Menu

Apakah Aman Suntik Vaksin COVID-19 dengan Beda Merek? Ketahui Jawabannya di Sini

24 September 2021 13:45 WIB

Ilustrasi vaksin virus corona. (pinterest/freepik)

HerStory, Jakarta —

Sudah lebih dari satu tahun sejak COVID-19 pertama kali dilaporkan. Kasus COVID-19 meningkat di seluruh dunia, begitu juga kepanikan di antara para peneliti untuk mengembangkan vaksin yang efektif untuk mengendalikan penyebaran infeksi.

Vaksin seperti Sinovac, Pfizer, Covishield, Moderna, dan Sputnik untuk COVID-19 diproduksi oleh berbagai produsen dengan cepat dan disetujui untuk penggunaan darurat di berbagai negara. Vaksin ini dibuat dengan menggunakan strategi yang berbeda, seperti virus hidup yang dilemahkan, subunit protein, vektor virus dan nukleat.

Hampir semua vaksin yang telah disetujui untuk digunakan mungkin memiliki dua dosis yang diberikan sekitar 4-12 minggu. Namun, ada pertanyaan yang muncul terkait dosis vaksin adalah apakah aman divaksinasi dari dua merek vaksin yang berbeda.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa mencampur dan mencocokkan dosis vaksin yang disetujui COVID-19 dari dua produsen berbeda, atau vaksin yang dibuat dengan dua strategi berbeda, dapat membantu memberikan kekebalan jangka panjana. Namun, ada juga penelitian lain mengatakan itu dapat menyebabkan efek samping serius tertentu.

Dilansir dari Boldsky (24/9/2021) berdasarkan Studi Com-COV, studi yang didasari pada perbandingan kombinasi jadwal vaksin COVID-19, saat ini ada sejumlah vaksin virus corona yang tersedia di berbagai negara, yang menggunakan dua dosis: dosis pertama 'prime' dan dosis kedua 'boost' yang diberikan beberapa minggu kemudian.

Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah AstraZeneca dan Pfizer. AstraZeneca dibuat dari adenovirus yang dilemahkan langsung dari simpanse, sedangkan Pfizer dibuat dari mRNA protein lonjakan COVID-19. Studi uji coba ini adalah untuk mengetahui respons sistem kekebalan ketika diberi satu jenis vaksin dan ditingkatkan dengan yang lain setelah jangka waktu tertentu.

Pencampuran dan pencocokan dua vaksin yang berbeda ini dapat membantu menciptakan program imunisasi yang lebih fleksibel, sehingga memungkinkan orang untuk divaksinasi dengan cepat (jika ada kekurangan vaksin) dan memberikan informasi tentang memperluas kesenjangan antara prime dan boost.

Menurut CDC, kemanjuran vaksin campuran COVID-19 belum dievaluasi. Sementara WHO mengatakan masih belum ada cukup data yang tersedia tentang kemanjuran vaksin kombinasi karena akan lebih banyak vaksin COVID-19 baru yang  tersedia, lebih banyak vaksin akan dimasukkan dalam uji coba.

Bisakah Mencampur Vaksin COVID-19 Meningkatkan Respon Kekebalan Tubuh?

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada sekitar 663 orang, pencampuran dan pencocokan AstraZeneca dan Pfizer dapat membantu meningkatkan respons kekebalan. Dalam penelitian tersebut, peserta yang terdaftar sudah divaksinasi dengan dosis pertama vaksin Oxford-AstraZeneca. Dua pertiga dari peserta di antara mereka dipilih secara acak untuk menerima dosis kedua Pfizer-BioNTech, setidaknya delapan minggu setelah dosis pertama.

Hasilnya menunjukkan bahwa Pfizer telah meningkatkan sistem kekebalan peserta yang diberi dosis AstraZeneca karena tubuh mereka telah mengembangkan tingkat antibodi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan orang yang menerima dosis yang sama dari salah satu vaksin.

Ahli imunologi dari London, Daniel Altmann, mengatakan bahwa pencampuran vaksin masuk akal dalam situasi darurat ketika orang akan membutuhkan dosis ketiga untuk memperpanjang kekebalan terhadap varian yang muncul COVID-19.

"Dosis berulang dari vaksin yang sama mungkin tak efektif karena sistem kekebalan akan mengembangkan kekebalan hanya terhadap vaksin yang diberikan. Jadi, dengan dosis campuran, sistem kekebalan dapat mengembangkan berbagai kekebalan, termasuk kekebalan terhadap varian COVID-19," tukasnya.

Artikel Pilihan