Menu

Mengulik Sisi Lain Gita Savitri: Soal Women Empowerment, Pendidikan, Hingga Pekerjaan ‘Tak Biasanya’ di Jerman, Seperti Apa?

20 Desember 2021 07:08 WIB

Gita Savitri (Instagram/@gitasav)

HerStory, Bogor —

Pintar, cantik, kritis, kamu pasti gak asing dengan sosok Gita Savitri Devi, ini Beauty. Sebagai seorang penulis, YouTuber, content creator, sosok wanita berdarah Palembang ini memang sering malang-melintang di media sosial dan televisi. Bermula 'hanya' sebagai seorang mahasiswi Indonesia yang kuliah di Jerman, kini Gita pun menjelma jadi sosok influencer yang membawa pengaruh besar untuk anak-anak muda di Indonesia.

Dan belakangan ini, nama Gita Savitri pun mencuri perhatian setelah pernyataannya tentang keputusan untuk childfree viral. Meski sempat banyak yang mencibirnya karena keputusan tersebut, Gita dan sang suami, Paul Andre Partohap, menyebut keputusannya itu sudah melalui pertimbangan yang matang dan bukan keputusan yang egois.

Dan terlepas dari kehidupan pribadinya itu, tak dapat dipungkiri jika perempuan yang akrab disapa Gita itu dianggap sebagian besar orang sebagai sosok yang inspiratif. Lantas, seperti apa Gita memaknai perjalanan hidup dan cara dia memandang pemberdayaan kaum perempuan atau Women Empowerment?

“Yang pasti jadi perempuan itu sulit. Kita punya stereotype, misalnya di tempat kerja, kita harus proofing ke anyone, ibaratnya kayak mental capacity kita yang sebenarnya kita pakai untuk maju ke depan jadi malah makin ke-reduce karena segala macam pressure itu. Menurutku selama ini perempuan jadi lebih sering dapat diskriminasi, jadi menurut aku penting buat kita fight other. Dan menurutku dengan kita ngasi opportuny ke perempuan untuk bisa berdikari, itu perempuan juga bisa. Mereka bisa dapetin bignity. Intinya ya itu tadi, jadi perempuan itu udah susah kan, jadi justru karena susah itu, kita harus fight harder semuanya. Dan akhirnya aku diingatkan oleh sesama perempuan. Dan merupakan hal penting bagi perempuan untuk memahami apa saja tindakan yang tepat untuk melawan perlakuan semacam itu. Dan edukasi adalah salah satu kunci utama dalam women empowerment.,” tutur Gita, saat menjadi narasumber di acara webinar Women’s Economic Empowerment Week by Ternak Uang, sebagaimana dipantau HerStory, belum lama ini.

Lebih lanjut, Gita pun berbagi cerita mengenai pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan. Ia mengatakan bahwa pendidikan yang tinggi itu adalah hak seluruh perempuan. Hal penting lainnya adalah, belajar itu adalah bentuk aktualisasi diri yang bisa berguna di kehidupannya.

Gita pun tanpa ragu menyebutkan bahwa pendidikan bisa menyelamatkan sebuah generasi. Dan perempuan seperti dirinya, punya peran yang tak kecil. Gita pun menilai, pendidikan dengan pembangunan ekonomi suatu negara itu sangatlah berkorelasi satu sama lain.

I think everybody deserves that including woman. Dan menurutku, pendidikan dan pembangunekonomi itu keduanya sangat berkorelasi. Karena kalau kita ngomongin soal ekonomi pembangunan suatu negara, kalau si negaranya gak investing on the people, dia gak bisa maju. Dan menurut aku salah satu the biggest investment yang negara bisa kasih itu adalah pendidikan. Pendidikan menurutku gak cuma sebatas sekolah aja, tapi kayak pendidikan informal juga sih. supaya si penduduknya atau individunya itu bisa lebih terbuka pikirannya. Terus bisa lebih kreatif juga lebih inovatif, dan dia punya value juga, kalau misalnya orang yang berpendidikan juga kan dia lebih peduli sama kesehatannya dia, terus dia kan akhirnya bisa jadi lebih produktif, ujung-ujungnya bisa ngasi sesuatu yang advantif buat si negaranya dan ekonominya. Gak cuma itu, dengan pendidikan pun nantinya kita punya better mental health juga, kayaknya itu ngaruh banget menurutku. Dan akhirnya perempuan bisa lebih have saved to place to live, ngerasa save di negaranya dan dia bisa lebih berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi,” tandasanya.

Gita pun menekankan pentingnya aktualisasi dan meningkatkan kualitas diri. Sebagai wanita, kita pun bisa menjalani kehidupan dengan lebih bahagia dan positif serta mencapai mimpi. Bagi Gita sendiri, langkah konkretnya seperti apa ya?

“Kalau misalnya kita ngomongin soal pendidikan, tentang gimana kesuksesan pasti akan ada diskursus soal previlage. Jadi menurut aku kita coba aja working hard, tergantung sama capability kita. Jadi gunakan cara sendiri untuk ningkatin kualitas diri.Kongkretnya seperti apa kita harus ningkatin kualitas diri? Kalau aku misalnya suka sama diskursus sama human right atau woman right gitu, the way aku educate my self itu dengan sangat-sangat menggunakan medsos aku, jadi yang aku ‘cerna’ itu adalah hal-hal yang sangat bermanfaat biar aku creating sendiri algoritma itu jadi pas aku buka hp pun yang aku lihat itu adalah ilmu. Apa yang mau aku pelajarin, aku lihat semua. Jadi kalau aku, dengan follow orang-orang yang ‘lo mau gitu, mau jadi kayak gitu’. Jadi gak ngikutin aku receh-receh doang,” terangnya.

Sebagaimana kita tahu Beauty, Gita selama ini menempuh pendidikan dan karirnya di luar negeri, yaitu Jerman. Dikatakan Gita, mengambil langkah pendidikan dan bekerja di luar negeri bukanlah perkara mudah. Menurutnya, ada banyak cara untuk belajar maupun bekerja di luar negeri, hanya saja tergantung dari diri sendiri mau pilih yang mana.

Gita juga bilang, hal pertama yang harus dipertimbangakan dalam melanjutkan studi dan bekerja di luar negeri adalah mencari tujuan. Mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas menjadi alasan yang cukup kuat jika kita memilih negara dengan sistem pendidikan, institusi, dan human resources yang lebih baik.

Selain itu, tantangan untuk keluar dari comfort zone dengan memasuki sebuah lingkungan yang lebih heterogen, juga berpotensi menjadi cara untuk mengembangkan diri menjadi individu yang berpikiran terbuka dan kritis.

Di Jerman, Gita juga menulis blog untuk mengisi kesehariannya saat kuliah. Gita mengaku, ia bukanlah orang yang berasal dari keluarga kaya, ia harus berjuang keras untuk menjadi dirinya seperti yang sekarang. Gita juga pernah menjadi pelayan restoran untuk mencukupi biaya hidupnya saat kuliah di Jerman.

Gita juga mengaku, saat di Jerman, ia juga terus men-challenge dirinya untuk keluar dari zona nyamannya, seperti untuk tinggal di apartemen sendiri, mengatur keuangan sendiri, memperoleh penghasilan di luar yang telah diberikan orangtuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan yang lainnya.

Upayanya untuk keluar dari zona nyaman pula lah yang membawanya kemudian berkiprah menjadi Youtuber sekaligus influencer. Biaya hidup di Jerman yang menurut pengakuannya tidak murah, membuatnya harus mencari uang tambahan. Sebagai seorang yang suka mempelajari hal-hal baru, ia tidak begitu pilah-pilih soal pekerjaan. Namun karena ia juga seorang yang sangat ketat akan skala prioritas, maka pekerjaan yang dikehendakinya adalah yang tidak mengganggu perkuliahan, yang dianggapnya menempati prioritas tertinggi hidupnya di Jerman kala itu. Akhirnya, pekerjaan yang bisa dijalani secara online lah yang menjadi pilihannya.

“Untuk aku sendiri,Jerman mengubah diri aku banget. Aku udah di sini ketika masih 18 tahun, masih remaja. Jadi aku pun menjadikan Jerman dan mentalitasnya sebagai bagian dari karakter aku. Yang jelas aku jadi makin kritis dan makin tegas memandang semua hal. Dan menurutku, kalau orang punya choices, kalau punya opportunity, ya mending kuliah di luar. Karena kalau bicara kuliah, bukan sekedar lu belajar ilmu doang, tapi lu belajar soal mentality juga,terus kita tinggal sendiri juga kan, itu ngaruh banget, its so life changing. Jadi kalau kita datang ke negara baru, jadi kayak survivor gitu. Beda halnya kalau kita di Indonesia, kita tinggal di comport zone kita aja. Perlu diingat juga, kuliah di luar negeri tiak cukup hanya dengan niat dan minat. Situasinya jauh berbeda dengan di Indonesia, cobaan-cobaan yang akan dihadapi jauh berbeda dengan yang pernah kita lalui,” tutur Gita.

Lantas, apa tips dari Gita agar anak muda, tak terkecuali perempuan, bisa bisa lebih besar change-nya diterima bekerja dan kerja di luar negeri?

“Beasiswa udah pasti, tapi menurut aku, aku juga bukan datang dari keluarga berada. Ayahku dulu imigran gelap di AS, dia jadi pelayan resto di sana, ngirimin uang tiap bulan supaya kita bisa survive dan kuliah, dan itu alasan aku tinggal di jerman. Karena di Jerman itu gak semahal di negara lain. Jadi mostly orang-orang yang di Jerman itu adalah orang-orang yang tidak kaya, jadi kita semua itu harus kerja. makanya kenapa banyak yang dari kita itu lulusnya agak lama. Intinya, semuanya bisa diperjuangkan sih. Tapi musti keep in mind bahwa memperjuangkan sesuatu itu harus ada yang dikorbanin, jadi gak bisa juga kalau misalnya kita di Jerman tapi mindset-nya kayak di Indonesia, gw harus lulus cepet misalnya, karena ujung-ujungnya bakal ngebenanin diri kita sendiri. Jadi kalau kita udah di luar, mentality kita udah beda. It’s about kita enriching about our life aja,” bebernya.

Fyi Beauty, mungkin kita selama ini mengenal Gita Savitri sebagai seorang influencer, penulis, YouTuber, dan lain sebagainya. Tapi tahukah kamu, apa pekerjaan utama Gita? Ya, di luar dugaan ternyata Gita bekerja full time sebagai cosmetic chemist di Jerman. Gak cuma itu, ia pun bekerja paruh waktu sebagai seorang Halal Autidor, lho!

“Iya jadi sebenarnya ada 2 pekerjaan aku yang public jarang tahu, Aku punya full time job di Jerman, jadi Cosmetic Chemist, di salah satu service provider brand-brand indie. Aku juga freelance auditor, aku kan orang kimia. Aku jadi Halal Auditor, jadi kalau ada perusahaan di Eropa yang mau sertifikasi halal nanti aku audit ke manufacturing mereka. Itu range company-nya banyak, paling banyak produk F&B, farmasi, dll. Jadi 9 to 5 aku full time ada di kantor, meracik-racik, terus ngurusin raw ingredient material. Kalau ditanya alasannya kenapa mau kerja itu padahal udah banyak kerjaan lain, mungkin ini jatuhnya journey juga buat aku, karena background pendidikannku kimia, dari tahun 2012 sampai 2017. Nah pada saat itu sebelum aku lulus kuliah aku udah jadi influencer dan Youtuber, hidup aku 180 derajat jadi berubah, jadi fun banget. Sampai akhirnya aku ngerasa gak mau kerja di bidang kimia, tapi ternyata kalau kita misalnya imigran, aku ternyata harus kerja, dan sebelum aku kerja, aku bilang ke diriku aku harus kerja di branch chemistry yang memang aku harus enjoy. Nah akhirnya ak kerja di industri yang aku suka. Kan aku suka banget sebagai konsumen itu kerja di skincare industry, aku pakai produknya, terus akan fun juga kalau aku tahu dalamnya seperti apa. Dan kalau ditanya aku mau dikenal seperti apa, jujur aku selalu mengenalkan diriku sebagai seorang Cosmetic Chemist daripada mengenalkan diri sebagai penulis, influencer, dsb,” beber Gita seraya tersenyum.

Nah Beauty, apakah kamu sudah siap untuk menjadi generasi muda yang aktif dan produktif sepeti Gita Savitri? Semoga kisahya mengisnpirasi kamu ya!