Menu

Kanker Payudara Turunkan Kualitas Hubungan Seks? Begini Saran Psikolog

18 Oktober 2021 19:00 WIB

Psikolog Klinis, Inez Kristanti, M.Psi (Instagram/@inezkristanti)

HerStory, Bogor —

Psikolog Klinis, Inez Kristanti, M.Psi., menilai wajar bila wanita yang mengidap kanker payudara akan merasakan serangkaian masalah berkaitan dengan emosinya.

Terlebih jika ia menjalani operasi pengangkatan payudara (masektomi), maka pasien pun tak jarang akan mengalami body image, gangguan mood, keputusasaan, hingga memandang rendah diri. 

"Terkait kanker payudara ini, masalah psikologis yang ditimbulkannya banyak ya. Banyak wanita yang akan merasa dirinya jadi kurang menarik, kemudian akibat terapi-terapi kanker yang dilakukan, merasa lelah, merasa cemas juga.  Lalu masalah bekas mastektomi juga bisa menyebabkan body image," tutur Inez, dalam acara diskusi Kanker Payudara bersama Kalbe, sebagaimana dipantau HerStory, belum lama ini.

Terkait masalah itu, Inez pun memberikan saran kepada penyintas kanker agar ia nyaman dengan kondisinya tersebut.

“Jadi balik lagi ke kenyamanan tubuh kita. Ada beberapa cara yang bisa membantu kita untuk lebih nyaman. Seperti pakai baju yang nyaman, ada support grup juga mungkin lebih membantu kepercayaan diri. Selanjutnya, bisa lakukan juga kegiatan jurnaling. Kamu bisa membuat jurnal kesehariaan yang berisi apa yang dirasakan dalam satu hari. Lalu, kasih ke suami agar suami tahu apa yang dirasakan, itu bisa memproses perasaan kan. Dan terakhir, tetaplah komunikasi dengan pasangan. Karena belum tentu yang kita pikirkan itu bener, kita insecure dengan pasangan, padahal pasangan sendiri itu gak masalahin,” papar Inez.

“Selain dari itu, ketika kita merasa kurang nyaman dengan tubuh sendiri, penting bagi kita untuk explore tubuh kita sendiri juga, apa yang bisa bikin kita nyaman untuk dilakukan, apa yang kurang nyaman. Kemudian dari segi penampilan, kita juga bisa cari apa yang bikin kita nyaman,” sambung Inez.

Dikatakan Inez, meskipun masalah fisik dapat membuat seks menjadi sulit, namun salah satu tantangan terbesar bagi penyintas kanker ini adalah mengatasi apa yang terjadi di kepalanya.

“Yang memengaruhi hubungan intim itu kan otak, jadi biarkan otak merasa rileks dan nyaman dalam melakukan hubungan intim,” ujarnya,

Oleh karena itu, Inez menyarankan penyintas kanker payudara dan pasangannya berkomunikasi sebelum melakukan hubungan intim. Perlu diketahui juga, tak hanya masalah bekas mastektomi, dampak lain pun datang dari kemoterapi yang dilakukan penyintas kanker. Yakni berkaitan dengan aktivitas seksualnya, seperti Miss V yang lebih sering mengering karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. Tak pelak, mereka pun akan merasa tak percaya diri karena tak bisa memuaskan suaminya terkait kekurangannya itu.

“Sebelum melakukan hubungan intim, keluarkan dulu semua unek-uneknya dan tanyakan pendapat pasangan mengenai kondisi yang dialami. Banyak juga sebenernya para penyintas kanker yang mengeluhkan Miss V kering, atau menjadi enggan berhubungan seks karena kerap mengalami kesakitan. Sehingga yang bisa dilakukan pertama adalah ya jangan pergi ke dukun, tapi pergi ke dokter. Karena kita bisa mendapatkan informasi apa sih yang mesti dilakukan dan tidak dilakukan itu dari dokter. Karena seringkali juga kan pasangan mungkin takut untuk takut aktivitas seksual seperti biasa. Nah kekhawatiran itu kan kalau dikonsultasikan ke dokter itu juga bisa dibantu untuk diatasi,” terang Inez.

Inez pun menilai wajar jika wanita penyintas kanker merasakan tegang atau cemas ketika ia diminta untuk melakukan hubungan seks oleh suaminya. Menurutnya, hal itu berkaitan dengan kecemasan antisipatory, karena otak sangat mempengaruhnya.

“Tegang dan cemas juga bisa mempengaruhi lubrikasi, fungsi dan organ seksual. Sekarang menjadi siklus sebenarnya yang bisa kita patahkan. Kalau kita udah takut duluan sama seks, takut diri sendiri gak nyaman, mau enjoy pun susah,” tuturnya.

Kemudian, Inez pun membagikan tips bagaimana cara penyintas kanker payudara bisa memuaskan pasangan meski memiliki kekurangan di tubuhnya.

"Balik lagi, komunikasi itu penting dilakukan dengan pasangan. Sehingga unek-uneknya dikeluarin dulu. Setelah keduanya saling memahami, baru ke prakteknya. Kalau tidak percaya diri dengan badan saat berhubunhan intim, bisa juga menggunakan pakaian yang bagus dan membuat suasana mendukung untuk melakukan hubungan intim. Lalu, kalau dia sudah dalam fase bisa berhubungan seksual, Miss V-nya kering bisa pakai water based lubricant. Bisa juga melakukan hubungan seks tapi tak perlu terburu-buru, gak bisa langsung juga kan,” tandasnya.

Lebih lanjut, Inez mengingatkan bahwa seksualitas itu bukan cuma terkait urusan senggama semata. Menurutnya, definisi hubungan seks itu sangat luas, kerena keintiman dengan pasangan bukan terkait hanya penetrasi.

“Tetapi juga terkait dengan sentuhan fisik, tanda-tanda kasih lain yang menunjukan pasangan kita bahwa kita mengasihi. Dan masih melihat dia sebagai partner yang penting, walaupun dengan ada keterbatasan-keterbatasan seksual di fase-fase tertentu. Intinya, tetaplah menjaga keintiman dengan pasangan walaupun tanpa penetrasi sekalipun,” bebernya.

“Yang lebih penting lagi menurut aku itu adalah kita benahi apa ada yang pikiran, di otak, biar efeknya juga bisa untuk jangka panjang, seperti kita bisa mengelola emosi, dll. Kalau ngomongin mood, itu terkait aspek kualitas hidup secara menyeluruh. Kalau kita gak enjoy dengan kehidupan kita sendiri bagaimana kita bisa berhubungan seks. Kita perlu meningkatkan kualitas hidup dengan cara terus terkoneksi dengan orang-orang tersayang, lakukan aktivitas yang membuat kita berenergi, melakukan hobi, makes your self happy dulu intinya,” tuntas Inez.

Artikel Pilihan