Menu

Kata Ahli Soal Kunci Atasi Stunting Pada Anak, Catat Ya Moms!

09 September 2021 20:20 WIB

Ilustrasi anak-anak yang memiliki masalah gizi (Shutterstock/Gary Yam)

HerStory, Bogor —

Dewasa ini, isu stunting dan gizi buruk pada anak terus mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia. Menurut Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Nutrisi dari FKUI dan RSCM ,Prof. Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA. (K), persoalan stunting dan gizi buruk pada anak  di Indonesia merupakan masalah yang serius dan pemahaman orang tua harus sama dalam masalah ini.

Dikatakan dr. Damayanti, menurut WHO, kondisi stunting adalah ketika panjang atau tinggi badan anak berada di bawah 2 simpang baku yang diklasifikasikan sebagai stunted dalam grafik WHO, yang disebabkan kekurangan gizi kronik.

Stunting menurut WHO adalah suatu perawakan pendek yang penyebabnya adalah kekurangan gizi kronik. Kekurangan gizi kronik itu adalah asupannya tidak adekuat. stunting ini masuk kedalam patologis atau penyakit, yang terbagi menjadi dua jenis, yakni ada yang proporsional dan ada yang disporporsional (pendek dan ada kelainan genetik),” kata dr. Damayanti, dalam webinar tentang ‘Gizi dan Kesehatan Anak’, yang digelar Tempo Institute, sebagaimana dipantau HeErStory, Kamis (9/9/2021).

dr. Damayanti bilang, asupan makanan anak tidak adekuat ini bisa terjadi karena beberapa hal, seperti orang tuanya miskin sehingga tak bisa membeli makanan. Kedua, bisa jadi anak mengalami penelantaran. Dan ketiga, karena faktor orang tua yang tak mengerti bagaimana cara memberikan makan yang benar pada bayi dan anak.

“Pasien saya itu rata-rata dari kalangan menengah ke atas, mereka gak gaptek teknologi, tapi informasi mengenai makanan anak dari sosmed itu kebanyakan benar. Tidak bisa membedakan mana makanan bayi dan anak, jadi disamakan saja. Padahal ada satu fase pertumbuhan anak yang tidak ada di orang dewasa, yaitu perkembangan otak di 2 tahun pertama kehidupan. Dimana, memerlukan komposisi makanan yang berbeda. Akibat dari ketidaktahuan orang tua itu, anak jadi gak dapat protein hewani yang cukup untuk hormon pertumbuhannya,” papar dr. Damayanti.

Kemudian, lanjut dr. Damayanti, peningkatan kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi akibat sering sakit, misalnya diare kronik akibat sanitasi buruk, atau karena penyakit infeksi lainnya akibat anak tidak diimunisasi,dan mesih banyak lagi.

"Tata laksana stunting tentu saja disesuaikan dengan penyebabnya. Sebenarnya perawakan pendek merupakan pertanda terjadinya masalah kekurangan gizi kronik yang lebih besar yaitu menurunnya kemampuan kognitif serta meningkatnya risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung koroner, hipertensi dll, di usia dewasa," jells dr. Damayanti.

Lantas, bagaimana cara mencegah stunting ini?

Dikatakan dr. Damayanti, ada tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam pencegahan dan penanganan stunting. Yaitu, pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang dan intervensi gizi.

Adapun, pemantauan status gizi yang benar, kata Damayanti, yakni dengan memantau tumbuh kembang secara teratur. Dari situ, anak yang berpotensi terkena gizi buruk dapat dideteksi dini, sehingga lebih mungkin untuk diatasi dan tidak merembet hingga ke masalah stunting dan penurunan IQ saat ia dewasa.

Sedangkan tata laksana rujukan berjenjang, dengan mengaktifkan poros posyandu-puskesmas-RSUD. Sementara, intervensi gizi dilakukan dengan edukasi pola makan berbasis protein hewani.

“Asupan gizi memegang peran penting dalam mencegah stunting. Asupan energi itu dipakai untuk perkembangan otak. Jadi kalau gizinya gak bagus dan BB terus turun, hampir dipastikan tingkat kecerdasan atau IQ-nya juga turun. Jadi orang tua harus memastikan anak mendapat protein hewani yang cukup sejak dini. Protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap, lebih efektif dicerna dalam tubuh, dan berperan mencegah hambatan pertumbuhan. Protein hewani ini seperti telur, ikan, susu, ayam, dan daging, protein yang memiliki efek paling bagus untuk otak dan tinggi badan adalah susu,” terangnya.

Damayanti melanjutkan, stunting biasanya ditemukan pada bayi berusia 2 tahun. Dan pada saat itu sudah terlambat untuk melakukan perubahan.

“Jadi orang tua harus memerhatikan apakah terjadi penurunan berat badan pada bayi yang biasanya muncul di usia 3 bulan. Kalau ASI eksklusif tak cukup, berarti perlu nutrisi tambahan. Bila berat badan di bawah berat badan normal, harus segera dibawa ke dokter agar anak bisa mendapatkan gizi yang cukup. Bila tidak melakukan tindakan khusus, maka keseimbangan hormon dan tumbuh kembang anak akan terganggu. Kondisi ini bisa menyebabkan IQ turun 3 poin dan salah satu tanda yang paling kasat mata adalah tubuh anak lebih pendek,” tuntasnya.

Nah Moms, dampak stunting ini sungguh luar biasa buruk, ya. Tapi sebelum terlambat, Moms yang memiliki bayi wajib memaksimalkan asupan nutrisi agar si Kecil bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal hingga kelak ia dewasa, ya. Semoga informasinya bermanfaat!