CEO of SukkhaCitta, Denica Riadini dan Co-Founder and Chief of Sustainability Officer SukkhaCitta, Bertram Flesch. (Riana/HerStory)
Beauty, isu perubahan iklim dan lingkungan masih menjadi sorotan utama dunia. Setidaknya, hampir seluruh negara, termasuk Indonesia, berusaha untuk memastikan suhu bumi tak melonjak sebesar 1,5 derajat Celsius pada 2030. Dan, tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya industri fesyen pun ikut menyumbang limbah dan membuat keadaan Bumi menjadi tak stabil, dengan menyumbang banyak jejak karbon.
Terkait hal itu, jenama fesyen SukkhaCitta pun konsisten berkontribusi pada bumi dengan memproduksi fashion yang ramah bagi lingkungan sekitar. Dan kali ini, SukkhaCitta pun mengajak para pecinta fesyen untuk lebih menelusuri asal usul pakaian dengan kearifan lokal lewat pameran KAPAS: Healing Mother Earth, Healing Ourselves di Ashta District 8 Jakarta.
Adapun, pameran tersebut berlangsung selama sebulan penuh, mulai Jumat (15/4/2022) sampai Minggu (15/5/2022) di Ashta District 8, Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta.
CEO of SukkhaCitta, Denica Riadini, menegaskan bahwa SukkhaCitta adalah usaha sosial yang bermisi memberdayakan Ibu-Ibu di desa sambil merawat alam. Ia pun lantas berujar, bersama dengan masyarakat, SukkhaCitta pun ingin turut membangun dunia yang lebih inklusif dengan mengubah bagaimana pakaian kita ditanam, dibuat, dan dipakai.
“Sejak tahun 2016, kami telah memberikan dampak pada +1482 Ibu di seluruh Indonesia. Dengan akses pasar yang adil. Kami juga telah meningkatkan penghasilan dari pengrajin dan petani kecil binaan kami sebesar 60%,” tutur Denica, saat sesi virtual press conference, sebagaimana dipantau HerStory, Jumat (22/4/2022).
“Pelatihan pewarnaan alam dan daur ulang juga telah kami lakukan, dan hal itu telah mencegah +1,2 juta liter air limbah beracun. Hingga saat ini, kami telah meregenerasi 20 hektar tanah gersang melalui program penghijauan dan penanaman hutan serta pertanian regenerative,” sambung Denica.
Lebih lanjut, Denica pun mengatakan bahwa untuk memastikan kita tak mencapai kenaikan suhu 1.5C di tahun 2030, penting untuk kita mengurangi separuh dari emisi ini. Akan tetapi, dengan perkembangan yang begitu cepat, emisi yang dihasilkan justru diprediksi akan meningkat sebanyak 50am 8 tahun ke depan.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel: