Menu

Ini Sederet Fakta Mengenai Prosedur Bayi Tabung yang Harus Moms Ketahui

31 Agustus 2021 14:45 WIB

Ilustrasi perut ibu hamil. (Unsplash/Edited by HerStory)

HerStory, Bandung —

Moms, apakah pernah mendengar istilah bayi tabung? Atau mungkin Moms merencanakan untuk melakukan prosedur bayi tabung? Nah, Moms perlu mengetahui beberapa fakta berikut ini tentang prosedur bayi tabung sebelum melakukannya, dikutip dari berbagai sumber, Selasa (31/8).

Apa Itu Bayi Tabung?

Bayi tabung adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk membantu proses kehamilan. Prosedur ini sendiri bisa menjadi salah satu solusi bagi pasangan yang mengalami gangguan kesuburan untuk memiliki anak. 

Proses kehamilan bermula ketika sel telur yang matang dibuahi oleh sperma di saluran indung telur. Ketika sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim, normalnya janin akan mulai tumbuh di rahim dan akan lahir 9 bulan kemudian.

Namun, akibat kondisi tertentu, proses terseut mungkin enggak berjalan normal. Hal ini bisa disebabkan oleh gangguan pada organ panggul wanita atau masalah kesuburan pada pria. 

Prosedur bayi tabung merupakan program yang memang membantu pasien untuk mendapatkan kehamilan dengan menggabungkan sel telur dan sperma di luar tubuh. Setelah penggabungan, sel telur yang sudah dibuahi (embrio) akna diletakkan kembali di rahim.

Gangguan yang Mengindikasikan Perlunya Melakukan Prosedur Bayi Tabung

Prosedur bayi tabung digunakan untuk mendapatkan kehamilan bagi pasien yang mengalami masalah kesuburan. Biasanya, sebelum prosedur bayi tabung dipiih, dokter akan terlebih dahulu menyarankan metode lain, seperti pemberian obat-obat penyubur kandungan dan inseminasi buatan.

Prosedur ini juga dapat dilakukan pada pasien wanita yang akan menjalani pengobatan, seperti radioterapi dan kemoterapi. Melalui prosedur bayi tabung, pasien bisa menyimpan sel telur yang sehat sebelum menjalani pengobatan tersebut.

Tindakan bayi tabung biasanya disarankan pada pasien wanita di atas usia 40 tahun yang mengalami gangguan kesuburan atau pada pasien dengan kondisi berikut:

- Terdapat sumbatan atau kerusakan pada saluran indung telur (tuba falopi)

- Riwayat operasi pengangkatan atau sterilisasi tuba falopi (tuba ligasi)

- Gangguan ovulasi yang menyebabkan kekurangan sel telur

- Endometriosis, yaitu kondisi ketika jaringan dinding rahim tumbuh di luar rahim

- Miom, yaitu tumor jinak di dinding rahim yang bisa mengganggu penempelan embrio pada dinding rahim

- Gangguan pada fungsi, bentuk, dan produksi sperma, seperti kelainan bentuk dan ukuran sperma (teratospermia), pergerakan sperma yang lemah (asthenospermia), atau kurangnya produksi sperma (oligospermia)

- Alasan ketidaksuburan (infertilitas) lain yang tidak diketahui

Prosedur Bayi Tabung

1. Induksi ovulasi

Induksi ovulasi adalah pemberian hormon sintetis dan obat-obatan, seperti:

- Follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), atau kombinasi keduanya untuk merangsang ovarium (indung telur)

- Human chorionic gonadotropin (hCG), umumnya diberikan 8–14 hari setelah suntikan perangsang ovarium, untuk membantu proses pematangan sel telur jika sel telur sudah siap untuk diambil

- Obat penekan ovulasi prematur, untuk mencegah sel telur lepas terlalu cepat dari indung telur

- Suplemen hormon progesterone yang diberikan pada hari pengambilan sel telur, untuk mempersiapkan dinding rahim menjadi tempat penempelan embrio

Induksi ovulasi umumnya memerlukan waktu 1–2 minggu sebelum sel telur dapat diambil. Selama proses ini, pasien juga akan menjalani USG transvaginal untuk memastikan sel telur tumbuh, serta tes darah guna memastikan hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tepat.

Dokter dapat menunda proses bayi tabung jika pertumbuhan sel telur rendah, terlalu tinggi, atau bila terjadi ovulasi prematur. Kemudian dokter akan mengulangi kembali proses ini dengan mengganti dosis hormon yang diberikan.

2. Pengambilan telur

Proses pengambilan telur dilakukan 34–36 jam setelah suntikan hormon terakhir dan sebelum ovulasi. Sebelum prosedur ini dilakukan, pasien akan diberikan suntik obat penenang dan antinyeri untuk mengurangi rasa sakit yang muncul selama proses pengambilan telur berlangsung.

Berikut ini adalah tahapan dalam proses pengambilan telur:

- Sel telur akan diambil dari rahim menggunakan jarum kecil, dengan panduan USG transvaginal. Jika tidak memungkinkan, dokter akan membuat sayatan sebesar lubang kunci di dinding perut dan memasukkan jarum kecil dengan bantuan USG abdomen.

- Beberapa sel telur akan disedot melalui jarum tersebut selama kurang lebih 20 menit. Telur yang sudah matang akan disimpan di inkubasi yang berisi cairan khusus, untuk dibuahi sperma. Namun perlu diingat, proses pembuahan tidak selalu berhasil.

3. Pengambilan sperma

Untuk mengambil sampel sperma, dokter akan meminta pasien pria melakukan masturbasi. Cara lain yang dapat dilakukan adalah mengambil sampel sperma langsung dari testis dengan menggunakan jarum.

4. Pembuahan

Proses pembuahan dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu:

Inseminasi

Proses ini dilakukan dengan mencampur sperma dan sel telur yang sehat dalam waktu semalaman hingga menjadi embrio.

Intracytoplasmic sperm injection (ICSI)

ICSI dilakukan dengan menyuntikkan satu sperma sehat ke masing-masing sel ICSI umumnya dilakukan ketika kualitas sperma buruk atau proses pembuahan dengan cara inseminasi gagal dilakukan. Perlu diingat, tidak semua embrio dapat bertahan setelah proses pembuahan terjadi.

5. Transfer Embrio

Tahap terakhir ini dilakukan 3–5 hari setelah proses pengambilan telur, di mana embrio sudah mulai berkembang. Akan tetapi, sebelum embrio dipindahkan ke dalam rahim, dokter akan menjalankan tes untuk memeriksa apakah terdapat kelainan kromosom atau penyakit menular tertentu.

Tahapan dalam proses transfer embrio adalah sebagai berikut:

- Pasien akan diberikan bius ringan untuk meredakan nyeri, meskipun beberapa pasien mungkin akan merasakan kram perut ringan.

- Dokter memasukkan selang fleksibel (kateter) ke dalam rahim melalui vagina.

- Satu atau beberapa embrio akan disuntikkan ke dalam rahim melalui kateter.

Proses ini dinyatakan berhasil jika embrio tertanam di dinding rahim dalam waktu 6–10 hari setelah embrio ditransfer.

Risiko Melakukan Prosedur Bayi Tabung

Melakukan prosedur bayi tabung tentu memiliki risikonya tersendiri, antara lain:

- Hamil kembar, jika lebih dari satu embrio yang ditanam ke dalam rahim

- Kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah

- Sindrom hiperstimulasi ovarium, akibat suntik obat kesuburan, seperti human chorionic gonadotropin (hCG)

- Stres, yang mungkin disebabkan oleh terkurasnya waktu, tenaga, dan uang

- Kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim, seperti di tuba falopi

- Kelainan atau cacat lahir

- Keguguran