Menu

Ajarkan Anak Ekspresikan Perasaannya Sejak Dini, Ini 3 Cara Bantu Anak Komunikasi Lebih Baik, Wajib Catat Moms!

12 Oktober 2023 14:45 WIB

Anak kecil yang sedang menangis (Unsplash/Arwan Sutanto)

HerStory, Jakarta —

Di beberapa kasus, mungkin orangtua sering merasa sulit untuk mengerti perasaan anak. Pasalnya, beberapa anak memang sulit mengekspresikan perasaannya terutama ketika sedang marah atau kesal.

Mereka akan menangis dan terus menangis namun tetap tak menyebutkan sebab dan alasan perlakuannya. Hal ini tentu sangat membingungkan para orangtua kan Moms?

Sayangnya, meskipun validasi persaan terhadap anak itu penting, masih banyak sekali anak yang tak bisa dengan leluasa mengungkapkannya.

Melansir dari parents melalui sindikasi konten suara.com, cobalah strategi alternatif berikut yang membantu anak mengekspresikan perasaan. Cocok diterapkan untuk anak berusia 5 tahun ke atas.

1.Tetap dekat dan tenang

Anak dengan karakter yang mandiri dan perfeksionis terkadang lebih sulit dalam mengekspresikan perasaannya. Ketika orangbtua mengatakan, “Kamu kesal sekali” dan “tidak apa-apa jika kamu merasa marah” saat ia mengamuk justru bisa memperparah perasaan negatif dan memicu rasa malu pada dirinya.

Sebaliknya orang tua tetap tenang dan perlu hadir di dekatnya agar dapat terhubung dan memvalidasi perasaan anak. Orang tua bisa memulainya dengan memperbaiki perasaan diri sendiri terlebih dahulu. Karena tak jarang, kemarahan anak juga bisa memicu emosi orang tua. Tarik napas dalam-dalam, lalu ucapkan dalam hati ungkapan-ungkapan yang bisa membuat orang tua tenang. Misalnya, "Saya bisa mengatasinya, tidak ada yang salah dengan anak saya". 

2. Kembangkan metafora untuk menyatakan emosinya

Jika sulit untuk melakukan percakapan langsung dengan anak perihal perasaannya, orang tua bisa mengembangkan metafora yang berkaitan dengan perasaan anak. Misalnya saat hening, cobalah katakan padanya, "Adek pernah lihat awan yang mendung? Terus turun hujan? Manusia juga kadang seperti itu lho dek. Hatinya mendung karena bersedih, terus menangis. Jadi gak apa-apa jika adek kadang merasa sedih".

Jika anak tak mersepon, orang tua tak perlu berkecil hati. Percayalah bahwa anak itu merekam dan mengingat upaya orang tua dalam memahami dan menjalin hubungan dengannya. 

3. Ubah menjadi permainan yang menyenangkan

Jika anak masih sulit dalam mengekspresikan perasaannya, cobalah untuk bermain game agar lebih menyenangkan. Caranya yakni dengan menunggu anak tenang terlebih dahulu.

Setelah tenang, katakan "Ibu mau tanya tentang sesuatu yang terjadi. Kalau dirasa benar, acungkan jempol ke atas. Kalau ragu-ragu acungkan jempol ke samping. Kalau salah, jempolnya ke bawah, ya".

Mulailah dengan pertanyaan santai yang bisa membuat anak lebih rileks. Misalnya, “Saat kita bermain sepak bola, adek kesal karena alien datang dan mencuri bola kita!”. Setelah anak tertawa, katakanlah, “Atau karena adek ingin mencetak gol dan merasa frustrasi ketika tidak bisa melakukannya.” Saat anak mengacungkan jempol ke atas (yang artinya benar), jangan mengeksplorasi lebih jauh. Orang tua dapat memvalidasi dengan, "Oh ibu mengerti." Kemudian tanyakan, "Apakah adek ingin ibu melanjutkan? Begitu seterusnya. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang mengkonfirmasi perasaan anak.

Nah itulah tadi 3 cara ampuh yang dapat orang tua lakukan dalam membantu anak mengekspresikan perasaannya. Semoga dengan menerapkannya, kamu sebagai orang tua tak lagi kebingungan dalam memahami anak, ya Moms.