Menu

Gelar Acara Juneteeth 2021, Ford Foundation Adakan Diskusi Tantangan Masyarakat Inklusif

09 September 2021 20:30 WIB

Pembicara pada acara yang diselenggarakan Ford Foundation dalam merayakan Juneteeth 2021. (Jasmine Rahmanizahra/Edited by HerStory).

HerStory, Bandung —

Ford Foundation gelar diskusi terkait tantangan masyarakat inklusif serta  streaming pementasan sinematik 1200°(seribu dua ratus derajat) dari Papermoon Puppet dalam rangka merayakan Juneteeth 2021 di Indonesia secara virtual pada Kamis (9/9/2021).

Diskusi yang bertajuk "Sudah Inklusif Kah Kita?" bertujuan untuk mendengarkan cerita orang-orang yang merasa terpinggirkan sambil mencari solusi bagi masyarakat yang inklusif.

Alexander Irwan, Regional Director Ford Foundation mengatakan bahwa contoh inklusifitas yang kini menjadi perhatian di tengah pandemi adalah program vaksinasi.

"Program vaksinasi dari pemerintah yang kini terlihat memang adanya tenaga kesehatan, anak-anak juga dapat, tapi yang kini terlihat bahwa vaksinasi tersebut belum inklusif kaena adanya dua kelompok masyarakat yang besar dan belum menjadi prioritas," ungkapnya.

Salah satu kelompok masyarakat tersebut, yakni kelompok masyarakat penyandang disabilitas. Alexander pun menambahkan bahwa ia bekerjasama dengan mitra-mitra seperti pemerintahan untuk membuat program vaksinasi menjadi inklusif.

Acara diskusi ini pun turut menayangkan sinematik 1200°(seribu dua ratus derajat) dari Papermoon Puppet yang menggambarkan anti diskriminasi serta inklusifitas.

Maria Tri Sulistyani, founder Papermoon Puppet Theater, mengungkapkan alasan mengapa dirinya membuat karya sinematik 1200°(seribu dua ratus derajat). Maria yang akrab disapa Ria ini mengungkapkan bahwa dirinya merasa bahwa masih banyak teman-teman difabel atau komunitas lainnya masih belum mengenal medium teater boneka.

"Masih banyaknya teman-teman difabel serta komunitas lain yang belum mengenal medium teater boneka ini membuat kami gelisah. Padahal, medium ini bisa menjembatani banyak tema atau isu yang bisa disampaikan kepada banyak orang melalui cara ini," pungkasnya.

Ria pun memberikan contoh bahwa adanya kerjasama yang ia lakukan bersama komunitas teman tuli di mana banyak menuai apresiasi dari masyarakat yang menonton acara tersebut. Menurut Ria, hal tersebut jadi salah satu bentuk yang ia yakini bahwa teater ini bisa menjadi medium anti diskriminasi dan inklusifitas.

Setelah pementasan karya sinematik,acara ini berlangsung dengan diskusi yang dihadiri oleh beberapa panelis lainnya, yakni Devi Anggaraini, Ketua Perempuan AMAN dan Maulani Rotinsulu, Ketua HWDI - Women with Disability Association.

Artikel Pilihan