Ilustrasi wanita pengusaha online. (Shutterstock/Edited by HerStory)
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan produk dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diminati pasar global terbukti dari pencapaian kegiatan penjajakan bisnis (business matching).
Dalam business matching, yang merupakan salah satu fasilitas dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) bagi pelaku UMKM, berhasil mencatatkan nilai transaksi sebesar USD 13,86 juta untuk periode Januari-Maret 2025.
Nilai transaksi ini terdiri atas pemesanan pembelian (purchase order/PO) senilai USD 3,91 juta dan potensi transaksi USD 9,95 juta.
“Pada periode Januari-Maret 2025, business matching yang telah dilaksanakan mencatatkan hasil yang baik dengan nilai transaksi mencapai USD 13,86 juta. Nilai ini terdiri atas pemesanan pembelian sebesar USD 3,91 juta dan potensi transaksi sebesar USD 9,95 juta. Hal ini menunjukkan bahwa produk-produk UMKM dari Indonesia diminati pasar global,” kata Mendag Busan, dikutip dari siaran pers Kemendag, Selasa (15/4).
Sepanjang Januari-Maret 2025, telah dilaksanakan 219 kegiatan business matching. Kegiatan ini terdiri atas 145 pertemuan pelaku UMKM dengan para perwakilan perdagangan RI di luar negeri (pitching) dan 74 pertemuan dengan pembeli (buyer) mancanegara.
Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi, keberhasilan yang dicapai merupakan kontribusi banyak pihak, terutama para pembina UMKM.
“Pembina UMKM telah berperan aktif dalam membimbing serta merekomendasikan pelaku usaha binaan mereka. Kolaborasi yang solid ini menjadi faktor utama dalam meraih hasil yang maksimal,” kata Puntodewi.
Puntodewi menambahkan, Kemendag akan terus memperkuat sinergi kegiatan ekspor. Dalam hal ini, Kemendag akan memperkuat kerja sama dengan para pembina UMKM, kementerian, dan lembaga untuk mengoptimalkan hasil capaian business matching. Business matching sendiri menjadi upaya memperluas akses pasar pelaku UMKM melalui program Kemendag, yaitu UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor.
“Business matching akan terus berlanjut pada triwulan II 2025 dengan mempertahankan intensitas pelaksanaan serta melibatkan lebih banyak UMKM. Kami juga terus berkoordinasi dengan pembina UMKM dalam mengkurasi pelaku UMKM yang sesuai dengan permintaan buyer,” ujar Puntodewi.
Puntodewi optimistis potensi transaksi yang dihasilkan dari business matching akan terus meningkat seiring dukungan penuh dari para perwakilan perdagangan RI di luar negeri untuk promosi ke mancanegara. Puntodewi memastikan koitmen Kemendag untuk terus mengawal setiap potensi transaksi hingga terkonversi menjadi realisasi transaksi.
“Di tengah tantangan dan ketidakpastian perekonomian global, Kemendag akan terus berupaya menciptakan peluang transaksi dagang untuk mendorong kinerja ekspor Indonesia. Kami berusaha untuk meningkatkan ekspor melalui berbagai strategi, termasuk membuka pasar baru dan perluasan pemanfaatan perjanjian dagang,” kata Puntodewi.
Kemendag menjalankan promosi produk Indonesia ke luar negeri melalu perwakilan perdagangan RI di luar negeri. Para perwakilan perdagangan, yang terdiri atas Atase Perdagangan, Konsul Perdagangan, dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), memegang peran strategis dalam memfasilitasi pertemuan antara pelaku UMKM dan buyer di luar negeri.
Pada periode Januari-Februari 2025, total ekspor nonmigas Indonesia tercatat sebesar USD 41,18 miliar, atau naik 10,86 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Beberapa produk utama ekspor nonmigas dengan nilai tertinggi pada periode tersebut, antara lain, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar USD 5,46 miliar, lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar USD 5,08 miliar, besi dan baja (HS 72) sebesar USD 4,11 miliar, dan mesin dan perlengkapan elektrik lainnya (HS 85) USD 2,63 miliar.
Pangsa utama ekspor nonmigas Indonesia pada periode tersebut, yaitu Tiongkok, Amerika Serikat, India, dan Jepang dengan total nilai mencapai USD 18,78 miliar.
Maret 2025, Kemendag Gelar 73 Kegiatan dan Capai Transaksi USD 5,09 Juta
Puntodewi menjelaskan, pada Maret 2025, kegiatan business matching mencatatkan nilai pemesanan
pembelian sebesar USD 5,09 juta. Nilai transaksi ini terdiri atas pemesanan pembelian sebesar USD 563 ribu dan potensi transaksi USD 4,53 juta.
Pemesanan pembelian berasal dari Jepang untuk produk camilan kacang, minuman herbal dari daun kelor, buah beku kering, pasta ubi beku, keripik tempe, dan gerabah dengan nilai USD 489 ribu. Selain itu, pemesanan pembelian juga datang dari Arab Saudi untuk produk tempe dan kecap senilai USD 73 ribu.
Pada periode tersebut, telah terlaksana 73 kegiatan business matching yang terdiri atas 54 sesi pitching dan 19 pertemuan dengan buyer. Business matching Maret 2025 diikuti 138 UMKM. Produk-produk yang diikutsertakan, antara lain, produk pertanian, tepung porang, bahan baku utama pembuatan sabun (soap noodle), rumah kayu untuk sanggraloka (challete), furnitur, rempah-rempah, kosmetik dan perawatan kulit, produk perikanan, kopi, produk herbal, makanan olahan, santan, dan sarang burung walet.
“Selama Maret 2025, kegiatan business matching berhasil mempertemukan pelaku UMKM Indonesia dengan lebih dari 19 buyer yang berasal dari 15 negara mitra dagang,” kata Puntodewi.
Business matching Maret 2025 juga melibatkan 18 pembina UMKM dalam mendampingi dan merekomendasikan UMKM binaan. Beberapa di antaranya, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), PT Asuransi Asei Indonesia (ASEI), PT Pelabuhan Indonesia Persero (Pelindo), Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI Desk), UMKM go Export, Bank Jatim, Bank Syariah Indonesia (BSI), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan Export Center.
Lihat Sumber Artikel di Warta Ekonomi
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.