Menu

Mandiri Secara Finansial, Widya Esty Riani Sukses Berbisnis Pasta

02 Desember 2021 15:20 WIB

Widya Esty Riani, Founder Lula Pasta (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, kesuksesan memang bisa datang dari mana saja asalkan usaha tersebut dijalankan dengan konsisten. Seperti Widya Esty Riani, seorang Diapora Indonesia yang punya penghasilan lumayan besar dari usaha makanan sehat, yakni pasta gluten free.

Di bawah payung usaha ‘Lula Pasta’, Widya pun kini menjelma jadi women enterpreneur sukses, yangtak lagi mengandalkan penghasilan suami.

Wanita lulusan production and logistic dari Universitas Duisburg-Essen, Jerman, ini memulai bisnisnya sedari tahun 2018. Namun, untuk Lula Pasta-nya sendiri, baru ia mulai tahun 2019 lalu. Meski tergolong bisnis baru, Lula Pasta pun berhasil membuktikan bahwa bisnis ini gak bisa dipandang sebelah mata lho. Buktinya, terbaru, Lula Pasta menyabet peringkat ke-3 kategori Intermediate Product di event Indonesia Food Innovation Award 2021. Keren kan?

Lantas, apa sih yang melatarbelakangi Widya berbisnis pasta ini?

“Awal mulu saya terjun ke bisnis ini jadi ceritanya anak saya punya masalah dengan percernaan. Sama dokter ia sarankan untuk diet gluten. Kemudian setelah anak besar saya juga punya waktu luang jadi saya ikut inkubasi bisnis. Saat itu saya bawa pasta yang saya buat. Dan pada akhirnya, mentor yang ada di acara inkubasi bisnis itu men-support saya agar mengembangkan bisnis pasta. Setelah dari situ, saya mulai mengasah diri untuk memproduksi pasta ini lebih banyak, karena selama ini kan produksinya untuk konsumsi sendiri, sekarang harus produksi secara komersil. Jadi beda kan skalanya,” beber Widya, kepada HerStory, di Jakarta, Rabu (1/12/2021).

Widya bilang, keistimewaan produk pasta keringnya ini selain gluten free, juga high fiber dan egg & dairy free. Ya, Lula Pasta terbuat dari tepung lokal mocaf dan mix tepung lokal (tepung mocaf, tepung beras dan maizena) sehingga bebes dari gluten. Sehingga, Lula Pasta ini bisa jadi solusi untuk kamu yang sedang menjalani program diet dan menghindari gluten namun tetap ingin menikmati makanan yang lezat lho Beauty!

Gak cuma itu, tepung mocaf pun mengandung kalsium, fosfor dan serat yang lebih tinggi daripada tepung terigu, serta sugar free. Cocok untuk dikonsumsi penderita diabetes, celiac, dan autis. Juga cocok untuk vegan, gluten diet, bahkan anak-anak karena teksturnya yang chewy dan tasty. Dan, dalam memproduksi produk pasta sehatnya ini, Widya pun tak lupa mencampurkan jus sayur, seperti jus wortel sebagai pewarna alami pasta.

“Ya, tak seperti pasta lazimnya, Lula Pasta ini terbuat dari tepung mocaf, yakni tepung singkong yang dimodifikasi dan telah mengalami proses fermentasi supaya karakteristiknya mirip sama terigu, tapi dia gluten free. Kalau tepung terigu kan mengandung gluten. Nah kita ambil bahan bakumnya itu jadi Banjarnegara, Jawa Tengah,” ujar Widya.

Selain Jabodetabek, diakui Widya, pemasaran produk Lula Pasta kini juga sudah merambah Sabang hingga yang terjauh Lombok, NTT.

Hingga saat ini, selain Macaroni, produk Lula Pasta lain yang bisa kamu coba adalah Lasagna, Fettucine, Spaghetti, Angel Hair Pasta atau biasa disebut juga Capellini, juga Gigli. Tak hanya itu, Lula Pasta pun menghadirkan cheese sprinkles yang bisa dinikmati kala kamu menyantap pasta. Adapun kisaran harganya sendiri mulai dari Rp 25 ribu/box ukuran 150 gram, dan Rp 140 ribu untuk per kilogramnya.

Sistem pemasan yang dianut Widya dalam memasarkan produknya saat ini lebih ke B2B atau Business to Business, dimana penjualan produknya hanya diberikan oleh satu bisnis dan diperuntukan untuk bisnis lainnya, bukan kepada konsumen.  Tapi, Widya pun tetap mengandalkan penjualan secara online dengan memanfaatkan media sosial seperti Instagram, WhatsApp, dan marketplace, serta jejaring komunitas.

Kita lebih banyak ke B2B, jadi sekitar 80% itu B2B, jadi distributornya itu toko-toko makanan sehat terus juga ada resto, catering, ke ritel juga kita ada di marketplace seperti Tokopedia dan Shopee. Terus ada di marketplace yang web based, seperti karyaperempuan.id. Ke depannya kita akan lebih banyak kolaborasi dengan sesame UMKM dan komunitas-komunitas kreatif gitu. Seperti komunitas setitik rumpun, itu lagi penjajakan ke situ, jadi dia itu menggabungkan antara UMKM pangan sama seniman indie. jadi ada pertemuannya seperti itu, jadi produk-produk UMKM sama seniman-seniman indie, band indie yang istilahnya mau menelurkan karya itu kita collab. Sistemnya profit sharing. Jadi mereka bantu kita distribusi, juga bantu dari sisi branding, campaign-nya seperti apa. Kita kasih profit sharing ke mereka,” beber Widya.

Widya mengaku, saat awal masa pandemi, pasta sehat miliknya ini mampu mencuri perhatian konsumen. Tak pelak, ia pun dibuat kelimpungan karena banjir orderan pasta.

“Di masa pandemi ini, peningkatan penjualan pasta ini sendiri naik, bisa sampai 60%. Ini karena masyarakat sudah aware dengan kesehatan dan membutuhkan makanan nutuk meningkatkan imun,” tutur Widya.

Dengan kesuksesan yang sudah didapatkannya sekarang, Widya pun berpesan untuk para pembaca HerStory yang ingin terjun ke dunia bisnis.

“Prinsipnya mulai aja dulu. Kalau kita gak punya modal, itu kita bisa pakai yang ada dulu, kita kan punya tangan, punya mata, itu udah termasuk modal. Dan jangan lupa juga untuk selalu berjejaring. Ikut banyak komunitas, karena dari situ tuh akan tumbuh bisnisnya,” beber Widya.

Widya pun menyebut, kesuksesan yang diraihnya ini tak lepas dari dukungan orang terkasihnya, seperti keluarga, prioritas membagi waktu, dan hasil dari berjejaring yang dilakukannya.

Sementara, kunci dalam menjalankan bisnis ini menurut dia adalah konsisten dan inovasi produk. Sebab, untuk bisa bertahan dari persaingan yang ada kita harus membuat beda produk yang kita dagang dengan kompetitor kita.

“Intinya kita harus rajin berjejaring, seperti banyak ikut komunitas, karena dari situ banyak ketemu temen-temen yang senasib juga, ketemu dengan banyak pihak yang membantu kita, terus ketemu dengan pihak-pihak lain yang bisa berkolaborasi dengan kita. Jadi saling bersinergi. Jadi memang enaknya kita berkomunitas itu bakalan ketemu banyak orang, ketemu peluang baru. Dan untuk bertahan di bisnis ini, menurut saya adalah inovasi produk dan juga harus memperhatikan pasar mulai harga, target market dan lain-lain," katanya.

Lebih lanjut, Widya pun beranggapan bahwa tak cuma berbicara perihal kesetaraan hak, keberhasilan wanita untuk mandiri secara finansial juga menjadi hal yang sangat penting saat ini, mengingat hampir semua aspek kehidupan dipengaruhi oleh kondisi finansial.

Ia pun mengatakan, bagi wanita yang sudah menikah, mandiri secara finansial ini berarti menjadikan penghasilan kamu sebagai ‘sekoci cadangan’ yang bisa jadi bantuan berarti saat keluarga mengalami musibah yang tidak diinginkan dan dapat meringankan beban finansial sang suami.

Kita sebagai wanita juga harus bisa mandiri secara finansial. Jadi ibaratnya itu bisnis ini kayak sekoci, jadi tetap kapal induk ada di pimpinan keluarga, dalam hal ini suami. Cuma kita kan gak tau apa yang akan terjad ke depan, jadi sekoci ini seperti penyelamat yang setiap saat bisa digunakan waktu keadaan emergency. Makanya kita tetap harus mandiri, meskipun mungkin pasangan kita bisa memenuhi kebutuhan kita, tapi tetep kita harus punya pegangan. Apalagi zaman sekarang kita gak tau situasinya seperti apa,” papar Widya.

Terakhir, Widya pun berharap, bisnis yang digelutinya ini bisa menginspirasi semua orang.

“Yang pasti harapannya Lula Pasta ini makin dikenal orang dan juga bisa jadi inspirasi buat diaspora yang lainnya jika mereka ingin membuka usaha. Dan juga bisa menginspirasi UMKM-UMKM lainnya juga tentunya,” pungkas Widya.