Asrini Suhita, Sales Senior Director &Sustainability Leader di P&G Indonesia. (Istimewa/Edited By HerStory)
Nah Beauty, terlepas dari itu semua, Ririn pun lantas membeberkan ihwal perubahan yang telah berhasil dilakukan oleh tim sustainability yang ‘disupiri’ olehnya dari hulu ke hilir. Untuk mendukung sustainability di proses produksi, kata Ririn, P&G Indonesia telah menerapkan prinsip responsible consumption dengan program perbaikan berkelanjutan seperti efisiensi penggunaan air dan energi di dalam kegiatan sehari-hari di pabrik, serta menerapkan zero waste to landfill. Khusus pengurangan energi, sejak 2012, plant (pabrik) di Karawang sudah berhasil mengurangi energy footprint.
"Perubahan-perubahan yang telah kami lakukan itu ada dari hulu ke hilir. Dari hulu sendiri, yakni pabrik P&G Indonesia sekarang udah renewable electricity dan kami juga mengolah listrik sendiri. Lalu, 20 persen air yang kami pakai untuk operasional, bukan untuk produksi barang, merupakan recycled water. Yang ketiga, P&G juga sudah zero waste landfill, jadi semua limbah P&G sudah diolah dengan baik, kerjasama dengan pemerintah setempat, memastikan tidak ada harmful chemical dan juga tidak ada yang dibuang ke TPA sama sekali," beber Ririn.
Sementara dari brand-nya sendiri, kata Ririn, beberapa brand P&G seperti Herbal Essences, Gillette Venus, 70 persen packaging-nya menggunakan recycled plastic atau recycled paper.
"Nah, kalau melihat toko atau display P&G sekarang, itu materialnya 95 persen sampah yang kami collect dari konsumen kita sendiri. Jadi kita punya program collect sampah dari konsumen, kita tempa jadi bahan display-display kita," ujar Ririn.
Gak berhenti di situ, perubahan yang telah Ririn lakukan dalam program sustainability ini adalah menggaet eco agency, yakni Octopus Indonesia, meluncurkan program pengolahan sampah plastik lewat program Conscious Living yang kini sudah mencakup area Bandung Raya dan DKI Jakarta. Ririn bilang, program ini dilatarbelakangi oleh program internal P&G Indonesia selama pandemi Covid-19 berlangsung.
“Seluruh karyawan kami yang bekerja dari rumah sangat bersemangat untuk berkontribusi terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, P&G awalnya melakukan program Conscious Living bagi karyawan yang mana mereka diajak untuk memilah sampah yang nanti diambil langsung oleh pihak P&G untuk didaur ulang. Menariknya, dalam beberapa bulan berlangsung, sampah domestik yang terkumpul dari karyawan kami bisa mencapai 5,1 ton,” ungkap Ririn.
Menurut Ririn, animo konsumen berpartisipasi dalam program Conscious Living ini sangat baik. Setidaknya dalam waktu 6 bulan setelah program tersebut diluncurkan di Jawa Barat sendiri, sampah kemasan P&G pun terkumpul hingga mencapai 50 ton.
Ririn juga mengatakan, dalam menjalankan program 'jemput bola' ini, P&G bersama Octopus Indonesia pun menghadirkan berbagai insentif penukaran poin menarik bagi mereka yang telah mengumpulkan sampah plastiknya. Kini, poin yang didapatkan bisa ditukar dengan berbagai insentif menarik, mulai dari token listrik, pulsa, hingga ditukar dengan voucher kopi di beberapa merchant.
"Kami senang karena produk P&G dipakai dan bisa meningkatkan nilai kehidupan dari konsumen kami. Tapi sekarang kami juga mendorong konsumen untuk bisa bersama-sama menyelamatkan bumi," ujar Ririn.
Tak hanya memberikan keuntungan bagi konsumen, program Conscious Living ini disebut berdampak ekonomis bagi para Pelestari (pemulung) yang bergabung. Hingga saat ini, kata Ririn, P&G Indonesia telah menjangkau lebih dari 3.000 pelestari, dan 54 persen di antaranya adalah perempuan yang merupakan tulang punggung keluarga, dan sekitar 50 Pelestari dari total 3.000 itu adalah people with unique abilities. Ririn bilang, setelah bergabung dengan program Conscious Living, para Pelestari tersebut pun mengalami peningkatan pendapatan.
"Nah, dari sini Pelestari itu mungkin dulunya pendapatannya di bawah UMR, kemarin bisa ada peningkatan hingga 37 persen sampai UMR, per orang juga bisa dapet hingga Rp 800 ribu lebih tambahannya per bulan. Sustainability is one thing, it’s a big cause for the environment, but we also want it to be a cause for women empowerment and people with unique abilities. Membantu mereka dari sisi ekonomi juga. Jadi saya merasa bangga bisa mengambil bagian dalam melakukan perubahan ini, bukan dari sisi lingkungannya saja tapi juga karena bisa membuka peluang kerja," tutur Ririn.
Lebih lanjut, ia pun berujar, tentu P&G Indonesia ingin melakukan ekspansi program pengolahan sampah plastik ini ke wilayah lain di Indonesia, selain Bandung Raya dan DKI Jakarta yang kini tengah dijalankan.
"Kita excited banget untuk program ke depannya ya. Excited-nya itu bukan sekedar masalah environment-nya saja, tapi juga karena ini bisa membuka peluang kerja. Ini memang kita kerjasamanya baru dengan Bandung Raya dan Jakarta, karena kita harus kerja dengan pemerintahan juga dan juga eco agency-nya. Jadi kita ada rencana sama eco agency-nya mau expand further, tapi government-nya juga harus support, eco agency-nya juga harus menjangkau area lebih luas lagi, dan udah pasti P&G bakal join ya," ujar Ririn.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.