Menu

Bukan Tanda Lemah! Anak Cowok Boleh Kok Menangis Moms, Ini Bahaya yang Timbul Bagi Perkembangannya Jika Dilarang

14 Juli 2021 18:07 WIB

Ilustrasi anak laki-laki menangis. (Unsplash/Marcos Paulo Prado)

HerStory, Sukabumi —

Gender dipandang sebagai bentuk budaya yang dipakai untuk membedakan karakteristik emosional wanita dan pria mengenai peran, perilaku dan mentalitas yang berkembang dalam masyarakat. 

Hal ini sudah melekat dibenak masyarakat yang akhirnya menjadi stereotip sejak jaman dulu. 

Sebagai contoh, kita pasti kerap mendengar perkataan kalau anak laki-laki enggak boleh nangis yang akhirnya si anak mendapatkan julukan anak mami. 

Sebab peran laki-laki yang harus perkasa dan maskulin, membuat kesan ini menjadi turun temurun hingga saat ini. 

Fiona Forman, MSc., fasilitator psikologi positif terapan mengatakan, stereotip seperti ini bisa membuat perkembangan emosional mereka menjadi terhambat. Bahkan bisa menyebabkan harga diri mereka rusak dan meremehkan citra diri mereka.

Melansir dari parenting.co.id (14/7/2021), menangis merupakan sesuatu hal yang normal bagi manusia tanpa memandang jenis kelamin. Dengan menangis, selain bisa membuat diri menjadi lebih tenang juga membantu kita untuk menghilangkan stres. 

Kesulitan Mengenali Emosi

Masa anak-anak merupakan momen penting bagi mereka untuk menjelajahi berbagai hal dan yang utama adalah perkembangan emosional. Menurut Fiona Forman, pada masa inilah anak akan belajar memahami dan mengatur emosi mereka. 

Jika anak laki-laki ditegaskan untuk jangan menangis, sudah pasti akan mengganggu perkembangan emosigonalnya. Diantaranya anak akan menyimpan banyak tekanan dan menghindar karena menutupi emosinya.

Kesehatan Mental yang Terganggu

Anak laki-laki yang diminta untuk tidak menangis membuatnya menjadi tertutup karena mereka merasa dilarang untuk mengekspresikan perasaannya. Berangkat dari hal ini, dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif berupa kesehatan mental yang terganggu. 

Tidak menutup kemungkinan, mereka yang tidak terbuka akan membuatnya kesulitan untuk menjalin hubungan yang sehat. Mereka akan stuck pada pemikiran menjadi laki-laki harus tegas dan perkasa tanpa memikirkan kepekaan akan empati terhadap emosi orang dan kelembutan.