Menu

Bahaya Terselubung Dari Makanan Ultra Proses, Sudah Tahu?

01 Februari 2021 12:00 WIB
Bahaya Terselubung Dari Makanan Ultra Proses, Sudah Tahu?

Junk food. (Pinterest/freepik)

HerStory, Jakarta —

Ketika memiliki anak tentu orang tua harus memperhatikan asupan nutrisi yang dikonsumsi. Terutama pada 2 tahun pertama kehidupan anak. Hal ini dilakukan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Bukan tanpa alasan, pemberian nutrisi optimal memiliki banyak manfaat. Salah satunya dapat mengurangi risiko terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas serta berkembanganya penyakit tidak menular di kemudian hari.

Untuk itu, WHO merekomendasikan pola makan sehat untuk semua orang. Pada bayi dan balita, pola hidup sehat tersebut mencakup menyusui eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, kemudian dilanjutkan sampai 2 tahun atau lebih. Disertai dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) variasi makanan yang adekuat, aman, dan padat gizi mulai usia 6 bulan.

Dahulu kita terbiasa mengandalkan real food atau makanan asli sebagai makanan sehari-hari. Misalnya makanan yang diolah dan dimasak dengan menambahkan rempah- rempah untuk meningkatkan cita rasanya.

Namun di zaman modern ini cenderung mengonsumsi makanan olahan (processed food) seperti minuman ringan dalam kemasan yang di dalamnya terkandung pengawet, pemanis, pewarna buatan, perisa, dan umumnya mengandung tinggi gula dan garam. Makanan-makanan olahan tersebut dengan sangat cepat menggantikan makanan asli di seluruh dunia.

Berdasarkan kondisi tersebut, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) akan meluncurkan sebuah dokumen mengenai “Bahaya Terselubung dari Makanan Ultra Proses” dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional 2021. Dokumen ini merupakan terbitan dari Breastfeeding Promotion Network of India (BPNI) yang merupakan mitra kerja AIMI selama ini di International Baby Food Action Network (IBFAN). Peluncuran dokumen ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko dari makanan ultra proses.

"Sudah banyak studi yang menunjukkan makanan ultra proses memberikan ancaman kesehatan di banyak populasi jika konsumsinya tidak diperhatikan. Jawaban dari permasalahan ini adalah dari perlunya ada kebijakan yang mengatur promosi dan
 penggunaan label makanan yang lebih jelas" tutur dr. Arun Gupta selaku Koordinator Breastfeeding Promotion Network India (BPNI) dan juga salah satu tim penyusun dokumen ini.

"Dalam konteks Indonesia, kami melihat promosi makanan ultra proses sangatlah masif, tidak hanya di kota besar namun sampai di pelosok pun makanan pabrikan sangat mudah dijumpai dan sering kali menjadi pangan pokok dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dari semua kalangan" papar Nia Umar S.Sos, MPH, IBCLC, selaku Ketua Umum AIMI.

Masyarakat perlu diedukasi lebih jauh terkait risiko dari makanan ultra proses pabrikan dan pemerintah perlu mengatur dengan lebih tegas agar masyarakat juga terlindungi dari risiko yang ada. Mengadopsi klasifikasi NOVA dalam makanan sebagai kebijakan bisa menjadi upaya dan terobosan yang baik oleh pemerintah agar masyarakat bisa lebih sadar dan terlindungi dari risiko kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang dari makanan pabrikan ultra proses.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.