Menu

Apakah White Lies Berdampak Baik Bagi Anak? Coba Baca Lengkapnya Yuk!

11 Juni 2021 15:10 WIB

Ilustrasi Ibu sedang Berbisik. (Pixabay/Edited by HerStory)

HerStory, Bandung —

Ketika kecil, tak jarang orangtua kita sering kali mengungkapkan kebohongan yang terkadang bertujuan untuk mengubah perilaku anak atau agar anak tidak sedih. Inilah yang sering disebut dengan "White Lies."

Menurut Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes, dosen Psikologi UNAIR, dilansir dari Unair News, meski berbohong dengan niat baik, orang tua perlu mempertimbangkan pengaruhnya terhadap perkembangan mental anak. Berbohong kepada anak dapat menyebabkan penalaran anak menjadi kurang berkembang dan membuat anak bingung.

Berbohong, nyatanya, tidak dibenarkan meski bertujuan untuk menyenangkan anak. Alih-alih mengambil jalan pintas dengan berbohong, orang tua diharapkan dapat menjelaskan situasi yang sedang terjadi dengan jujur menggunakan bahasa sederhana dan tidak menyakiti anak.

Dampak Negatif White Lies

Menurut penelitian dari Nanyang Technological University, Singapura yang melibatkan 379 orang dewasa muda Singapura, menunjukkan bahwa orang tua banyak memberi tahu anaknya bahwa "kejujuran adalah kebijakan terbaik" namun pada praktiknya, orang tua sering melakukan kebohongan.

Ketidakjujuran orang tua dapat mengikis kepercayaan dan mendorong anak-anak berbohong ketika mereka beranjak dewasa.

Menurut penelitian Universitas Toronta Kanada, Universitas California Amerika Serikat, San Diego, dan Universitas Normal Zhejiang China pada Journal of Experimnetal Child Psychology, mengasuh anak dengan berbohong dapat menempatkan anak pada risiko yang lebih besar.

Risiko ini berhubungan terkait mengembangkan tentangan psikologis dan sosial, kesulitas penyesuaian, dan bahkan mungkin menjadi agresif atau pelanggar aturan. Hal ini dikarekanak ketika anak mengetahui kebenaran, tetap ornag tua membantahnya, anak akan meragukan dirinya sendiri.

Menghindari White Lies

Perlu langkah alternatif yang dilakukan orang tua agar tidak melakukan white lies. Misal, mengakui perasaan anak, mengkomunikasikan harapan, menawarkan pilihan dan menyelesaikan masalah bersama hingga anak tahu apa yang diharapkan orang tua.

Selain itu, orang tua juga perlu mengajarkan kekecewaan pada anak karena anak akan semakin beranjak dewasa dan juga dimungkinkan akan ada banyak tantangan yang mungkin membuat mereka kecewa.