Menu

Dukung Swamedikasi Alergi, Bayer Luncurkan Produk Anti-Alergi Tanpa Kantuk, Seperti Apa?

12 Juli 2022 14:52 WIB

Para pembicara di acara virtual media launch “Claritin, Swamedikasi Alergi untuk Bebas Beraktivitas Tanpa Kantuk”, Selasa (12/7/2022). (Riana/HerStory)

HerStory, Bogor —

Beauty, apakah kamu salah satu yang punya alergi? Ya, alergi atau reaksi hipersensitivitas terhadap zat tertentu (alergen) memang umum terjadi. World Allergy Organization (WAO) sendiri memperkirakan prevalensi alergi di setiap negara di dunia mencapai 15-20 persen.

Meski tak tergolong buka penyakit berbahaya, kamu jangan mengabaikan alergi, Beauty. Pasalnya, alergi bisa mempengaruhi aktivitas penderitanya, termasuk mengganggu produktivitas. Bahkan, studi American Journal of Rhinology and Allergy (2012) menyebutkan bahwa pilek alergi merupakan penyebab turunnya produktivitas pekerja sebesar 27 persen, dan berkurangnya kualitas hidup hingga 28 persen.

Pilek alergi (rhinitis) bersama gatal alergi (urtikaria) merupakan dua jenis alergi yang kerap dialami masyarakat Indonesia. Prevalensi pilek alergi di Tanah Air sebesar 53 persen dengan penderitanya paling sering ditemukan di kalangan usia produktif. Sementara, untuk gatal alergi, sebuah penelitian di Palembang mendapati prevalensinya mencapai 43 persen.

“Sejalan dengan visi kami: Health for All, Hunger for None, kami ingin membantu masyarakat Indonesia lebih memahami kesehatan diri dan keluarga, serta mampu menjaga kesehatan secara mandiri. Salah satu upaya kami dengan meluncurkan kampanye swamedikasi untuk mengenali dan mengobati alergi secara mandiri. Alergi dapat mengganggu produktivitas pada kalangan usia produktif yang tentunya dapat mempengaruhi kesehatan. Apabila tidak segera diatasi, alergi berandil menurunkan kualitas hidup penderitanya,” ungkap Steven Lee, Country Division Head of Consumer Health Bayer Indonesia, dalam virtual media launch “Claritin, Swamedikasi Alergi untuk Bebas Beraktivitas Tanpa Kantuk”, Selasa (12/7/2022).

Edukasi mengenai swamedikasi alergi juga dianggap semakin mendesak mengingat banyak kabar keliru yang mudah beredar di tengah masyarakat. Sementara, penelitian maupun informasi mengenai fakta alergi, khususnya di Indonesia, masih sangat minim.

“Memahami situasi tersebut, Bayer menggagas kampanye swamedikasi alergi pertama di Indonesia bertajuk #RedakanAlergimuBestie. Berlangsung hingga Desember 2022, kampanye ini menargetkan untuk mengedukasi swamedikasi alergi kepada 1 juta masyarakat Indonesia,” lanjutnya.

Dimulainya kampanye #RedakanAlergimuBestie ditandai dengan peluncuran panduan digital swamedikasi pilek alergi dan gatal alergi melalui cekpilekalergi.com. Selain itu, Bayer telah memberdayakan 8.000 apoteker dan asisten apoteker untuk melakukan edukasi swamedikasi langsung kepada konsumen - dengan menggandengIkatan Apoteker Indonesia (IAI) melalui peluncuran modul Panduan Swamedikasi Pilek Alergi dan Gatal Alergi.

Mendukung inisiatif tersebut, Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati, selaku pharmacy expert, menegaskan bahwa di Indonesia, Pilek Alergi (53 persen) dan Gatal Alergi/Urtikaria (43 persen) merupakan jenis alergi yang paling umum dijumpai.

“Pilek alergi atau rhinitis ditandai dengan beberapa kondisi seperti gangguan tidur; telinga gatal atau berdengung; mata berair, gatal dan merah; bersin-bersin, hidung tersumbat, hidung banyak ingus, hidung gatal; serta tenggorokan gatal, batuk dan postnatal drip,” imbuhnya.

Sementaragatal alergi atau urtikaria yang biasa disebut biduran atau kaligata, dapat terjadi pada semua kelompok usia. Bahkan, sekitar 15-20persen populasi pernah mengalami gatal alergi atau urtikaria selama hidupnya. Gatal alergi atau urtikariaditandai dengan munculnya ruam dan flare disertai dengan bentol, rasa gatal atau rasa panas.

“Menghindari alergen merupakan penanganan terbaik untuk mengatasi alergi. Meski demikian, seringkali penderita alergi berada di situasi yang tidak memungkinkan mereka untuk menghindari pemicu alergi Misalnya, pelaku perjalanan yang memiliki alergi debu, tetapi harus mengunjungi daerah tersebut. Swamedikasi menghindari pemicu alergi dan anti alergi tanpa kantuk untuk dapat dapat meredakan alerginya,” tutur Prof.Zullies.

Menyertai kampanye swamedikasi alergi, Bayer selaku perusahaan global dengan kompetensi di bidang Life Science terkait kesehatan dan pertanian, memperkenalkan produk terbarunya: Claritin.

“Selama ini penderita alergi seringkali enggan mengonsumsi obat alergi atau antihistamine. Sebab, mayoritas obat tersebut kurang praktis diperoleh lantaran membutuhkan resep dokter. Selain itu, efek sampingnya memicu kantuk sehingga mengganggu produktivitas dan kualitas hidup. Hadirnya Claritin dari Bayer kami harap menjadi solusi bagi penderita alergi untuk tetap bebas beraktivitas dan kembali dapat menjalani hidup secara berkualitas untuk redakan alergi,” tambah Steven Lee.

Dengan dosis sekali sehari, Claritin efektif meredakan gejala alergi seperti: bersin-bersin, pilek alergi, hidung gatal dan gatal alergi. Claritin telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai obat bebas terbatas (tanpa resep dokter).

“Pemerintah mendukung upaya swamedikasi penyakit alergi melalui perubahan golongan obat Loratadine menjadi Obat Bebas Terbatas. Berdasarkan Peraturan Kemenkes (PMK no.3 tahun 2021), swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan secara mandiri untuk mengobati gejala penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Hal ini akan mendukung pelayanan di apotek untuk swamedikasi alergi yang benar kepada konsumen dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gejala alergi. Alergi melibatkan pemicu alergi. Oleh karena itu diperlukan obat Anti Alergi. Loratadine yang merupakan salah satu Anti Alergiyang dapat diberikan secara swamedikasi untuk penanganan Alergi,” papar Prof Zullies.

Di kesempatan yang sama, Medical Lead Bayer Consumer Health, dr. Riana Nirmala Wijaya, memaparkan, kondisi-kondisi yang menandai urtikaria dan rhinitis tersebut tentunya membuat penderitanya merasa sangat tidak nyaman dan menghambat aktivitas keseharian.

Dalam rangka perubahan penggolongan obat Loratadin menjadi Obat Bebas Terbatas, Bayer mendukung upaya penyuluhan swamedikasi alergi melalui peluncuran ‘Panduan Swamedikasi dan Gatal Alergi’ untuk pelayanan diapotek pada acara Bayer Pharmacy Summit 2022 yang dihadiri hingga sekitar 8,000 tenaga kesehatan di apotek Bersama Ikatan Apoteker Indonesia.”

“Selain itu, Bayer juga mendukung edukasi awam melalui Cek Alergi secara digital yang dapat diakses melalui cekpilekalergi.com pada bulan Juli 2022. Loratadin merupakan anti alergi tanpakantuk, bekerja cepat, dan efektif selama 24 jam untuk redakan gejala alergi dari pemicu alergi dalam dan luar ruangan,” imbuh dr. Riana.

Sementara itu, Ririn Ekawati, figur publik yang terlibat dalam kampanye #RedakanAlergimuBestie menyatakan, sebagai penderita alergi debu, dirinya kerap harus berpikir ekstra ketika akan melakukan kegiatan di luar rumah dalam pekerjaan. Namun, dengan mengenali alergi, termasuk pemicunya melalui swamedikasi, ia kini jadi lebih bebas untuk menjalani aktivitas dankegemaran traveling.

“Termasuk juga saat menikmati kuliner khas setempat, dengan menghindari pemicu alergi tentunya. Jadi saya ingatkan, jika alergi menyerang,pilih Anti Alergi Tanpa Kantuk dari Bayer,Alergi Reda, Bebas Beraktivitas Tanpa Kantuk,” tandasnya.

Fyi Beauty, Claritin Anti Alergi Tanpa Kantuk dengan kandungan Loratadin tersedia dalam kemasan praktis kemasan box isi 5 dan box isi 10, Claritin bisa diperoleh di Apotek terdekat mulai bulan Juli 2022. Claritin, Alergi Reda, Bebas Beraktivitas Tanpa Kantuk.

Artikel Pilihan