Menu

Moms, Jangan Menganggap Emosi Si Kecil Hal yang Wajar, Bisa Jadi Itu Tanda Sensory Meltdown!

15 Juli 2021 11:15 WIB

Ilustrasi anak sedang meluapkan emosi. (Pinterest/valeriana002)

HerStory, Sukabumi —

Moms pasti menganggap emosi si kecil yang menangis hingga mengamuk merupakan hal yang wajar dan dialami oleh semua balita. Sebagian orang tua juga menganggapnya sebagai tantrum dan akan stabil dengan sendirinya. 

Emosi ini biasanya disebabkan oleh dua hal, yakni keinginan si kecil yang belum terpenuhi atau si kecil yang kesulitan dalam mengekspresikan keinginan mereka. 

Nyaris terlihat serupa, nyatanya emosi yang meledak bukan karena si kecil sedang mengalami tantrum, melainkan bisa saja hal tersebut merupakan ciri dari sensory meltdown

Dilansir dari berbagai sumber (15/7/2021), jika si kecil mengalami tantrum, dirinya masih mampu untuk mengenali kalau emosi tersebut tidaklah baik. Biasanya mereka menjadikan kesempatan ini sebagai upaya mencari perhatian agar keinginannya dapat terpenuhi. 

Berbeda dengan sensory meltdown, dimana si kecil yang sulit untuk mengendalikan emosi mereka. Bahkan mereka sampai tidak dapat mengenali emosinya sendiri.

Penyebab Sensory Meltdown

Si kecil yang mengalami sensory meltdown ini disebabkan karena terlalu banyak menerima stimulus sensori yang diproses anak di otak. Akibatnya si kecil mengalami perasaan yang tertekan yang bereaksi pada otaknya "lari atau lawan".

Ibarat komputer yang terus-menerus diakses selama seharian, pasti akan mengalami hang atau eror kan, Moms?

Sama halnya dengan si kecil yang terlalu banyak menerima informasi atau stimulus yang mereka terima melalui indera-indera yang ada pada tubuh. Sehingga membuatnya merasa jengah. 

Sebagai contoh, anak yang mengalami sensory meltdown akan merasa frustasi atau kesal ketika berada diposisi keramaian atau kebisingan.

Bedanya dengan Tantrum

Jika Moms masih cukup merasa sulit untuk membedakan emosi si kecil sekedar mencari perhatian atau memang frustasi, Moms dapat melihatnya berdasarkan durasi, intesitas dan frekwensi si kecil. 

Misal, anak yang mengalami tantrum ketika menangis tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menenangkannya berbeda dengan yang mengalami sensory meltdown akan lebih lama untuk ditenangkan. 

Ketika menangis pun, anak yang mengalami sensory meltdown akan mengalami tingkatan emosi yang semakin tinggi dibandingkan tantrum. 

Anak yang mengalami sensory meltdown bahkan bisa melukai dirinya sendiri seperti membantingkan badan sebab dirinya yang tak bisa mengendalikan emosinya sendiri.

Nah, dengan demikian Moms enggak bisa menyamakan kondisi tantrum dengan sensory meltdown pada si kecil karena keduanya berbeda begitu pun cara penanganannya. 

Bila Moms sudah merasakan si kecil mengalami sensory meltdown, sebaiknya Moms meminimalisir stimulasi sensori yang ia terima. Selalu memberikannya pelukan hangat untuk membuatnya merasa lebih tenang dan aman ya, Moms. 

Jika si kecil belum bisa mengalami perubahan, Moms jangan segan untuk membawanya ke dokter untuk menerima penanganan yang lebih lanjut dan tepat, ya.