Ibu sedang mendengarkan musik pada anak dalam kandungan
Moms, apakah kamu saat ini sedang hamil? Perlu kamu tahu ya Moms, salah satu gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai saat hamil adalah adanya miom.
Menurut Dokter spesialis Kebidanan dan kandungan konsultan onkologi di RS Kanker Dharmais, dr. Muhammad Yusuf, SpOG (K) Onk., miom atau dikenal juga dengan nama mioma merupakan istilah medis untuk tumor jinak pada dinding rahim.
“Miom saat hamil merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang kerap dialami dan menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada ibu hamil. Namun, banyak wanita yang tak menyadari ada miom di rahimnya. Sebab, masalah kesehatan ini tak memiliki gejala yang spesifik,” tutur dr. Yusuf, saat sesi Instagram Live, sebagaimana dipantau HerStory, beberapa waktu lalu.
Berbicara soal pemicu miom pada ibu hamil, kata dr. Yusuf, penyebab kemunculan miom masih belum diketahui, tapi ada kaitannya dengan hormon estrogen (hormon reproduksi yang dihasilkan oleh ovarium).
“Biasanya miom muncul pada usia sekitar 16-50 tahun, saat kadar estrogen dalam tubuh wanita sedang tinggi-tinggnya. Setelah mengalami menopause, miom akan menyusut karena penurunan kadar estrogen. Nah, peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh saat hamil dapat pula memicu pertumbuhan miom baru dan mempercepat pertumbuhan miom yang sudah ada sebelumnya," bebernya.
dr. Yusuf juga bilang, miom pada wanita termasuk masalah kesehatan yang lazim. Namun meski begitu, miom yang terjadi selama masa kehamilan dapat meningkatkan komplikasi seperti rasa nyeri di bagian perut atau perdarahan ringan dari vagina. Tapi, bila kondisi miom tak terlalu mengkhawatirkan berarti kondisi janin dalam keadaan normal.
dr. Yusuf menuturkan, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang wanita terkena miom, antara lain faktor keturunan, kegemukan, kebiasaan makan daging merah, daging olahan dan berpengawet,jarang makan sayur dan buah.
“Sebagian besar faktor risiko yang bisa menyebabkan miom tersebut bisa dikontrol. Untuk mencegah miom, wanita perlu menjaga berat badannya tetap ideal, mengonsumsi daging merah tidak berlebihan, tak makan daging olahan dan makanan olahan, serta rajin makan sayur dan buah. Hal yang tak kalah penting, pastikan wanita melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala. Terutama jika memiliki keluarga yang pernah terkena miom,” paparnya.
Ia pun mengatakan, mayoritas miom ini memang sudah ada sebelum kehamilan itu sendiri, jadi bukan kehamilan itu yang mengakibatkan munculnya tumor ini.
“Memang ketemunya saat kehamilan, karena pasien biasanya baru check up ke dokter pada saat telat datang bulan. Sebenarnya itu bisa jadi sudah ada jauh-jauh hari, cuma baru terdeteksi saat si pasien memeriksakan kehamilannya. Itulah yang menjadi problem, karena pasien yang hamil ini mengeluh ada sakit. Jadi sebaiknya, jangan datang ke dokter itu dengan mind set buat visit saja, tapi buat medical check up,” jelas dr. Yusuf.
Lebih jauh, dr. Yusuf menegaskan bahwa miom yang diidap wanita hamil tak akan mengganggu kesehatan janinnya. Karena kata dia, walaupun dalam satu rahim yang sama, miom tak akan mempengaruhi janin baik dari sisi aspek kecacatan, atau pertumbuhan dari janinnya itu sendiri.
“Itu sangat tak mengganggu. Karena janin itu dapat makanan suplainya dari ibunya melalui plasenta,” paparnya.
Tapi kata dr. Yusuf, problem-nya justru tergantung dari letak miomnya sendiri. Jika miomnya dekat dengan area jalan lahir, mungkin posisi janin yang akan berubah karena akan terhambat.
dr. Yusuf mengatakan, jika dari hasil pemeriksaan USG ditemukan miom saat hamil, dokter akan mempertimbangkan penanganan yang sesuai dengan kondisi pasein. Akan tetapi, kata dia, kebanyakan miom tak menimbulkan gejala dan tak mengganggu kehamilan, sehingga tak diperlukan penanganan khusus.
“Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah soal adanya keluhan atau tidak. Apabila si ibu mengalami keluhan yang luar biasa, dia harus datang lebih dini, kalau saya sendiri ke pasien itu biasa memberikan kontak, agar kita bisa memfollow-up pasien terkait kondisinya. Terlebih bagi pasien yang memiliki risiko seperti ini,” tandasnya.