Menu

Sempat Tertunda Karena Pandemi, Pengumuman Anugerah Adinegoro Dilangsungkan Bersama Launching Hari Pers Nasional

01 Februari 2022 08:30 WIB

Launching Hari Pers Nasional (HPN) 2022 & ANUGERAH ADINEGORO.

HerStory, Bogor —

Pengumuman pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro dilakukan bersamaan dengan launching Hari Pers Nasional (HPN) yang disiarkan secara langsung dari studio TVRI Jakarta pada Minggu (30/1/2022). Acara tersebut juga sekaligus menandai dibukanya rangkaian kegiatan HPN hingga 9 Februari mendatang di Kendari, Sulawesi Tenggara. 

Acara ini dihadiri oleh Usman Kansong selaku Dirjen Kominfo, Agung Supri selaku Ketua KPI, Hendry CH Bangun selaku Wakil Ketua Dewan Pers, Atal Sembiring Depari selaku Ketua Umum PWI Pusat dan juga Penanggung Jawab HPN, Irianto selaku Direktur Program dan Berita LPP TVRI, serta Nur Endang Abbas selaku Sekda Pemprov Sultra.

Ketua panitia Anugerah Jurnalistik Adinegoro PWI Pusat, Rita Sri Hastuti disela launching Hari Pers Nasional menjelaskan bahwa proses penjurian dilakukan dan pemenang Anugerah Jurnasistik 2021 sudah diperoleh. 

“Anugerah Jurnalistik Adinegoro bukan hanya sekadar Anugerah Adinegoro. Ini adalah kebanggaan kalangan pers di Indonesia. Semula ini dimulai tahun 1974, diawali oleh PWI Jaya, kemudian pada tahun 2009 diangkat oleh PWI Pusat, dan menjadi lebih luas kategorinya. Sekarang ada enam, yang semula satu kategori,” ulas Rita Sri Hastuti menceritakan sejarah penghargaan tertinggi bagi karya jurnalistik di Tanah Air ini.

Total kategori yang dilombakan ada 6 yakni liputan berkedalaman untuk media cetak, liputan berkedalaman untuk media siber, liputan berkedalaman untuk media televisi, liputan berkedalaman untuk media radio, foto berita untuk media cetak dan media siber, serta karikatur opini untuk media cetak dan media siber.

Kategori in-depth reporting Media Cetak dan Siber

Kategori Media Cetak dimenangkan oleh Andy Riza Hidayat, Dhanang David Aritonang, Insan Alfajri, Irene Sarwidaningrum dari Harian Kompas yang berjudul ‘Berbahaya, Masker Medis Palsu Beredar di Masyarakat’ yang diterbitkan 3 April 2021.

Putut Tri Husodo selaku Ketua Juri Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2021 untuk Kategori In-Depth Reporting Media Cetak, mengatakan kalau isu yang diangkat dalam artikel tersebut agak orisinil. Menurutnya, jarang ada wartawan yang mengincar teknis sedetail seperti itu. 

“Saya memberikan ini dengan nilai tertinggi adalah pertama ada magnitude dan dampaknya luas terkait COVID. Pesan ini disampaikan di tengah anjuran pemerintah dan banyak pihak untuk memakai masker, 3M tapi ternyata masker saja tidak cukup,” Ujar Putut. 

“Jadi effort -nya menurut saya cukup luar biasa dan hasilnya ini menggunakan code of conduct yang sangat baik, yaitu membawa ke laboratorium ITB sehingga hasilnya sangat valid sebagai sebuah karya jurnalistik yang investigatif,” tambahnya lagi. 

Tak hanya itu, Putut juga menyoroti bagian wawancaranya yang dilakukan ke berbagai pihak. Karena hal itu Putut memberikan apresiasi yang tinggi meski dalam segi penyajiannya garing, tidak terlalu variasi dengan bahasa yang resmi. Hal itulah y yang menjadi kekurangannya. 

Sementara juri lainnya, Asro Kamal, Presiden Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami) mengatakan kalau artikel yang diangkat oleh tim ini menjadi salah satu yang ia unggulkan. 

“‘Berbahaya, Masker Medis Palsu Beredar di Masyarakat’ ini memang persoalan perlindungan masyarakat dan lemahnya pengawasan, ini salah satu yang saya unggulkan,” ungkapnya. 

Di sisi lain, untuk Kategori Media Siber dimenangi oleh Sunariyah dan M.Ilman Nafi'an dari IDN Times dengan judul ‘Bertaruh Nyawa, Berjuang Melawan Ganasnya COVID-19’ yang diterbitkan 29 November 2021.

Salah satu juri in-depth reporting media siber, Mulharnetti Syas bersama Yoko Sari dan Priambodo RH menyepakati IDN Times yang memenangkan kategori ini lantaran tema terkait Covid-19 tepat sasaran di masa seperti ini. 

“Karakteristik dari media siber ini lengkap karena dia meng-hiperlink ke data-data yang dia punya, kemudian dia punya info grafis, sumber beritanya tidak satu orang,” urai akademisi dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta tersebut.

“Ada yang beberapa (karya peserta lain) feature tapi seperti observasi. Ketika saya membaca berita ini sampai tiga kali, saya mendapatkan informasi yang utuh, komprehensif,” imbuhnya.

“Ada satu hal yang menurut saya tidak tersentuh, bagaimana pemerintah mengatasi itu, tidak menjawab yang diinginkan pembaca. Kita tahu ada masalaah ini, masyarakat kekurangan oksigen, tapi apa langkah pemerintah tidak ada. Tidak ada figur di-leadnya itu juga membuat satu nilai minus bagi artikel ini,” ungkapnya.

Meski begitu, masih ada beberapa pertanyaan yang tidak menjawab pertanyaan pembaca yakni bagaimana pemerintah mengatasi Covid-19, bagaimana bisa kekurangan oksigen, hal inilah yang menjadi minus dari pemenang kategori siber. 

Kategori In-depth Reporting Televisi dan Radio

Pemenang Kategori Televisi diraih dari CNN Indonesia TV yang bertajuk ‘Menghapus Mereka Yang Mati’ yang ditayangkan 22 Oktober 2021. 

Ketua juri Kategori Televisi melihat karya Miftah Faridl, Aga Dipa, Agoes Soekarno sudah memberikan konfirmasi angka soal orang yang meninggal dunai di tengan pandemi. Angka-angka tersebut rupanya menjadi acuan dalam pengambilan keputusan yang tidak diungkapkan ke publik. 

“Jadi data-data ini dikeluarkan tidak sesuai dengan kenyataan, wartawan ini, saya melihat ‘Menghapus Jejak Kematian’ pada keakurasian yang baik karena ini bisa untuk diambil keputusan. Ini selisihnya hingga 5 persen ke atas, terakhir closing nya adalah bahwa kematian ini bukan sekedar angka,” tuturnya.

Sementara ketua lainnnya, Tjandra Wibowo juga setuju kalau karya CNN Indonesia TV secara alur rapi dan bukan sekadar angka saja. 

“Saya sudah cocok dengan Ibu Tjandra dan Pak Nur, ini bagi saya cukup jeli menjadi sebuah problem yang diangkat. ‘Menghapus Mereka yang Mati’ nesw value ok, data dan kelayakannya juga ok diprosesnya juga cukup kuat,” timpal akademisi dari Universitas Padjajaran, Dadang Rahmat Hidayat yang juga juri Kategori Media Televisi.

Sementara pemenang Kategori Radio yaitu Taufik, Ramli, dan Dian dari RRI Sintang dengan judul ‘Oksigen Terakhir untuk Ayah’ yang disiarkan 3 Agustus 2021. 

Ketua juri Kategori Radio, Awanda Erna mengatakan karya Taufik dkk layak dijadikan pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2021. 

“Kalau in-depth, saya memilih perjuangannya dan feature saya memaklumi. Jadi kesimpulannya, ‘Oksigen Terakhir untuk Ayah’ yang menjadi unggulan ini sudah memenuhi tema aktual, semangat dan harapan. Secara teknik penyajiannya juga ok, dari sudut mixing dan dinamis,” ujarnya.

Frank Pedak, selaku juri kategori ini memberikan komentar judul siaran yang berdurasi 7 menit tersebut snagat puitis dan mengugunakan metode induksi yang umum shingga masuk dari semua sisinya terutama pemuatan human interestnya. 

Kategori Foto Berita dan Karikatur

Dalam Anugerah Jurnalistik Adinegoro setidaknya terdapat 214 foto yang diseleksi, kategori Foto Berita ini dimenangkan oleh Sigid Kurniawan dari LKBN Antara yang berjudul ‘Ganda Putri Indonesia Raih Emas Olimpiade’ yang terbit pada 2 Agustus 2021.

Ketua juri Kategori ini yang diketuai oleh Oscar Matuloh dan didampingi oleh Reno Esnir (praktisi) dan Melly Riana Sari (Akademis). 

Oscar mengatakan kalau foto yang mirip dengan karya Sigid, tetapi tetap saja pengambilan gambar karya seperti itu tidaklah mudah. 

“Foto ini dibuat fotografer Indonesia, pewarta foto kita. Saya juga kebetulan melihat jumlah foto-foto demikian, yang mirip kejadiannya dan kelihatannya kok gambar ini memang yang tepat,” 

“Ini kalau nggak salah lensa 300an mili, dia harus berdiri di posisi tertentu, enggak boleh terlalu dekat, tapi dia bisa meletakkan komposisinya dengan baik,” jelas fotojurnalis terkemuka Indonesia yang saat ini menjabat kepala Divisi Museum dan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA tersebut.

Sementara dari segi momentum, saat Apriani Rahayu nampak menyeka air matanya terlihat lima cincin berwarna yang saling terkait. 

“Kita bisa melihat ada simbol negara kita, ada simbol bendera dan secara keseluruhan kita bisa melihat gambar ini menjadi satu jawaban tentang bentuk perlawanan kita juga terhadap satu kerja keras, tapi kita perlu ingat bahwa olahraga ini berlangsung untuk melawan pandemi. Kita berhasil meraih dalam tanda petik pada waktu itu menyatukan Indonesia secara keseluruhan. Jadi ini simbol yang nyata, sebuah kekuatan foto,” pungkasnya.

Sementara untuk Kategori Karikatur, kemenangan diraih oleh Ashady dari JPNN.com yang berjudul 'Kritiklah Daku’ terbitan 16 Februari 2021.

Panitia memberikan hadian uang senilai Rp25 juta untuk pemenang setiap kategori, trofi serta piagam penghargaan dari PWI/Panitian Hari Pers Nasional 2021. Hadiah tersebut akan diserahkan di hadapan Presiden Joko Widodo pada acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2021, di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 9 Februri mendatang.