Menu

Beauty, Yuk Pahami Apa Itu Gejala Vaginismus yang Harus Kamu Waspadai!

31 Agustus 2021 16:45 WIB

Ilustrasi kesehatan reproduksi wanita. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Bandung —

Kamu tahu enggak bahwa gangguan seksual yang bisa dialami wanita itu beragam lho. Salah satu gangguan itu adalah vaginismus. Vaginismus sendiri adalah kondisi otot di sekitar vagina yang mengencang dengan sendirinya saat terjadi penetrasi seksual. Kondisi ini yang membuat penis enggak bisa penetrasi.

Gangguan ini enggak mempengaruhi gairah seksual, tapi akan menghambat hubungan intim. Kira-kira apa saja gejalanya? Yuk, simak penjelasan berikut, dikutip dari Halodoc.com, Selasa (31/8).

Gejala Vaginismus

Vaginismus adalah gangguan seksual yang bisa terjadi pada wanita dengan usia berapapun. Gangguan ini bisa berlangsung seumur hidup atau hanya sementara waktu.

Secara umum, gejala vaginismus meliputi:

- Hubungan seksual yang terasa amat sakit (dispareunia) dengan sesak dan nyeri yang mungkin terasa terbakar atau menyengat.

- Kesulitan atau bahkan tidak bisa melakukan penetrasi.

- Nyeri seksual jangka panjang dengan atau tanpa penyebab yang diketahui.

- Rasa sakit saat memasang tampon.

- Rasa sakit saat pemeriksaan ginekologis.

- Mengalami kejang otot atau berhenti bernapas saat mencoba penetrasi.

- Ketakutan melakukan hubungan seksual dan penurunan hasrat seksual terkait penetrasi.

Gejala vaginismus tersebut dapat membuat wanita merasa sangat enggak nyaman saat berhubungan intim, bahkan tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual. Karena itu, bila kamu mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

Penyebab Vaginismus

Sampai saat ini, penyebab vaginismus masih belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat sejumlah faktor fisik dan non-fisik (mental) yang diduga berperan terhadap terjadinya kelainan ini. Pada kasus yang serius, vaginismus bisa disebabkan oleh kombinasi kedua faktor tersebut.

Penyebab vaginismus non-fisik, antara lain:

- Adanya ketakutan untuk berhubungan intim, seperti takut hamil atau takut sakit.

- Sedang merasa gelisah atau stres.

- Adanya isu dengan pasangan, seperti kekerasan, ketidakpercayaan, hubungan yang sudah menjauh, dan lain-lain.

- Pernah mengalami kejadian traumatis, seperti pemerkosaan atau kekerasan.

- Pengalaman masa kecil, seperti cara didik orangtua atau paparan gambar seksual.

Sementara itu, penyebab vaginismus fisik, meliputi:

- Mengidap kondisi medis tertentu.

- Dampak setelah persalinan.

- Perubahan fisik terkait usia.

- Trauma pada pelvis.

- Efek samping dari obat-obatan.

Dengan kata lain, wanita yang pernah mengalami kekerasan seksual atau trauma, memiliki masalah dengan pasangannya, takut hamil, dan trauma dengan hubungan intim pertama yang menyakitkan, berisiko tinggi mengalami vaginismus.

Cara Mengatasi Vaginismus

Cara mengatasi vaginismus pada tiap pengidap bisa berbeda-beda, tergantung penyebabnya. Namun, hampir sebagian besar vaginismus bisa disembuhkan. Biasanya, vaginismus bisa diatasi dengan melakukan terapi relaksasi vagina, terapi emosional, dan operasi.

Pada kasus vaginismus yang disebabkan oleh kondisi medis, mengatasi penyebab yang mendasarinya adalah cara efektif untuk mengatasi gangguan seksual tersebut.

Pengidap juga bisa mengganti obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan masalah lubrikasi, sehingga risiko mengalami vaginismus bisa diminimalisir.

Bagi wanita yang sudah mengalami menopause, masalah lubrikasi kerap dialami akibat rendahnya kadar estrogen. Nah, kondisi ini bisa ditangani dengan mengoleskan estrogen topikal langsung pada vagina.

Selain itu, melakukan senam kegel dan latihan vagina dapat meringankan rasa sakit saat berhubungan intim, sehingga membantu mengatasi vaginismus.

Senam kegel meliputi aktivitas kontraksi dan relaksasi yang bisa meningkatkan kendali otot pelvic floor. Sedangkan latihan vagina, bertujuan untuk membantu kamu terbiasa dengan objek yang masuk ke dalam vagina.

Pilihan pengobatan vaginismus lainnya adalah operasi untuk memperlebar vagina. Cara ini bisa dilakukan pada situasi tertentu. Misalnya, pada wanita yang pernah menjalani operasi yang menyebabkan jaringan luka yang membatasi vagina, seperti episiotomi saat persalinan. 

Pada kasus tersebut, operasi kecil bisa dilakukan guna membantu mengangkat jaringan luka, dengan cara memotong jaringan luka dengan hati-hati dan menjahitnya kembali.

Artikel Pilihan