Menu

Wadaw! Ternyata Istri Lebih Sering Stres Karena Tingkah Suami daripada Anak-anaknya, Kenapa Ya?

23 November 2020 20:25 WIB

Wanita sedang menangis. (Unsplash/Kat J)

HerStory, Jakarta —

Wanita yang sudah menikah lebih sering mengalami stres daripada wanita yang masih lajang. Hal itu disebabkan karena memiliki beban besar, seperti pekerjaan kantor, urusan rumah, menjadi orang tua, dan menjalankan tugas sebagai seorang istri.

Istri yang stres biasanya mengalami sakit di bagian kepala, kelelahan, dan mudah marah. Mengasuh anak juga menjadi salah satu alasan mengapa wanita mudah stres.

Hal mengejutkan adalah ternyata suami lebih besar memberikan perngaruh stres kepada istri daripada anak-anak. Menurut sebuah penelitian, 46% istri mengatakan bahwa anak-anak membuat stres lebih sedikit daripada suami mereka dan itu enggak terkait dengan perselingkuhan atau pelecehan.

Suami biasanya bertindak seperti anak-anak

Yang benar adalah bahwa pria berperilaku seperti anak-anak sampai berusia sekitar 43 tahun. Ini diungkapkan bukan hanya dalam sikap sembrononya terhadap suatu masalah, tetapi juga dalam interaksi suami dengan anak-anak.

“Seorang anak berusia 7 tahun akan menjadi anak berusia 7 tahun. Tetapi pria berusia 35 tahun bereaksi seperti anak berusia 7 tahun lebih membuat stres karena mereka harus tahu lebih baik,” kata salah satu responden selama penelitian ini.

Paling sering, suami bermain dengan anak-anaknya, sehingga dianggap sebagai teman. Sedangkan sang ibu lebih peduli dengan masalah yang berkaitan dengan pengasuhan, disiplin, kesehatan, dan perkembangan pendidikan anak. Ibu lebih sering mengikuti rutinitas harian anak-anak dan memberi mereka instruksi serta larangan. Ibu tampaknya menjadi 'polisi jahat', hal ini memengaruhi hubungan ibu dengan anak-anak dan dapat menyebabkan konflik di antara pihak orang tua.

Untuk menghindari hal itu, lebih baik sebagai orang tua tetap akur. Jika ibu melarang sesuatu untuk anak, maka yang suami harus mendukung keputusan ini. Penting untuk bertindak sesuai keputusan bersama dan menyetujui larangan atau perizinan yang akan diberikan pada anak-anak. Penting juga berbagi tanggung jawab yang sama untuk perawatan sehari-hari.

Banyaknya beban pekerjaan yang dilakukan wanita

Sebuah penelitian menemukan bahwa satu dari 5 ibu mengatakan enggak mendapatkan bantuan yang cukup dari suami. Hal itu menjadi sumber utama stres sehari-hari.

Istri menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah, sementara suami menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersantai. Tugas wanita enggak hanya memasak dan membersihkan rumah, tetapi juga membayar tagihan, berbelanja bahan makanan, dan merencanakan anggaran. Kegiatan-kegiatan ini sangat penting untuk berjalannya jalinan pernikahan. Tentunya ini bukan pekerjaan rumah yang mudah dan menyenangkan. Melakukan pekerjaan rumah tangga membuat timbulnya stres daripada pekerjaan kantor karena merasa lebih dihargai. Jika seorang istri mengurus rumah tangga sendirian, stresnya akan meningkat.

Untuk mengatasi hal ini dengan sederhana dan jelas adalah seorang suami harus dapat membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah. Tanggung jawab rumah tangga yang dibagi bersama adalah salah satu alasan utama untuk pernikahan yang sukses. Kedua pasangan harus menghargai pekerjaan satu sama lain. Jika tugas dibagi dua, pasti akan selesai lebih cepat dan sisa waktu dapat dihabiskan dengan berduaan.

Seorang wanita merasa bersalah dan enggak punya waktu luang

Semua tugas istri yang dijelaskan di atas, mungkin terasa seperti enggak memiliki waktu luang. Apalagi jika bekerja penuh waktu juga di kantor. Di malam hari, setelah bekerja, istri perlu memperhatikan setiap anggota keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Perasaan ini menyebabkan stres. Wanita berusaha melakukan segalanya dalam 24 jam, tetapi karena terburu-buru, kadang-kadang terjadi kesalahan.

Tanggung jawab untuk anak-anak, seorang suami, dan sebuah rumah tangga dibebankan pada istri. Dan ia mungkin merasa bersalah ketika terjadi kesalahan. Stres bisa disebabkan oleh rasa bersalah.

Salah satu responden dalam penelitian ini berkata, “saya merasa seperti mencari tahu banyak tentang mengasuh anak saya sendiri tanpa masukan dari suami saya. Ini membuat saya stres karena ketika ada masalah, itu semua salah saya.”

Agar seorang istri enggak stres karena kurangnya waktu dan terus merasa bersalah, seorang suami dapat berbagi peran dengannya. Enggak hanya pekerjaan rumah dan perawatan anak, tetapi juga tanggung jawab untuk keluarga secara keseluruhan.

Dalam hubungan pernikahan melibatkan dua orang dewasa, bukan hanya satu istri. Ketika pasangan mendiskusikan masalah, membuat keputusan bersama, dan keduanya bertanggung jawab, tentunya itu membantu pernikahan agar tetap bersatu.

Wanita dapat mengembangkan keterampilan manajemen waktu mereka. Ingatlah bahwa stres dapat menyebabkan perceraian dan memiliki efek negatif pada kesehatan. Karena itu, penting untuk mencoba yang terbaik dalam mengurangi stres di kehidupan keluarga.

Share Artikel:

Oleh: Clara Aprilia