Menu

Awas!! Pernah Pendarahan Usai Seks? Ternyata Bisa Jadi Gejala Kanker Lho Moms

10 Februari 2022 14:45 WIB

Ilustrasi kanker serviks. (pinterest/freepik)

HerStory, Jakarta —

Pendarahan sesudah melakukan hubunagn seksual ternyata tak semestinya diabaikan. Pasalnya, hal tersebut bisa menjadi pertanda gejala kanker. Selain pendarahan, keputihan yang tak normal dan haid yang tak teratur juga bisa menjadi indikasinya lho.

Hal itu dipaparkan oleh dokter spesialis kebidanan & kandungan konsultan onkologi ginekologi Dr. dr. Bambang Dwipoyono, BD.Sp.OG, MS, MARS, bahwa haid seharusnya memiliki pola teratur baik itu durasi serta siklusnya tiap bulan. Apabila ada perdarahan di luar popa haid, bisa jadi tanda yang harus diwaspadai.

"Jika perdarahannya itu di luar haid, apakah karena sentuh akibat hubungan seksual atau sendiri, kita mesti lihat. Tidak semata-mata melihat bagaimana haid atau perdarahan tadi," ujar dokter Universitas Indonesia itu, dalam acara virtual bersama RS Pondok Indah, beberapa waktu lalu.

Maka dari itu, penting untuk para wanita selalu mencatat waktu haid terjadi serta memerhatikan polanya. Saat terjadi perdarahan di luar pola tersebut, maka para wanita bisa mewaspadainya sejak dini.

"Jadi sangat dianjurkan perempuan yang sudah haid memiliki catatan, kalau ada perubahan dalam pola haidnya, dia bisa ke dokter atau tenaga kesehatan untuk diperiksa apakah pendarahan yang disebabkan hal lain," imbuh dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah-Bintaro Jaya itu.

Ada pun gejala lainnya yang cukup umum berkaitan dengan kanker serviks antara lain keputihan yang terlalu banyak dan sering, serta aroma tak sedap dan juga sudah tercampur darah. Biasanya, ada nyeri khas di sekitar pinggang hingga tulang bila kanker sudah menyebar.

Bahkan, kanker yang sudah meluas dan stadium akhir bisa menyebar ke paru-paru dan memicu sesak napas. Kanker serviks merupakan penyakit tak menular, tetapi penyebabnya dapat menular.

Sekitar 90 persen perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual dapat tertular virus penyebab kanker serviks. Penyakit kanker ditandai tak terkontrolnya pembelahan sel (bertambah banyak) dan memiliki kemampuan menyebar (metastasis).

"Jika ada infeksi virus dan menetap, sekian tahun baru menjadi kondisi pra kanker. Ada situasi dan waktu, perubahan dari infeksi virus menjadi lesi pra kanker, dan kemudian masuk dalam kondisi kanker,” jelas dokter Bambang.

Mirisnya, sekitar 500 juta perempuan (0,5 persen perempuan) di dunia mengidap kanker serviks, di mana 55-60 persen pasien kanker serviks berakhir dengan meninggal. Kasus terbanyak 80 persen terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia.

Merujuk data Kementerian Kesehatan per 31 Januari 2019, kasus kanker serviks sebesar 23,4% per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 persen per 100.000 penduduk. Untuk itu, pencegahannya sangat penting dengan dua cara yaitu pap smear dan tes HPV.

"Kalau papsmear konvensional paling tidak dua tahun sekali mengulangnya. Kalau tes HPV itu paling tidak tiga tahun. Minimal jeda yang harus diulang,” pungkas dokter Bambang.

Lihat Sumber Artikel di Viva

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Viva. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.

Artikel Pilihan