Menu

Jangan Abai dan Sembarangan Mengobati GERD, Bisa Jadi Petaka! Ini Pesan Dokter Ahli

10 Februari 2022 18:45 WIB

Ilustrasi wanita menderita GERD. (Freepik/Jcomp)

HerStory, Bogor —

Beauty, apakah kamu mengetahui apa itu penyakit Gastro Esophageal Reflux Disease alias GERD?

Sebagaimana kita ketahui Beauty, GERD adalah penyakit saluran cerna dengan gejala dan komplikasi yang mengganggu, yang diakibatkan oleh refluks atau naiknya isi lambung ke kerongkongan .

Penyakit ini bisa disebabkan oleh melemahnya katup atau sfingter pada esofagus bagian bawah, sehingga tidak mampu menutup dengan baik. Adapun, GERD ditandai dengan sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit. Apakah kamu pernah merasakannya, Beauty?

Penyakit ini sering disangka sebagai serangan jantung atau jantung koroner karena memiliki gejala yang mirip. Penyakit lambung satu ini tak hanya diderita oleh orang dewasa tetapi juga lansia dan anak-anak.

Terkait penyakit GERD ini, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi di FKUI dan RSCM, menegaskan bahwa sebenarnya penyakit ini tidak mengancam nyawa dan bisa disembuhkan. Asal, kata Prof. Ari, penderita GERD jangan sekali-kali mengabaikan penyakit ini.

“GERD tidak mengancam jiwa, namun apabila terjadi terus menerus, diabaikan, dan tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding dalam kerongkongan (esophagus). Lama kelaman akan menyebabkan luka kronis, penyempitan pada kerongkongan bawah, sampai terjadi kanker esophagus,” kata Prof. Ari, saat sesi virtual media briefing, sebagaimana dipantau HerStory, Kamis (10/2/2022).

Prof. Ari bilang, penderita GERD harus waspada terhadap komplikasi yang menyertai pernyakit tersebut. Seperti, peradangan pada saluran kerongkongan atau esofagus serta kanker esofagus.

“Apabila tidak diobati dengan tepat, GERD dapat menyebabkan kekambuhan dan komplikasi sehingga menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya,” tutur Prof. Ari.

Lebih lanjut, Prof. Ari mengatakan, untuk meredakan gejala GERD, dokter biasanya akan meresepkan beberapa pilihan obat, seperti antasida untuk menetralkan asam lambung dan produksi asam lambung ditekan dengan pemberian obat golongan antagonis H2 reseptor atau penghambat pompa proton (PPI).

Hanya saja, kata dia, pada kondisi tertentu di mana GERD tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan, dokter akan merekomendasikan untuk dilakukan pembedahan.

“Sedangkan untuk gastritis dan tukak lambung yang disebabkan oleh bakteri H. pylori, pengobatannya yaitu dengan eradikasi atau membunuh kuman tersebut dengan menggunakan kombinasi antara antibiotik dan penekan asam lambung,” jelas Prof. Ari.

Namun, kata Prof. Ari, meski bisa diredakan dengan pemberian obat-obatan, sebetulnya masih ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam terapi GERD.

“Contohnya dengan obat Proton Pump Inhibitor (PPl), masih dijumpai pasien dengan kekambuhan yang tidak mempan dengan PPI, asam lambung yang naik pada malam hari, esofagitis yang advanced, dan lain-lain. Sedangkan untuk H.Pylori, tingkat eradikasi dengan PPI dan antibitiok tidak mencapai hasil yang diharuskan yaitu paling tidak 90%,” tambahnya.

Dikatakan Prof. Ari, saat ini terdapat inovasi baru yang digunakan untuk pengobatan GERD dan H. Pylori, yaitu Vonoprazan. Adapun, Vonoprazan merupakan obat penekan asam lambung baru, yang pertama tersedia di Indonesia, dari kelas yang berbeda dengan obat-obat sebelumnya, yaitu kelas Potassium-Competitive Acid Bloker (PCAB).

“Vonoprazan dapat meningkatkan Ph lambung secara cepat, pereda nyeri ulu hati yang cepat, menyembuhkan esofagitis erosif yang parah secara cepat dan lebih baik daripada PPI, dan mampu mengontrol dengan baik sekresi asam pada malam hari,” papar Prof. Ari.

Prof. Ari bilang, obat tersebut sudah digunakan sebagai first line terapi dalam eradikasi infeksi H. pylori di Jepang, dan dipercaya dapat menggantikan peran PPl dengan tingkat eradikasi yang lebih baik.

“Vonoprazan memiliki tingkat eradikasi lebih tinggi, durasi aksi yang lebih lama, lebih stabil dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan PPI,” imbuhnya.

Tak hanya itu, lanjut Prof. Ari, Vonoprazan dapat diindikasikan bagi penderita tukak lambung, refluks esophagitis, untuk pemberantasan H.pylori dan pencegahan tukak lambung berulang pada penggunaan aspirin dosis rendah dan penggunaan NSAID.

Di kesempatan yang sama, Yohannes Sinaga, Country Head PT. Wellesta CPI, mengatakan, pihaknya berkomitmen mendukung dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kualitas hidup pasien terkait penyakit GERD dan penyakit terkait asam lambung lainnya di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk menyediakan obat-obatan terkait penyakit gastro intestinal yang inovatif kepada semua masyarakat di Indonesia, salah satunya dengan menghadirkan Vonoprazan sebagai solusi dari kebutuhan pasien Acid Related Disease yang belum dapat dipenuhi oleh PPI. Kami percaya dengan mekanisme kerja dan fitur yang dimiliki oleh Vonoprazan dapat menjadi harapan baru dan menjadi terapi lini pertama bagi pasien GERD dan eradikasi H. pylori dengan biaya terapi yang terjangkau,” tutupnya.