Garam. (Pixabay/Bruno Germany)
Moms garam merupakan bumbu yang kerap digunakan untuk masakan, salah satunya MPASI, meskipun begitu Moms perlu tahu takaran yang tepat untuk penggunaan garam bagi MPASI bayi biar gak jadi bahaya.
Perlu diketahui sebelumnya, garam menjadi penyedap rasa yang sering digunakan saat memasak makanan sehari-hari, termasuk untuk makanan si kecil saat ia sudah mulai MPASI. Namun, apakah pemberian garam untuk bayi yang baru pertama kali mencoba MPASI diperbolehkan?
Pada dasarnya untuk bayi yang baru mulai MPASI dia tak membutuhkan tambahan garam pada makanannya. Biarkan dia menikmati rasa asli dari menu makanan yang diberikan.
Baca Juga: Cara Bikin Salmon Cream Soup, Buatnya Mudah Rasanya Mewah, Si Kecil Auto Nambah!
Apalagi terkadang beberapa makanan yang disajikan untuk bayi sudah terdapat kandungan garam sejak awal. Misalnya, roti, biskuit, dan MPASI instan yang banyak dijual di pasaran.
Sementara itu, apabila Bunda memang ingin menambahkan garam pada makanan bayi, maka tak boleh terlalu banyak. Berdasarkan penjelasan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di laman resminya, merujuk pada rekomendasi National Health Service (NHS), bayi hanya membutuhkan sedikit garam, yaitu sekitar kurang dari 1 gram atau 0,4 gram natrium per hari.
Ginjal bayi tak bisa menerima asupan garam lebih dari ukuran tersebut. Aturan pemberian garam kurang dari 1 gram berlaku bagi bayi di bawah 12 bulan atau 1 tahun.
Lantas, bagaimana dengan pemberian garam untuk bayi 1 tahun dan anak di usia atasnya? Apakah aturan pemberiannya sama dengan bayi di bawah 1 tahun?
takaran pemberian garam untuk bayi usia 6 bulan hingga satu tahun kurang dari 1 gram per hari. Setelah itu, saat usia anak sudah menginjak 3 tahun, maka pemberian garam sudah boleh ditambahkan.
Begini penjelasan NHS mengenai takaran pemberian garam untuk anak yang wajib orang tua ketahui. Perhatikan, ya, Bunda. Jumlah maksimum garam yang disarankan untuk bayi dan anak-anak adalah:
Baca Juga: Resep Udang Tumis Mentega, Sajian Lezat untuk Anak yang Nafsu Makannya Turun
Sementara bayi yang masih eksklusif ASI tak membutuhkan tambahan asupan garam karena pada ASI atau susu formula yang dikonsumsinya sudah mengandung garam.
Selain penambahan garam secara moderat, Bunda juga harus memperhatikan takaran garam yang terdapat memberikan pada bayi menu MPASI yang berasal dari makanan olahan kemasan (processed food).
Misalnya pasta, daging olahan, roti, atau lainnya. Sebab, makanan tersebut sudah dicampurkan dengan garam dalam olahannya. Bayangkan jika saat Moms mengolahnya kembali, Moms menambahkan kembali garam ke dalamnya?
Jadi bijaklah dalam menambahkan garam ke dalam makanan bayi Moms.
Bayi dilahirkan dengan preferensi alami untuk makanan manis, asin, dan rasa umami. IDAI mengatakan, garam bisa saja ditambahkan pada MPASI bayi sekadar untuk menjamin perkembangan khasanah rasa pada bayi –hal ini juga berlaku pada aturan pemberian gula untuk bayi.
Apabila Moms menawarinya makanan asin berulang kali, itu dapat memperkuat preferensi rasa alaminya ini, kemudian menyebabkan anak malah lebih menyukai makanan asin daripada yang secara alami kurang asin.
Melansir laman Healthline, pemberian garam berlebihan pada bayi bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatannya. Di antaranya:
Memengaruhi Fungsi Ginjal
Terlalu sering mengonsumsi makanan asin dapat memengaruhi fungsi ginjal bayi yang belum sempurna. Ginjal bayi masih belum matang, dan organ tersebut belum dapat menyaring kelebihan garam seefisien ginjal orang dewasa. Akibatnya, diet yang terlalu kaya garam dapat merusak ginjal bayi.
Masalah Kesehatan Lain
Diet kaya garam juga akan memengaruhi kesehatan dan preferensi rasa jangka panjang bayi. Seperti:
Pada akhirnya, diet kaya garam dapat menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi selama masa kanak-kanak dan remaja, yang kemudian akan meningkatkan risiko penyakit jantung di kemudian hari.
Dalam kasus ekstrem, asupan garam yang sangat tinggi dapat memerlukan perawatan medis darurat, dan dalam beberapa kasus, bahkan menyebabkan kematian. Namun, ini jarang terjadi dan biasanya terjadi karena bayi secara tak sengaja memakan garam dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada yang biasanya ditambahkan orang tua ke dalam makanan
Bayi Tak Suka Makanan Alami
Makanan olahan, yang cenderung asin, tetapi biasanya tak kaya nutrisi, mungkin akan jadi lebih disukai bayi daripada makanan utuh dengan kandungan garam alami yang lebih rendah, seperti sayuran. Inilah alasan mengapa preferensi rasa asin bayi pada gilirannya akan menurunkan kualitas makanan mereka secara keseluruhan.
Jadi, ketika menambahkan garam untuk bayi, pertimbangkanlah semua hal di atas, Bunda, karena bukan tanpa alasan beberapa lembaga kesehatan juga mengatur mengenai hal ini mengingat risiko buruk yang bakal diterima bayi di kemudian hari.
Lihat Sumber Artikel di The Asian Parent
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan The Asian Parent. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.