakin banyak organisasi untuk memiliki sistem, struktur dan kepemimpinan yang berpihak pada anti-bullying, Unilever Indonesia berkolaborasi dengan komunitas Sudah Dong akan menyusun sebuah e-booklet yang dapat dengan mudah diakses banyak pihak untuk meningkatkan awareness dan menyusun kebijakan terkait workplace bullying.

Fabelyn Baby Walean, Volunteer Sudah Dong menanggapi, “Sebagai komunitas yang sejak 2014 berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif berbagai bentuk bullying melalui rangkaian program offline maupun online, kami melihat bahwa workplace bullying masih banyak terjadi antara lain karena masih kurangnya regulasi ataupun sistem internal yang mampu secara firm menyikapi masalah ini. Kami percaya bahwa pembuatan e-booklet ini akan menjadi sebuah proses transfer of knowledge yang kaya di antara kedua belah pihak, dan semoga akan membawa manfaat bagi perusahaan ataupun organisasi lainnya.”

“Kami harap webinar dan kerja sama ini dapat semakin mendorong semangat dan komitmen dari segenap masyarakat untuk memberikan fokus lebih dan melakukan aksi nyata melawan workplace bullying,” tutup Kristy.