Menu

Intip 3 Tradisi Unik di Jawa Barat untuk Bersihkan Diri Jelang Ramadan

01 April 2021 11:00 WIB

Ilustrasi wanita dengan hijab (Unsplash/Ilham Akbar Fauzi)

HerStory, Bandung —

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan berbagai tradisi dalam menyambut hari-hari spesial. Biasanya tradisi tersebut berkaitan erat dengan suku atau agama yang dianut dari wilayah yang melaksanakan tradisi tersebut. Tak terkecuali tradisi dalam menyambut datangnya bulan Ramadan yang akan jatuh pada 12 April 2021 mendatang.

Di Jawa Barat, terdapat beberapa tradisi unik yang biasa dijalankan oleh umat islam dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini diyakini sebagai sarana untuk menyucikan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Berikut tiga tradisi di Jawa Barat yang biasa dijalankan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan seperti dikutip dari berbagai sumber, (01/04/2021).

Nyadran

Tradisi menyambut Ramadan pertama di wilayah Jawa Barat adalah tradisi Nyadran. Tradisi yang populer di beberapa wilayah Jawa Barat seperti Cirebon, Sumedang, Garut, Subang dan Tasik ini merupakan tradisi peninggalan leluhur yang saat ini masih dilaksanakan.

Budaya ziarah ke makam leluhur, seolah menjadi kewajiban kepada sanak saudara atau keturunan setelahnya yang sudah meninggal. Tradisi tersebut juga berkenaan tentang refleksi kita agar selalu mengingat akan kematian sehingga hati dan fikiran menjadi lebih terarah.

Tradisi Nyadran juga merupakan prosesi budaya yang biasa dilakukan oleh masyarakat Sunda dalam membersihkan makam dan melakukan doa. Tradisi Nyadran sendiri, dasarnya diambil dari bahasa Arab, Nadara atau lebih akrab disebut oleh orang sunda dengan sebutan Nyadran yang berarti jarang atau langka.

Kuramasan

Tradisi kedua dari Jawa Barat ialah tradisi Kuramasan yang artinya berkeramas dalam dialek Sunda. Kuramasan merupakan serangkaian tradisi mandi besar atau yang biasa dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan mandi taubat. Dapat diartikan jika mandi taubat merupakan mandi dengan mengharapkan pengampunan dosa dari Allah SWT.

Pada dasarnya, tradisi Kuramasan berkaitan dengan kata keramas, dengan membasuh seluruh tubuh dimulai dari kepala secara sempurna. Tradisi ini menunjukkan sebuah simbol dari pembersihan dan penyucian diri secara lahir maupun batin, sebagai bagian dalam penyambutan bulan suci Ramadan.

Tidak hanya di dalam keluarga, biasanya acara keramasan biasa dilakukan di lingkungan masyarakat sekitar, dengan cara saling memaafkan antaranggota masyarakat di lingkungan sekitar.

Munggahan

Tradisi terakhir adalah tradisi Munggahan. Tradisi ini cukup populer di kalangan masyarakat Kabupaten Garut, Jawa Barat untuk menyambut datangnya Ramadan. Kata Munggahan sendiri berasal dari ungkapan munggah, yang berarti naik atau meningkat. Secara harfiah tradisi Munggahan mampu meninggikan derajat seseorang dalam perubahan di berbagai hal, terutama soal kebaikan di bulan Ramadan nantinya.

Bagi masyarakat Sunda di Garut, acara munggahan biasa digunakan sebagai penyambutan hari pertama bulan suci Ramadan dan dianggap mampu meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT selama bulan suci Ramadan.

Ada dua macam istilah munggahan. Pertama munggah adat, yakni adanya peningkatan dalam hal adat atau kebiasaan yang berkembang di masyarakat sekitar. Kedua munggah darajat, yakni adanya peningkatan derajat ketakwaan seseorang selama melaksanaan bulan suci Ramadan.

Artikel Pilihan