Menu

Dear Pasutri, Jangan Lakukan 7 Hal Ini saat Marah Kalau Gak Mau Menyesal!

19 Mei 2021 13:00 WIB

Pasangan Bertengkar.(Pinterest/Edited by HerStory)

HerStory, Bandung —

Gak dipungkiri bahwa prahara rumah tangga akan selalu ada dalam cerita hidupmu. Gak semua rumah tangga menghadirkan kebahagiaan dan kesenangan. Ada kalanya mengalami pertengkaran yang sebenarnya menguji masing-masing pihak untuk lebih kuat dalam membangun rumah tangga itu sendiri.

Namun terkadang pertengkaran kamu dengan pasangan bisa terlalu menyulut emosi. Sampai-sampai tak sadar melakukan hal-hal kasar atau keras. Padahal kalau bisa jangan pernah sampai terlalu keras dalam pertengkaran kamu dengan orang yang kamu cintai.

Lebih baik berhati-hati saja saat bertengkar. Karena argumen kecil pun bisa berubah menjadi pertempuran besar jika dipicu oleh kata-kata atau tindakan yang buruk. Oleh karena itu, kamu harus menguasai emosi dan menghindari tujuh hal ini. Simak yuk, jangan sampai nanti menyesal, lho!

Menutup telepon

Kalau kamu kebetulan sedang bertengkar lewat telepon, lalu kamu menutup telpon tanpa permisi, maka itu akan menjadi petaka. Terlebih lagi jika pasanganmu mencoba menelepon lagi, kamu reject. Telpon lagi, kamu reject lagi. Bahaya.

Padahal bisa jadi panggilan telepon itu untuk menawarkan solusi. Ketika dia sudah ingin menyudahi, kamu malah memotongnya. Kalau memang kamu tidak senang dengan atmosfer pertengkaran, kenapa harus menghindar?

Kalau memang kamu tak ingin berbicara dengan dia dalam kondisi suasana hati yang buruk, kamu bisa mengangkat telepon dari dia dan sampaikan bahwa dia bisa menelepon lagi nanti atau kamu sendiri yang akan menghubungi dia setelah suasana hatimu membaik.

Jangan pernah menantang

Pikirkan, jika ada api kecil lalu kamu menyiramkan bensin tepat di atasnya. Apa yang terjadi? 

Seperti itulah. Jangan pernah menantang seseorang yang sedang marah atau emosi. Karena meskipun itu adalah pasangan kamu yang kamu cintai dan dia mencintai kamu, bukan berarti dia tidak bisa bertindak kasar.

Contohnya, saat pasanganmu mulai mengangkat tangan hendak memukul, lalu kamu berteriak, "Mau main tangan? Silakan kalau memang kamu ingin disebut laki-laki-sejati!"

Kata-kata seperti itu jelas bukan ide yang bagus. Ketimbang menantang orang yang sedang emosi seperti itu, ada lebih dari 100 cara untuk mendinginkan suasana hati pasangan kamu. Ini berlaku juga untuk suami maupun istri. Intinya, salah satu harus rela menjadi air, bukan bensin.

Merusak benda-benda sekitar

Biasanya, saat emosi sudah diubun-ubun orang akan cenderung melampiaskan amarahnya lewat barang-barang di sekitar. Hal itu secara psikologis memang ada, karena dia secara batin tidak kuasa untuk menyakiti, menampar atau main tangan pada pasangan karena saking cintanya.

Makanya, amarah dilampiaskan ke pintu yang dibanting, melempar vas bunga ke dinding, pergi ke dapur dan membuat suara-suara gaduh tak jelas. Apakah ini benar? Tentu tidak!

Karena hal itu justru akan membuat pasanganmu merasa terintimidasi dan terkejut. Lebih parah lagi, ketidakmampuan kamu mengendalikan amarah justru dipandang sebagai kelemahan, bukan kekuatan! 

Melibatkan orang lain

Jangan pernah melibatkan orang lain dalam emosi pertengkaranmu. Misalnya saja suami yang pulang terlambat karena pekerjaan. Kemudian kamu mulai mengadu dan menceritakan betapa kamu kesal karena suamimu pulang terlambat.

Kalau suamimu mengetahui itu, jelas akan membuat dia makin kesal. Akhirnya pertengkaran yang semula tentang pulang terlambat, akan merembet ke perkara campur tangan orang tua dan kamu yang tidak bisa menyimpan prahara rumah tangga dengan menceritakan masalah ke orang lain.

Pada dasarnya melibatkan orang lain tak perlu dalam pertengkaran rumah tangga selama kamu bisa mendiskusikan dan menyelesaikannya sendiri. Lagipula, ketika kamu mengadu ke orang lain, belum tentu mereka bisa membantumu, atau malah bisa memanas-manasi hati sehingga makin emosi. Selain itu, jika kamu mengadu ke orang lain yang lebih dewasa, kebanyakan mereka akan mengembalikan semuanya ke kamu dan pasanganmu untuk menyelesaikan secara pribadi. 

Berbicara tentang perpisahan

Jangan sampai! Jika kamu mengucapkan kata perpisahan atau perceraian dalam setiap pertengkaran yang kamu alami dengan pasangan, maka dia mungkin akan merasa terhina. Seakan kamu selalu mengajak pisah dan dia tidak menghendaki sehingga terus menerus bertengkar dan terus menerus mendengar kata pisah.

Kalau memang kalian sudah tak ingin bersama lagi, sebaiknya semua dibicarakan sambil ngopi atau bersantai. Mungkin itu lebih baik daripada mengutarakannya dalam keadaan emosi.

Menggali masalah lain

Kamu bertengkar dan mulai membawa-bawa masalah lain atau masalah yang sudah lalu. maka pertengkaran kalian akan bertambah parah. Sebaiknya jangan coba-coba menggali masalah yang sudah berlalu, selesaikan saja masalah kalian yang sekarang.

Itulah pentingnya menyelesaikan masalah di saat itu juga, agar kelak pertengkaran tersebut tidak diungkit lagi di masa yang akan datang.

Jika kamu sudah menggali masalah lain, pasangan kamu juga melakukan hal yang sama, maka hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan kalian.

Tidur terpisah

Wajar ya, mungkin setelah bertangkar hebat kamu maupun pasangan kamu akan membenci satu sama lain untuk beberapa waktu. Tapi di malam hari, jika kamu tidur di ruangan terpisah untuk menghindari kehadiran pasangan, jarak antara kalian bisa meningkat.

Untuk itu, usahakan tetap tidur dalam satu ruangan dan satu ranjang. Siapa tahu saat pagi hari, otak lebih fresh sehingga kalian bisa mulai berkompromi dengan diri sendiri dan pasangan kamu.