Menu

Apakah Pemeriksaan Suhu Tubuh Efektif dalam Menghentikan Penyebaran COVID-19?

28 April 2020 21:00 WIB
Apakah Pemeriksaan Suhu Tubuh Efektif dalam Menghentikan Penyebaran COVID-19?

Petugas medis perusahaan memeriksa suhu tubuh karyawan PTPN IV di Medan, Sumatera Utara, Jumat (6/3/2020). (ANTARA FOTO/Septianda Perdana/wsj)

HerStory, Jakarta —

Sebagian masyarakat dunia kini sedang melakukan karantina di rumah. Bukan tanpa sebab, itu merupakan salah satu cara guna memperlambat penyebaran COVID-19.

Enggak cuma itu, strategi lain yang terus muncul adalah pemeriksaan suhu tubuh. Biasanya ini dilakukan jika mendatangi tempat umum. Suhu tubuh dilakukan untuk melihat kondisi tubuh apakah sedang demam atau enggak. Taktik ini pertama kali digunakan di Wuhan, Cina, sebagai kota tempat awal mula virus corona terdeteksi.

Baca Juga: Suhu Tubuhnya di bawah 35 Derajat Celcius Dibilang Normal? Dokter Ini Ragukan Termometer Tembak!

Tetapi apakah pemeriksaan suhu benar-benar cara terbaik untuk memantau dan mengendalikan penyebaran virus corona?

Menurut beberapa ahli penyakit menular, metode ini memiliki banyak kekurangan dan enggak bisa jadi satu-satunya cara untuk mengatasi pandemi ini. Menurut Jai ??Marathe, seorang dokter penyakit menular di Boston Medical Center dan asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Boston, cek suhu tubuh dilakukan karena tubuh yang demam jadi salah satu gejala umum virus corona.

"Virusnya berlipat ganda. Setelah mencapai tingkat kritis, itu menyebabkan tubuh merespons dengan gejala yang kuat. Durasi terjadinya hal ini berbeda disetiap individu, dan dalam kasus COVID-19, salah satu gejala paling umum yang dialami pasien adalah demam,” katanya seperti dilansir Huffingpost (28/3/2020).

Namun, para ahli setuju bahwa tak ada jaminan pasien COVID-19 mengalami demam. Hal yang harus diingat adalah COVID-19 gejalanya berbeda pada setiap pasien dan sebagian besar kasus mungkin tak menunjukkan gejala. Satu studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, yang menganalisis 5.700 orang sakit parah dengan COVID-19 di wilayah New York City, menemukan bahwa dua pertiga dari mereka enggak menderita demam.

Baca Juga: Antisipasi Penularan Virus Corona dengan Cek Suhu Tubuh! Berapa Sih Suhu Tubuh Normal?

"Sementara demam adalah salah satu manifestasi yang lebih umum dari infeksi SARS-CoV-2. Demam tidak universal dialami oleh pasien COVID-19. Sayangnya, kami tidak dapat memprediksi apakah seseorang akan bergejala atau tidak dan apa gejala yang dialami," kata Stephen P. Juraschek, seorang dokter di Beth Israel Deaconess Medical Center dan asisten profesor kedokteran di Harvard Medical School.

Beberapa studi mengatakan bahwa pasien COVID-19 juga enggak mengalami gejala. Karena alasan ini, Juraschek mencatat bahwa pemeriksaan suhu mungkin tidak selalu efektif.

"Kasus asimptomatik, ringan, atau tertunda bisa terlewatkan melalui cek suhu tubuh. Melakukan cek suhu tubuh seperti itu tidak seefektif pencegahan lainnya, seperti mencuci tangan, menjaga jarak sejauh 6 kaki, menggunakan masker atau menutupi mulut seseorang ketika batuk," tambahnya.

Baca Juga: OTG Sebutan Baru untuk Orang Tanpa Gejala COVID-19! Yuk, Kenali Kriteria OTG!

Natasha Chida, asisten direktur program beasiswa penyakit menular dan asisten profesor kedokteran di Johns Hopkins, juga menunjukkan kekurangan pemeriksaan suhu.

“Tidak ada salahnya untuk menerapkan pemeriksaan suhu di tempat-tempat umum untuk membatasi orang yang memiliki gejala menulari orang lain. Tapi saya pikir, ini kurang efektif karena mungkin kamu akan terpapar dengan orang yang terinfeksi namun enggak merasa demam dan belum menunjukkan gejala atau tidak akan menunjukkan gejala," kata Chida.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan