Illustrasi orang tua menerapkan toxic masculinity (Bearfotos)
Kenyataannya, rasa sakit nggak pernah memandang jenis gender. Toxic masculinity sering menyebut sakit adalah sesuatu yang nggak macho untuk anak laki-laki. Padahal ini sangat manusiawi. Pandangan toksik ini bisa membuat anak laki-laki kurang peduli dan perhatian terhadap tubuhnya sendiri. Merek seolah-olah harus terus berolahraga dan bekerja keras saat terluka dan terus beraktivitas saat sakit. Hal ini justru berbahaya untuk fisik mereka.
Kayak perempuan saja! Kalimat ini juga sering muncul dalam pola asuh toxic masculinity. Laki-laki seolah haram untuk menunjukkan perasaan. Laki-laki harus kuat, tabah, dan nggak menampilkan emosional yang destruktif.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.