Menu

Rentan Serang Wanita Usia Produktif, Ini Sederet Gejala Penyakit Autoimun Lupus

14 Desember 2021 14:53 WIB

Dr. dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD-KR, selaku Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Reumatologi. (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, apakah kamu pernah mendengar tentang penyakit autoimun? Atau apakah kamu salah satu penderita penyakit ini?

Menurut Dr. dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD-KR, selaku Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Reumatologi, penyakit autoimun merupakan kondisi kesehatan ketika sistem daya tahan tubuh menyerang sel, jaringan, atau organ tubuh diri sendiri.

Dan, Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau penyakit Lupus merupakan salah satu kondisi gangguan autoimun kompleks yang menyerang berbagai sistem tubuh

“Penyakit autoimun adalah penyakit dimana sistem imun kita menyerang diri kita sendiri. Nah, normalnya kan sistem imun itu melindungi kita dari penyakit dan juga infeksi. Namun, kalau terjadi sesuatu yang salah dalam tubuh kita, dia akan menyerang jaringan dan organ kita sendiri ya. Jadi ini di dalam tubuh kita itu ada organ imun, ada yang baik ada yang jahat. Nah, yang jahat itu bisa mengenai berbagai organ tubuh manapun, mengganggu fungsi tubuh dan bahkan bisa mengancam jiwa. Tetapi tidak semua seperti itu ya tapi yang paling berat adalah Lupus,” tutur dr. Singgih, saat acara media briefing virtual “Dampak Panjang Covid-19 dan Seberapa Perlu Vaksinasi Covid-19 pada Pasien Lupus”, sebagaimana dipantau HerStory, Selasa (14/12/2021).

dr. Singgih melanjutkan, faktor yang berperan dalam patogenesis penyakit ini diantaranya adalah gen dan lingkungan. Dan, manifestasi klinis dari penyakit ini sangat beragam seperti pada kulit, sendi, ginjal dan sistem organ lainnya yang tak selalu muncul bersamaan, sehingga sering kali dikenal dengan penyakit dengan seribu wajah.

“Faktor yang berperan dalam penyakit ini gak cuma faktor genetik, itu gak cukup. Ada faktor hormonal, seperti estrogen,prolaktin dan lain sebagainya. Ada juga faktor lingkungan seperti sinar UV, dan lain-lainnya. Jadi genetik saja tidak cukup. Jadi multifactorial. Kemudian, walaupun beberapa data sudah tersedia seputar Lupus, namun hingga kini data epidemiologi nasional terkait penyakit ini belum tersedia di Indonesia,” ujarnya.

dr. Singgih bilang, penyakit Lupus ini sulit didiagnosa karena memiliki banyak gejala yang sering disalah artikan sebagai penyakit lain. Karenanya, penegakan diagnosis LES merupakan sebuah tantangan tersendiri karena keragaman manifestasi klinisnya.

Adapun, kata dr. Singgih, rasio pasien wanita dan pria adalah 15:1 hingga 22:1 dengan awitan gejala yang muncul di rentang usia produktif.

“Jadi lupus lebih banyak menyerang wanita usia subur, bahkan gejalanya seperti dia mengalami gangguan kejiwaan padahal dia Lupus. Salah satu yang utama adalah faktor hormonal terutama estrogen, itu yang membuat cenderung terjadi autoimun Lupus. Bisa juga diturunkan (dari orangtua), tapi kemungkinannya kecil. Tapi, penyebab yang lebih pasti kenapa wakita lebih sering diserang penyakit Lupus, masih belum diketahui. Yang pasti, penyakit Lupus itu naik turun aktivitasnya ya, jadi sangat mengganggu,” imbuh dr. Singgih.

Lantas, apa saja gejala penyakit Lupus?

Dikatakan dr. Singguh, gejala penyakit Lupus kebanyakan merupakan gejala yang dimiliki oleh penyakit lain, itu sebabnya diagnosis terhadap penyakit ini cukup sulit.

“Peradangan yang terjadi akibat lupus dapat menyerang berbagai organ tubuh. Hal ini menyebabkan gejala Lupus bisa sangat beragam dan di mana satu penderita dengan penderita lain dapat berbeda,” ujar dr. Singgih.

Meski demikian, kata dr. Singgih, terdapat sejumlah gejala umum yang biasa terjadi, diantaranya adalah nyeri dan kaku sendi, uam di kulit, sering terjadi di pipi dan hidung atau sering disebut juga dengan “butterfly rash”, kelelahan hebat yang tidak diketahui sebabnya, pembengkakan sendi, dan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.

“Selanjutnya, gejala lainnya seperti rambut rontok, anemia, masalah pembekuan darah, penurunan berat badan, emam tanpa sebab yang jelas, jari berubah pucat menjadi putih atau biru dan kesemutan saat dingin, ini dikenal sebagai fenomena Raynaud, serta sariawan . Gejala lain mungkin juga dialami tergantung pada bagian tubuh yang diserang, seperti masalah saluran pencernaan, jantung, atau kulit,” papar dr. Singgih.

dr. Singgih pun menyarankan, apabila muncul beberapa gejala tersebut, segeralah lakukan pemeriksaan ke dokter. Pengecekan awal biasanya dilakukan dengan wawancara dari dokter atau anamnesis. 

"Kemudian dilanjutkan dengan tes laboratorium minimal untuk lupus dilakukan cek darah perifer lengkap, Hb, leukosit, trombosit. Kemudian Urin lengkap. Lalu, autoantibodi dalam darah, ANA test, anti-dsDNA," pungkasnya.