Ilustrasi kateter urin pada pasien (Suara.com)
Memasuki masa menopause, lansia kerap mengalami perubahan dalam tubuh, salah satunya terjadi inkontinensia urine. Kira-kira apa yang menyebabkan terjadinya gangguan ini?
Yuk, simak selengkapnya dalam artikel yang sudah Herstory rangkum berikut ini, Beauty!
Inkontinensia urine merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih yang dipengaruhi oleh melemahkan otot dasar pelvis. Lansia cenderung mengalami kondisi ini sebab inkontinensia urine juga disebabkan oleh penurunan estrogen yang terjadi setelah memasuki masa menopause.
Tanda dari inkontinensia urine mulai terlihat ketika memasuki masa pra menopause yang mana wanita usia sekitar 40 tahunan mulai kesulitan untuk menahan buang air kecil.
Kondisi ini berkaitan dengan gangguan pada saluran kemih yang mana terjadi aktivitas otot dinding kandung kemih yang berlebih. Tak hanya itu, inkontinensia urine dapat disebabkan oleh adanya penyakit saraf, sumbatan di saluran kemih, batu di kandung kemih atau pun kanker kandung kemih.
Meski saluran kemih normal, inkontinensia urine dapat terjadi ketika seseorang mengalami penuaan. Hal inilah yang menyebabkan lansia rentan mengalaminya dan tak bisa terhindarkan.
Ada beberapa hal lain yang menyebabkan inkontinensia urine sementara atau terjadi dalam jangka waktu tertentu saja, yaitu:
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi di dalam saluran kemih (uretra, ureter, kandung kemih dan ginjal) dapat menyebabkan rasa sakit dan meningkatkan kebutuhan untuk buang air kecil
Kehamilan
Selama kehamilan, rahim memberi tekanan ekstra pada kandung kemih saat mengembang. Sebagian besar wanita yang mengalami inkontinensia selama kehamilan menyadari bahwa inkontinensia akan hilang dalam beberapa minggu setelah melahirkan.
Obat-obatan
Inkontinensia dapat menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, termasuk diuretik dan antidepresan.
Minuman
Mengonsumsi minuman tertentu, seperti kopi dan alkohol, dapat membuat seseorang perlu buang air kecil lebih sering. Jika kamu berhenti mengonsumsi minuman ini, kebutuhan untuk sering buang air kecil pun akan menurun.
Sembelit
Sembelit kronis (tinja yang keras dan kering) dapat menyebabkan seseorang memiliki masalah kontrol kandung kemih.
Jenis inkontinensia urin biasanya berkaitan dengan penyebabnya. Termasuk:
Inkontinensia stress yaitu urine bocor saat batuk, tertawa, atau melakukan aktivitas tertentu.
Inkontinensia urge yaitu da dorongan tiba-tiba dan kuat untuk buang air kecil dan urine bocor pada saat yang sama atau setelahnya.
Inkontinensia overflow yaitu ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya dapat menyebabkan kebocoran.
Inkontinensia total kandung kemih tidak dapat menyimpan urine.
Inkontinensia fungsional yaitu urine keluar karena seseorang tidak dapat ke toilet tepat waktu (masalah mobilitas).
Inkontinensia campuran yaitu kombinasi berbagai jenis inkontinensia urine.
Penanganan inkontinensia urine
Pengobatan inkontinensia urine harus disesuaikan dengan tingkat keparahan gangguan. Ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan, meliputi:
Terapi Perilaku
Mengurangi inkontinensia urine dapat dilakukan lewat edukasi, pemantauan kebiasaan berkemih, penyesuaian asupan cairan dan kafein, penurunan berat badan untuk wanita yang kelebihan berat badan, penggunaan alat bantu (misalnya, tempat berkemih di samping tempat tidur), dan berbagai jenis pelatihan kandung kemih dan saluran uretra (misalnya, meningkatkan jarak waktu berkemih dan latihan otot panggul).
Terapi Obat
Dilakukan untuk merelaksasikan kandung kemih. Obat yang digunakan merupakan obat golongan antikolinergik yang dapat memiliki efek samping diantaranya mulut kering, sulit BAB, penglihatan buram dan rasa seperti kebingungan.
Kateter
Pada beberapa kasus dapat dilakukan tindakan berupa pemasangan kateter.
Pembedahan
Ini dapat dilakukan terutama pada kasus inkontinensia urine karena sumbatan di saluran kemih atau pemasangan sfingter buatan (otot berbentuk cincin untuk mencegah aliran urine dari kandung kemih ke uretra).