Menu

Bayi Alergi ASI? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

29 Maret 2021 10:00 WIB

ASI perah. (pinterest/freepik)

HerStory, Bandung —

Air susu ibu atau ASI adalah sumber energi utama bagi bayi. Namun dalam beberapa kasus timbul eksim atau bintik merah pada kulit bayi yang masih mengonsumsi ASI eksklusif. Hal ini kerap dipahami sebagai bentuk reaksi alergi bayi terhadap ASI. 

Banyak yang salah kaprah menganggap bahwa bintik merah yang timbul akibat si bayi terpapar atau terkena ASI secara langsung. Padahal, yang terjadi adalah bayi sensitif terhadap asupan tertentu yang dikonsumsi si ibu dan sampai ke bayi melalui ASI. 

Dikutip dari berbagai sumber, (29/03/2021) penyebab terjadinya alergi pada bayi adalah karena asupan tersebut mengandung protein, dan pelaku utamanya, yakni berkisar 50-65 persen adalah protein susu sapi. Sehingga ketika bayi mengonsumsi ASI dari ibunya, ia akan mengalami reaksi alergi.

Selain protein pada susu sapi dan produk turunannya seperti mentega, keju, biskuit dan makanan lainnya yang mengandung susu sapi; telur, kacang-kacangan seperti kacang kedelai, jagung, stroberi, sitrus pada jeruk dan seafood pun bisa memberikan pengaruh pada alergi tersebut.

Efek atau gejala ringan atau yang sering terjadi akibat alergi adalah eksim (eksema) pada kulit yang terjadi pada daerah-daerah khas atau atopi, misalnya daerah pipi saja atau di daerah-daerah lipatan saja (seperti siku dan lutut) berupa bintik-bintik kecil dan bisa juga disertai dengan warna yang memerah.

Selain itu, terdapat gangguan juga pada saluran cerna yang bisa terjadi secara bersamaan dengan eksema pada kulit atau salah satunya. Gangguan pada saluran cerna yang terjadi itu berupa buang air besar yang berdarah dan paling banyak muncul pada usia 2-6 minggu.

Umumnya gejala alergi seperti eksema dapat menghilang dalam 72-96 jam. Sedangkan untuk gejala saluran cerna seperti buang air besar berdarah akan menghilang dengan waktu yang lebih lama yaitu berkisar dua mingguan.

Bagaimana cara mengatasinya?

Mengatasi “alergi ASI” bukanlah dengan menghentikan pemberian ASI. Sebab yang menjadi masalah bukanlah ASI-nya! Jika ASI eksklusif ini dihentikan dan diganti dengan pemberian susu formula justru akan semakin mengurangkan nilai gizi yang diterima oleh si bayi. Nilai gizi ASI adalah yang terbaik, nggak bisa digantikan oleh susu formula yang mahal sekalipun!

Ibu menyusui dapat mengatur pemberian makanan tersebut dengan diet per dua minggu. Diet yang dimaksud adalah dengan menahan suatu makanan tertentu dan mengeluarkan salah satu jenis makanan dari daftar diet yang dilakukan oleh ibu menyusui. Asupan yang dikeluarkan dari daftar diet paling utama atau pertama kali adalah makanan yang mengandung protein susu sapi dan produk makanan turunannya. Kemudian telur, coklat dan seafood.

Untuk mengatur asupan yang dikonsumsi, ibu menyusui dapat mengikuti asupan yang disarankan melalui piramida makanan untuk itetap memenuhi kebutuhan akan karbohidrat, protein, lemak dan lainnya. Selain itu disarankan juga bagi Ibu menyusui untuk menambah jumlah kalorinya berkisar 400-500 kalori.