Menu

Stop! Toxic Positivity Cuma Bikin Kamu Mati Rasa!

09 Agustus 2020 15:15 WIB

Ilustrasi wanita yang sedang marah dengan pria (Shutterstock/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Hidup yang lagi krisis dan makin banyak masalah menjalar kemana-mana bikin kamu butuh ada di lingkungan yang sehat untuk mentalmu. Jangan sampai kamu yang sedang dilanda banyak masalah justru dipaksa baik-baik saja seperti yang dilakukan oleh toxic positivity ini.

Adanya orang-orang toxic ini akhirnya kamu malah jadi pemendam perasaan karena merasa nggak ada orang yang bisa memahami kamu. Dilansir dari The Psychology Group, Toxic Positivity mengacu pada istilah perilaku seseorang yang memaksa orang lain untuk tetap berpikiran positif tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi atau tanpa memberikan rasa empati.

Contoh perilaku ini ialah kamu baru saja putus dengan kekasih yang kamu sayangi banget, lalu teman yang kamu ajak cerita justru berkata, "kamu bakal dapat yang lebih baik lagi, dia nggak baik buat kamu". Sisi baiknya itu bisa menimbulkan motivasi pada dirimu, namun sisi buruknya mungkin kalimat itu kurang tepat terlebih ketika kamu sedang mengalami hari-hari yang berat, seperti kehilangan.

Para ahli mengatakan orang-orang yang berperilaku Toxic Positivity cenderung benar-benar menolak untuk menghadapi sisi gelap dalam hidup. Ini juga bisa memicu hubungan menjadi nggak baik dan berdampak pada kesehatan emosional. Dilansir dari Bustle, para ahli menjelaskan pengaruh toxic positivity terhadap hubunganmu. Berikut hal yang perlu kamu ketahui.

1. Terima adanya pengalaman negatif

Jennifer Murayama, seorang psikoterapis, menjelaskan bahwa, “Toxic positivity lebih dari sekadar bersikap positif dan optimis dalam menghadapi perjuangan atau tantangan. Toxic positivity adalah perilaku menyangkal, meminimalkan, dan membungkam perasaan otentik diri sendiri maupun orang lain,”jelas Murayama.

Konselor Myisha Jackson juga menjelaskan bahwa toxic positivity mengajarkan orang lain untuk membungkam setiap pengalaman yang dianggap negatif, “kamu bertindak seolah-olah nggak ada masalah,” tutur Jackson.  

Hal yang kamu nggak bisa lupakan adalah penting banget untuk menyadari kemunculan sesuatu yang nggak beres dalam kehidupan untuk menemukan solusi demi masa depan.

2. Menyadari keputusasaan untuk mengatasi masalah

Enggak ada pernyataan benar atau salah tentang baik atau buruknya perasaan. “Sebenarnya, emosi adalah nilai-nilai netral, meskipun dapat menghasilkan kebahagiaan atau kesedihan dalam diri manusia,” jelas seorang psikoterapis, Karen R.Koenig.  

Namun orang-orang yang mencoba untuk selalu berpikiran positif akan berakhir pada keputusasaan dalam mengatasi masalah, lho. Kamu nggak harus memalsukan kebahagiaan dan mengabaikan perasaan yang sebenarnya.  

Sebuah studi tahun 2013 pada Journal of Psychosomatic Research menemukan bahwa, selama periode 12 tahun, orang yang secara teratur menyembunyikan dan menekan perasaan mereka berisiko lebih tinggi mengalami kematian dini, termasuk kanker.  Enggak membiarkan perasaan kamu yang sebenarnya dapat memberikan tekanan besar pada tubuh dan akan menumpuk dengan seiring waktu.

3. Berhenti berusaha baik-baik saja saat benar-benar kesakitan

Ketika seseorang memiliki toxic positivity, ia akan selalu membicarakan tentang kehidupan mereka yang penuh dengan warna dan kebahagiaan.   

“Itu mungkin diungkapkan melalui kalimat ‘baik-baik saja’ untuk menyanggah apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Koenig.  

Mereka nggak akan pernah menginginkan percakapan yang merujuk pada pengalaman nggak baik atau kesulitan, karena mereka akan mencoba meyakinkan bahwa itu nggak terlalu buruk, atau bahkan menolak untuk mendengarkan pendapat orang lain. 

Hal negatif justru bisa membuat mereka marah, bingung, atau takut. 

Sedangkan orang yang memiliki perasaan dan perilaku negatif adalah sesuatu yang normal dan tanda bahwa mereka benar-benar 'hidup'. Kamu perlu mengakui kesedihan dan kemarahan yang merupakan bagian dari menjadi manusia dewasa di dunia. Rasa syukur akan segala sesuatu yang terjadi merupakan pendekatan yang baik untuk meminimalisir perilaku ini. 

Jadi, jangan pula biarkan orang lain memaksamu untuk baik-baik saja, karena kamu sebenarnya yang paling berhak menentukan siapa yang pantas ada di hidupmu.

Artikel Pilihan