Menu

Waspada Asma pada Si Kecil, Moms! Ini Faktor Pencetus dan Cara Mencegahnya

25 Agustus 2021 16:25 WIB

Ilustrasi anak menderita asma dan diberi tindakan inhalasi nebulisasi (HerStory/Riana)

HerStory, Bogor —

Moms, apakah si kecil menderita asma? Asma merupakan salah satu penyakit yang paling umum diderita anak-anak di dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Menurut Dokter Spesialis Anak dari RS MMC, Jakarta, dr. Cindy Diana Christie, Sp.A, asma merupakan salah satu gejala alergi yang biasanya menyerang anak.

“Asma ini adalah penyakit alergi yang merupakan penyakit saluran pernafasan dengan dasar peradangan kronis yang menyebabkan penyempitan saluran nafas. Gejala yang kerap terjadi adalah batuk berulang, sesak, dan nafas anak cepat,” tutur dr Cindy, saat menjadi pembicara dalam webinar ‘Mengenal Berbagai Alergi yang Sering Timbul pada Anak’, sebagaimana dipantau HerStory, Rabu (25/8/2021).

Lebih jauh, dr Cindy menekankan bahwa tak semua batuk dan sesak disebabkan oleh asma, ya Moms. Karena terkadang terlalu banyak juga manifestasi batuk ataupun sesak yang dilabel dengan asma, jadi jangan lantas menganggap bahwa semuanya adalah serangan asma. Hal ini dapat menyebabkan penggunaan obat asma yang tidak tepat untuk mengobati kondisi yang bukan asma.

“Kita harus tahu dulu asma ini gejalanya apa. Biasanya, sesak nafas, mengi, batuk berulang, dan nyeri pada dada atau dada seperti tertekan. Dan gejalanya ini kronis, berulang, sering memberat pada malam hari, dan timbulnya jika ada pencetus. Dikatakan asma jika gejalanya membaik setelah diberikan obat-obatan misalnya nebulisasi (terapi uap),” beber dr Cindy.

dr Cindy mengatakan, begitu mengetahui anak terkena asma, orang tua tak perlu panik. Yang penting, carilah faktor pencetusnya. Dengan begitu, serangan asma nantinya bisa dihindari.

Adapun, faktor pencetus asma ini kata dr Cindy, seperti debu rumah, tungau, asap rokok dan rontokan bulu binatang, polusi kendaraan, asap rumah tangga, obat-obatan tertentu, batuk, pilek, serbuk sari bunga, bahkan karena emosi berlebihan.

“Asma juga bisa muncul karena udara dingin serta mengalami stres dan kelelahan. Bisa juga muncul setelah mengkonsumsi makanan, seperti cokelat, minuman dingin, makanan berpengawet, makanan berpenyedap rasa, dll,” terangnya.

Namun dr Cindy bilang, ketika anak menunjukkan gejala asma berkepanjangan, hendaknya segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dokter biasanya meresepkan obat yang mirip dengan orang dewasa, namun dengan dosis yang lebih rendah dan cara yang berbeda, seperti nebulizer, inhaler, atau obat lainnya.

“Tentunya kita harus hindari pencetus utama asmanya sendiri ya, dan ada obat juga biasanya yang diberikan dokter seperti reliever atau pereda, sampai controller atau obat semprot kortikosteroid untuk asma yang gejalanya sudah menetap,” papar dr Cindy.

Selain upaya pengobatan, kata dr Cindy, ada cara lain yang penting diketahui orang tua untuk mengendalikan asma, yakni dengan upaya pencegahan. Pasalnya, hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan asma secara total.

Dan, untuk pencegahan ini, kata dr Cindy, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun telah mengeluarkan 10 rekomendasi pencegahan penyakit alergi pada anak, yakni:

  1. Penentuan risiko alergi pada anak dilakukan dengan identifikasi penyakit alergi (asma, dermatitis atopik, rinitis alergi) pada kedua orangtua maupun saudara kandung.Kartu deteksi dini alergi dapat digunakan untuk menentukan risiko penyakit alergi pada anak
  2. Restriksi diet pada ibu hamil dan menyusui untuk mencegah terjadinya penyakit alergi pada anak tidak diperlukan
  3. Suplementasi minyak ikan pada ibu hamil dan menyusui untuk mencegah terjadinya penyakit alergi pada anak tidak direkomendasikan
  4. Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan direkomendasikan untuk pencegahan penyakit alergi
  5. Pada bayi yang tidak memungkinkan diberi ASI, direkomendasipemberian formula hidrolisat parsial atau ekstensif sampai usia 4-6 bulan. Formula hidrolisat tidak dapat menggantikan kedudukan ASI sebagai pilihan nutrisi pertama pada bayi
  6. Formula susu kedelai tidak direkomendasikan untuk pencegahan penyakit alergi pada anak
  7. Penambahan prebiotik, probiotik dan sinbiotik pada makanan bayi tidak direkomendasikan untuk pencegahan penyakit alergi pada anak
  8. Makanan padat direkomendasikan diberikan mulai usia 4-6 bulan secara bertahap. Restriksi diet terhadap makanan tertentu tidak diperlukan untuk pencegahan penyakit alergi
  9. Penghindaran pajanan asap rokok saat kehamilan maupun sesudah kelahiran direkomendasikan untuk pencegahan penyakit alergi pada anak
  10. Penghindaran tungau debu rumah dan hewan peliharaan tidak direkomendasikan untuk pencegahan primer penyakit alergi pada anak.