Menu

Duh, Perceraian Orang Tua Ternyata Bisa Pengaruhi Hormon Oksitosin Anak, Ini Bahayanya Moms!

19 Agustus 2021 10:00 WIB

Anak melihat orang tuanya bertengkar. (Pexels/RODNAE Productions)

HerStory, Bogor —

Di dunia ini, setiap anak pasti menginginkan lahir dan besar di keluarga yang utuh, dalam artian kedua orang tua lengkap.

Namun, keadaan sebuah keluarga tak bisa ditebak, ada kalanya hubungan pernikahan tersebut retak bahkan hancur hingga terjadi perceraian.

Nah, tahukah Moms, jika orang tua memutuskan bercerai saat anak masih kecil, itu bisa menimbulkan risiko rendahnya hormon oksitosin si anak saat dewasa, lho!

Hal itu dinyatakan pada sebuah penelitian yang disusun oleh para peneliti dari Baylor University dan telah diterbitkan dalam Journal of Comparative Psychology.

FYI, hormon oksitosin sendiri sering disebut dengan hormon cinta yang ada di dalam tubuh. Ia memiliki banyak peran seperti gairah seksual, kebahagiaan, dan rasa cemas.

Dilansir HerStory dari Medical Xpress, Kamis (19/8/2021), menurut penulis utama penelitian yang juga profesor studi anak dan keluarga dari Baylor University, Maria Boccia, Ph.D., sejak tingkat perceraian mulai meningkat, ada kekhawatiran tentang efek perceraian pada anak-anak, terutama dari sisi hormon oksitoksin anak.

Menurutnya, kadar hormon oksitosin yang rendah pada seseorang mengakibatkan sulitnya orang tersebut merasa jatuh cinta saat dewasa. Oksitosin sendiri dianggap sebagai hormon cinta, disekresikan di otak dan dilepaskan ke tubuh selama momen ikatan batin seperti bersalin, menggendong anak, dan menyusui. Oksitosin juga akan dilepaskan ketika seseorang melakukan kontak fisik dan interaksi seksual seperti dipeluk oleh pasangan.

"Sebab, oksitosin adalah hormon saraf yang penting dalam mengatur perilaku," paparnya.

Tak hanya itu, para peneliti dalam studi ini meneliti pengaruh pengalaman perceraian orang tua pada anak-anak.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa oksitosin secara substansial lebih rendah pada orang yang mengalami perceraian orangtua di masa kanak-kanak dibandingkan dengan mereka yang tidak, ini berkorelasi dengan risiko dampak keterikatan.Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat oksitosin dipengaruhi secara merugikan oleh perceraian orangtua," terangnya.

Menurut studi, pada penelitian ini, orang yang pernah mengalami perceraian orang tua saat di usia anak-anak menunjukkan bahwa mereka menilai orangtua kurang perhatian dan lebih cuek. Mereka juga menilai ayah mereka lebih kasar. 

Selain itu, peserta penelitian yang mengalami perceraian orangtua di masa anak-anak juga disebut kurang percaya diri, lebih tidak nyaman dengan kedekatan, dan merasa kurang aman dalam hubungan. 

Nah, jadi hati-hati ya sebelum memutuskan bercerai, karena butuh kerja sama orang tua untuk tetap bisa membangun 'keluarga yang normal' untuk anak setelah bercerai. Semoga informasinya berguna ya, Moms!

Artikel Pilihan