Ilustrasi diet nasi. (Freepik/KamranAydinov)
Sebuah jurnal American Heart Association melaporkan bahwa tingginya tingkat trigliserida ternyata justru banyak dimiliki oleh orang-orang yang mengonsumsi karbohidrat berlebih, seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Trigliserida adalah bentuk kolesterol yang mempengaruhi penumpukan plak di pembuluh darah. Meningkatnya trigliserida berkaitan dengan meningkatnya risiko serangan jantung dan stroke.
Ketika gula darah rendah, tubuh akan merespon dengan adanya rasa lapar. Jika terlalu banyak makan karbohidrat, alih-alih merasa kenyang tubuh akan kelaparan. Pasalnya, tubuh akan mengolah karbohidrat dalam jumlah banyak sekaligus. Kondisi ini akan membuat kadar gula darah naik dengan cepat.
Namun, karena terlalu banyak kadar gula darah justru akan cepat menurun kembali dan akhirnya merasa lapar saat itu. Kondisi ini akan terus seperti itu siklusnya. Bukan hanya itu, saat kamu berusaha melawan rasa lapar yang muncul tersebut gula darah akan tetap rendah sampai waktu makan berikutnya.
Pada saat ini, tubuh akan memproduksi hormon ghrelin, hormon yang meningkatkan nafsu makan. Ini membuat kamu bisa balas dendam alias makan berlebihan lagi pada waktu makan berikutnya.
Orang yang kelebihan karbohidrat, berpotensi mengalami peningkatan berat badan lebih mudah. Berat badan yang melonjak drastis akan mengganggu kerja hormon insulin.
Insulin adalah hormon yang mengubah gula dalam darah menjadi energi untuk sel-sel di dalam tubuh. Ketika kerja insulin menurun, maka kemampuan insulin menyimpan gula (bentuk sederhana dari karbohidrat) dalam sel berkurang. Alhasil gula menumpuk di darah, inilah yang membuat orang semakin besar risikonya mengalami diabetes.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.