Ilustrasi pasangan sedang berciuman (Pixabay/kairosproducciones)
Menurut penelitian, ciuman merupakan salah satu cara untuk menilai kecocokan dengan calon pasangan, menemukan bahwa kita dan pasangan saling sinkron.
"Ciuman mengikat dan menghubungkan kamu dan membuat kamu tetap dalam keadaan jatuh cinta. Sya selalu mengatakan, 'jagan pernah berhenti berciuman,' "kata terapis psikoseksual, jacqueline Hellyer.
Berdasarkan laporan The Sydney Morning Herald, ciuman yang bagus adalah kebahagian. Satu studi tahun 2014 menemukan bahwa ciuman romantis diantara pasangan meningkatkan dan menyelaraskan aktivitas otak mereka.
Menurut ahli biologi Desmond Morris, bibir merupakan zona paling sensitif dari tubuh karena penuh dengan ujung safar. Selama berciuman, dapat mentransmisikan banyak sinyal pseudo-genital.
Hellyer mengatakan bahwa kita merangsang saraf di bibir yang kemudian berjalan ke otak saat berciuman.
"Itu melepaskan campuran neurokimia yang menyebabkan euforia, dengan asumsi bahwa ini adalah ciuman yang bagus," jelasnya.
Ia melanjutkan bahwa ciuman melepaskan hormon oksitosin dan dopamin. Keduanya merupakan bahan kimia dasar yang diproduksi saat jatuh cinta.
Selain itu, ciuman juga menurunkan hormon stres kortisol. Jadi, semakin sering melakukannya, semakin baik bagi kesehatan dan ikatan kita dengan pasangan.
Bagi sejoli jangka panjang, frekuensi berciuman dikaitkan dengan kepuasaan mereka terhadap hubungan.
Lihat Sumber Artikel di Suara.com
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.