Menu

Gak Semua Benjolan di Payudara Itu Kanker, tapi Waspada Jika Kamu Dapati Tanda Ini Beauty! Kata Dokter…

08 Oktober 2021 17:30 WIB

Ilustrasi payudara kencang dan sehat (premiumorganic.id/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Onkologi RS Pondok Indah - Puri Indah, dr. Kristina Maria Siswiandari, Sp.B. SubBOnk., mengatakan, kesadaran wanita Indonesia untuk memeriksakan diri atau deteksi dini terhadap kanker payudara saat ini masih sangat rendah.

Padahal, berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) sendiri, kanker payudara menempati urutan nomor satu atau menjadi yang paling banyak diderita wanita di dunia, lho. Di posisi kedua, ditempati oleh kanker serviks.

dr. Kristina bilang, semakin dini kanker payudara ini deteksi, maka kesempatan untuk sembuh sempurna akan lebih besar. Ia pun mengatakan, umumnya wanita segan melakukan pemeriksaan medis dikarenakan khawatir akan efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan. Selain itu, mereka juga ketakutan kalau-kalau positif menderita kanker payudara.

“Jadi kesadaran wanita memeriksaan payudara ini saya lihat tergantung dari segmennya sendiri ya, kadang ada yang memeriksakan karena ada anggota keluarga tertentu punya kanker, dan dia berusaha antisipasi. Tapi kalau dia gak ada orang terdekat yang menderita kanker, biasanya dia agak lengah. Sebenarnya, dengan usaha-usaha seperti ini, dengan cara edukasi, dengan cara kita melakukan sosialisasi itu akan membantu menyaring lebih dini tentang kelainan-kelainan yang ada di payudara,” kata dr. Kristina, saat sesi Instalive sebagaimana dipantau HerStory, baru-baru ini.

dr. Kristina mengatakan, dalam beberapa kasus, kanker payudara tak menunjukkan gejala apapun. Namun, wanita perlu melewati beberapa pemeriksaan yang dijalankan dokter untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya.

“Untuk tumor sendiri itu gak mungkin langsung, pasti dari kecil dulu. Nah sementara untuk kanker payudara ini kebanyakan gak ada gejala. Gak ada rasa sakit. Nah biasanya yang dicari dokter itu adalah benjolan, tanpa memperhatikan rasa sakit atau enggak. Karena benjolan itu kecil kita harus lakukan perabaan/pemeriksaan yang rutin tiap bulan, karena tadi gak ada signal kan, gak ada keluhan. Jadi harus dicari ada atau enggak nih benjolannya, ya dengan cara melakukan pemeriksaan sendiri,” terang dr. Kristina.

Menurut dr. Kristina, benjolan di payudara memang gak selalu mengarah ke kondisi kanker payudara. Namun, benjolan tersebut tetap perlu diwaspadai. Sebabnya, benjolan di payudara yang berbahaya dan tak berbahaya bisa menunjukkan ciri-ciri yang mirip satu sama lain.

Sebagian besar benjolan di payudara muncul akibat hal yang gak berbahaya, seperti siklus menstruasi dan perubahan hormon. Selain itu, benjolan juga bisa terkait dengan saluran susu yang tersumbat, infeksi, atau cedera payudara.

Biasanya, benjolan payudara yang gak berbahaya akan mengecil atau menghilang dengan sendirinya. Meski demikian, pada kasus tertentu, benjolan di payudara bisa jadi disebabkan oleh kondisi yang lebih serius, seperti kanker payudara.

Nah, kondisi ini lebih berisiko terjadi pada wanita yang memiliki riwayat siklus menstruasi gak teratur atau riwayat keluarga kandung dengan kanker payudara. Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk mengenali apa saja jenis benjolan di payudara yang perlu diwaspadai agar bisa ditangani dengan cepat dan tepat.

“Ada juga lho orang yang sakit sedikit juga langsungg berobat. Padahal pas diperiksa gak ada benjolan, itu biasanya karena hormon. Hal seperti itu bagus, namun yang harus kita aware adalah justru benjolan yang gak disertai rasa nyeri. Atau kalau ada perubahan seperti puting seperti tertarik ke dalam, atau keluar darah dari puting, atau payudara seperti mengeras, itu yang perlu diwaspadai. Kalau perubahan warna pada area payudara itu lebih ke infeksi bisanya,” tutur dr. Kristina.

“Jadi, kanker payudara itu kita memastikannya setelah ada hasil patologi ya atau biopsi tadi. Itu ada macem-macem jenisnya. Kemudian nanti kita lanjutkan ke pemeriksaan biologi molekuler. Memng kanker payudara sangat bervariasi. Sehingga penanganannya pun bakal beda-beda tiap jenisnya. Kalau stadium itu terdiri dari 3 komponen, kita lihat dari ukuran tumornya sendiri, kemudian dari penyebaran ke kelenjar getah beningnya, sama ada penyebaran jauh atau enggak. Nanti bisa kita bagi lagi ini termasuk ke kanker yang awal, kanker yang lokal lanjut, atau kanker yang sudah lanjut,” sambung dr. Kristina.

Lantas, bagaimana membedakan benjolan normal dengan benjolan kanker payudara? Dikatakan dr. Kristina, untuk membedakannya benjolan kanker atau benjolan biasa dilihat dari ukurannya. Jika semakin hari makin membesar, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika benjolan dirasa tak semakin bertambah besar atau tak bergerak, kemungkinan itu hanya benjolan biasa.

“Yang membedakan itu memang perlu pengalaman dan latihan juga ya untuk membedakan itu. Memang kalau kita mau tahu pasti, kita harus punya data dulu, misalnya kita USG 3D dan kita raba, itu jadi patokan. Misalnya kalau USG-nya oke berarti itu patokan bahwa itu sebagai data dasar. Kalau benjolan di payudara itu biasanya kita bisa raba kalau ukurannya di atas satu setengah centimeter. Tapi kalau di bawah itu gak bisa diraba. Kalau tanda lain ya benjolannya akan menetap, baik itu sebelum haid atau setelah haid itu posisinya tetap ada,” tuntas dr. Kristina.

Artikel Pilihan