Menu

Intip Kisah Menarik Perjalanan Aulia Rachmatillah yang Sukses Jadi Caster Sekaligus Pro Player Mobile Legends Wanita!

16 Mei 2023 16:00 WIB

Aulia Rachmatillah (Awl) sukses jadi Caster di berbagai turnamen Mobile Legends. (Instagram: awl.y/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, industri game dan esports kini sangat berkembang pesat di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Berbagai game online, salah satunya Mobile Legends cukup digandrungi banyak orang di Tanah Air. 

Tak sedikit pihak ingin menjadi seorang pro player atau keterlibatan lain dalam dunia game, seperti shoutcaster (caster). Namun tentunya, terjun ke dunia esports perlu proses panjang.

Begitu pula yang dilewati Aulia Rachmatillah atau akrab disapa Awl. Kini, namanya dikenal sebagai caster di berbagai tournament Mobile Legends sekaligus pro player dan streamer di Glance. 

Meski demikian, kesuksesan Awl bukanlah hal yang instan. Ia melewati banyak kegagalan dan masalah lainnya demi menggapai cita-citanya. 

Penasaran bagaimana kisah Awl dalam menggapai kesuksesannya menjadi pro player sekaligus caster? Cuss simak ceritanya berikut ini. 

Melalui wawancara eksklusif bersama HerStory, Awl mengungkapkan, awal ketertarikannya di dunia games khususnya Mobile Legends adalah saat ia masih berkuliah di tahun 2016. 

Seiring berjalannya waktu, Awl melihat perkembangan games di Indonesia cukup pesat. Melihat peluang tersebut, ia mencoba menjadi pro players khusus Mobile Legends. 

“Jadi awalnya aku casually aja main Mobile Legends sama teman kampusku di awal season di tahun 2016 akhir. Aku melihat potensi games itu pemainnya dan penggemarnya banyak dan terus makin berkembang jadi mencoba jadi pro players dulu,” ungkapnya. 

Namun, saat itu masih minim tim Mobile Legends wanita. Kendati demikian, hal tersebut gak mematahkan semangat Awl untuk mendalami skill bermain game-nya. 

Seiring berjalannya waktu, Awl bergabung bersama pro player wanita lainnya hingga menjadi tim. Namun, kemampuannya tersebut justru dilirik berbagai Event Organizer (EO) untuk mengisi berbagai event game sebagai caster. 

Sebagai informasi, caster merupakan komentator di sebuah pertandingan maupun turnamen. Tugasnya, untuk menganalisa, melihat, hingga mengomentari jalannya pertandingan. 

“Nah ada beberapa EO yang ngajak aku buat ngisi di event-event mereka. Aku bermodalkan nekat, dengan ilmu public speaking yang aku belajar di kampus ternyata keterusan jadi caster-nya dan malah berenti jadi pro-playernya,” tutur Awl. 

Tantangan Menjadi Caster dan Pro Player

Lebih lanjut Awl menuturkan, hobinya itu dijalani saat ia masih berkuliah. Kondisi tersebut membuat orangtua Awl sempat menentang hobinya itu. 

“Aku pernah ditentang sama keluarga untuk jadi pro player. Sampai dikasih opsi mau kuliah atau main game. Kalau mau main game berhenti kuliah,” kata Awl. 

Namun demikian, Awl berjuang keras menjalani hobi sekaligus kewajibannya menuntut ilmu, sebagai mahasiswa Manajemen Keuangan. 

Selama perjuangannya meyakinkan orangtua, Awl mengaku tak patah semangat dan lebih memilih membuktikannya dengan tindakan. Ia pun mengikuti caster hunt untuk meningkatkan pengalamannya. 

“Aku pernah juga ikut caster hunt pada season 7 Mobile Legends. Nah tapi aku gak diterima, akhirnya aku fokus aja untuk nge-caster di event-event lain. Tapi akhirnya di caster hunt di season 9 dibuka aku ikutan lagi alhamdulillah diterima. Aku masuk dan berada di saat ini itu dari proses yang cukup panjang dan rumit juga,” imbuhnya. 

Meski harus mengorbankan waktu istirahatnya demi hobi, Awl tetap tak melupakan kewajiban kuliah untuk mendapatkan kebanggaan dari orangtua. 

“Pas banget mau sidang (kuliah) aku dapat tawaran nge-caster di event yang acara besar dan live streaming. Nah tawaran itu berbarengan dengan event gaming. Jadi paginya ngegame malamnya ngecast. Dua acara itu ditayangin dan aku langsung share ke keluarga aku. Ternyata keluarga aku gak nyangka aku bisa ngomong di depan banyak orang,” ujar Awl. 

Gak cuma tantangan dari orangtua, Awl juga sempat mendapatkan diskriminasi atas stigma gamer wanita hanya bisa role ‘support’ di dalam game. 

“Cuma stigmanya di luar sana banyak yang anggep cewek bisanya angela doang (role support). Dan hal-hal seperti itu bikin aku jadi semangat nunjukkin kalau aku lebih bisa daripada kalian (pria) rank aku di game bisa lebih tinggi,” kata Awl.

Kendati demikian, Awl tak merasa sedih. Sebab, kebanyakan orang yang menghujat memiliki kemampuan jauh di bawahnya. 

“Aku liat orang-orang yang ngehujat aku itu justru mereka yang rank-nya gak lebih dari aku di game. Yang skill-nya gak lebih aku,” tuturnya. 

Sebagai figur publik, Awl juga kerap mendapatkan komentar-komentar buruk, terutama saat melakukan live streaming, baik itu sebagai caster maupun pro player. Tak sedikit penonton yang meremehkannya saat kalah. 

“Cuma sebagai caster pekerja depan layar sometimes ada aja komentar yang membanding-bandingkan atau dapat komentar ganti caster. Itu ada dan suka bikin aku insecure. Tapi aku sadar mungkin aku ada kurangnya jadi harus improve terus. Aku gak pernah ngerasa down, aku jadiin itu motivasi saja,” kata Awl. 

“Kalau lagi streaming itu kita kan gak selalu menang, ada saja momen pas kita kalah. Komentar-komentar menjatuhkan seperti ‘yah kalah’, ‘udah main game lain aja kak’, ‘ah skin doang’ itu ada saja,” tambahnya. 

Namun, komentarnya tersebut tak lagi dirasakannya selama menjadi streamer di Glance. Menurutnya, platform streaming Glance sangat mengutamakan keamanan siaran langsung khususnya bagi wanita.

“Untungnya di Glance gak terlalu banyak (komentar negatif). Pun ada komentar negatif aku lebih senang menghadapinya dengan bercanda saja. Aku lebih banyak dapat komentar positif. Apaalagi pas kemarin bulan puasa, aku diingatkan sahur dan buka puasa itu fun banget. Di Glance gaada kata-kata toxic atau kasar,” ucapnya. 

Gak ketinggalan, Awl juga memberikan semangat kepada banyak wanita untuk terus optimis menggapai cita-cita, termasuk di bidang game. Menurutnya, wanita juga bisa memiliki kemampuan sama dengan pria. 

“Nah bagi wanita yang sudah hobi main game, tekunin dulu, seriusin. Karena kalau kita tekun, kita akan bisa jago, tunjukkin kalau kita bisa bersaing dengan gamers pria. Jadikan stigma-stigma gamers perempuan rolenya terbatas itu semangat untuk coba role lain,” tegas Awl. 

Selain itu, selama proses belajar, Awl menegaskan setiap wanita harus menguatkan mental supaya bisa profesional dengan baik. 

“Terus selama proses belajar dan diajarkan, jangan pernah tersinggung. Mental dan profesionalitas itu hal yang utama. Attitude itu juga paling penting,” tutupnya. 

Sebagai informasi, Glance merupakan perusahaan consumer technology yang menghadirkan beberapa platform digital, termasuk Glance, Roposo, dan Nostra. Glance menghadirkan layanan penggunaan internet di layar kunci, menghilangkan kebutuhan untuk mencari dan mengunduh aplikasi.

Artikel Pilihan